Berawal dari bergabung menjadi kompasianer, tepatnya sejak tanggal 13 Oktober 2022 saya mulai menekuni dunia literasi kembali, terutama terkait hobi menulis. Cukup lama saya meninggalkan dunia tulis-menulis.
Tepat satu tahun pada bulan Oktober 2023, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Juga pertemanan yang kemudian menjadi persahabatan dan sudah seperti saudara sendiri.
Hari ini, 22 Oktober 2023 tepat ulang tahun Kompasiana ke-15 tahun, terlihat pada statistik artikel saya berjumlah 381 dan  207 judul mendapat label Pilihan.
Menjadi kompasianer, sebagai langkah awal segalanya. Bahkan saya hobi menulis puisi pun setelah bergabung di Kompasiana. Juga menulis karya fiksi lainnya.
Banyak kategori penulisan yang disajikan di Kompasiana, sehingga tulisan yang bertebaran setiap menit dari jutaan penulis di laman Kompasiana beragam. Dan saya membacanya setiap hari.
Di Kompasiana, saya ibarat  menjelajah dunia. Membaca tulisan-tulisan kompasianer dari segala bidang. Pariwisata, kuliner, ekonomi, sosial budaya, politik, agama dan lain-lain. Semuanya saya lahap untuk menambah wawasan. Juga karya fiksi dari penulis-penulis yang handal dan konsisten. Tentu sambil belajar menulis dengan rujukan karya-karya mereka.
Dari perkenalan dan pertemanan dengan para kompasianer, kemudian berlanjut mengikuti grup-grup WhatsApp. Puluhan grup menulis saya ada di dalamnya. Kegiatan pelatihan-pelatihan menulis secara online, saya ikuti. Juga perlombaan-perlombaan menulis yang beberapa kali saya bisa menjadi juara.
Ketika mengikuti lomba menulis dengan tema Natal dan Tahun Baru 2022 yang diadakan blog ESKABER (Secangkir Kopi Bersama) yang anggotanya semua merupakan kompasianer, saya mendapat juara 1 dengan hadiah uang 300.000 rupiah.
Dari pelatihan-pelatihan menulis yang saya ikuti kemudian diadakan lomba menulis sesuai tema pelatihan. Dan saya selalu mengikuti. Tidak saya pungkiri, semua karya yang saya kirimkan kepada panitia selalu lolos proses kurasi. Lalu dibukukan bareng dengan penulis-penulis terkenal. Sehingga saya sudah memiliki buku lumayan banyak hasil karya tulisan saya sendiri, baik buku keroyokan maupun solo.
Meskipun banyak cerita dan pengalaman menarik yang saya alami, namun ada sisi kelemahan dan kekurangan saya.
Seorang teman yang belakangan saya anggap sebagai guru puisi saya menilai bahwa karya-karya puisi saya yang ada di Kompasiana tidak ada yang berkualitas. Awalnya saya makdegh! Kalimat itu sangat menohok. Masa dari ratusan judul puisi saya yang ada, tidak satu pun dinilai bagus? Begitu pertanyaan saya dalam hati.
Beliau tahu bahwa di Kompasiana tidak ada proses editing. Semua tulisan yang dikirim sepanjang tidak melanggar syarat dan ketentuan akan lolos tayang. "Bagaimana kamu akan ada perubahan dan berkembang kalau hanya menulis di kompasiana," begitu katanya. Dari situ beliau menantang saya untuk mengirimkan karya puisi di beberapa media online yang bonafide. "Walupun hadiahnya hanya seratus ribu, satu judul saja kalau karya kamu dimuat saya acungi jempol sebelas!" Kalimat yang selalu terngiang di telinga menjadi cambuk bagi saya. Usaha maksimal harus saya lakukan. Bukan karena hadiah seratus ribu, tapi karena ingin satu judul saja puisi saya dianggap berkualitas.
Mungkin dari cerita sedih saya, bisa menjadi bahan evaluasi bagi Kompasiana pada momen ulang tahun ke-15. Agar ke depan kompasiana lebih berkualitas. Tentunya dengan usaha para admin, sesuai basic-nya.
Sebagai pembaca, saya pun mengamati tulisan kompasianer yang lain. Ada satu contoh yang (mohon maaf) saya koreksi tanpa menyebut nama penulis.
Saya tahu akun kompasiana tersebut bergelar dobel. Namun banyak sekali karyanya yang berupa cerita pendek (cerpen) yang saya baca tapi harus sambil berpikir.
Cerpen yang dibuat tidak jelas pada dialog tags atau dialog aksi. Karena tanda bacanya pun tidak jelas. Bagi admin mungkin dianggap hal sepele, karena mungkin juga tidak sampai dibaca cerpen-cerpen tersebut. Apakah sistemnya yang otomatis memberikan label pilihan? Entahlah.
Yang jelas saya cukup dilematis. Ingin mengingatkan langsung supaya ada perubahan lebih baik, tapi aturan komentar harus yang baik-baik, tidak menyinggung perasaan kompasianer lain. Ya sudah, kalau begitu Kompasiana mesti merekrut tenaga ahli pada bidang masing-masing agar tulisan yang tayang di Kompasiana lebih berkualitas.
Terlepas dari koreksi saya tersebut, secara keseluruhan bagi saya Kompasiana adalah salah satu jalan menuju Roma. Meskipun karya saya di Kompasiana dianggap orang lain tidak berkualitas, namun dari Kompasiana lah saya berangkat jadi pengarang buku, penulis puisi, motivator bagi penggiat literasi, dan penyemangat bagi penulis pemula. Sambil terus belajar dari kekurangan-kekurangan yang muncul dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Kembali ke judul tulisan ini, Kompasiana bagi saya adalah salah satu jalan menuju Roma. Mungkin terdengar lebay atau bahkan tidak logis. Tapi tujuan saya agar termotivasi untuk selangkah lebih maju.
Ada dua agenda besar yang sudah memasuki tahap awal.
1. Merencanakan Menulis Buku tentang Pariwisata di Banyumas.
Sebagai admin KCB (Kompasianer Cablaka Banyumas) Â salah satu komunitas di Kompasiana, saya telah menyelenggarakan zoom meeting pada hari Sabtu, tanggal 21 Oktober 2023 pukul 16.00. Acara ini merupakan kegiatan komunitas untuk pertama kalinya. Meskipun baru dilakukan secara online, namun acara zoom meeting tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga. Pasalnya, Cablaka yang baru seumur jagung bisa berkolaborasi dengan Koteka yang sudah melanglang buana. Kotekatalk-148 menunjukkan sudah melakukan kegiatan komunitas baik online maupun offline sebanyak 148 kali. Wow, sangat luar biasa! Dan saya sebagai admin Cablaka merasa bangga bisa bekerjasama dengan Koteka.
Acara yang mengangkat tema "Sekilas Banyumas; Tatag, Teteg, Tutug" menghadirkan narasumber yang dipersiapkan CABLAKA Banyumas yakni Bapak Bahrudin, S.E., M.Si. Beliau adalah spesialis CBT - Community Based Tourism.
Secara runtut dan sangat menarik beliau menceritakan seputar Banyumas dengan pariwisata dan budayanya. Peserta zoom yang hadir sangat antusias ketika menyimak pemaparan Bapak Bahrudin yang juga menceritakan seputar kuliner. Terutama makanan khas Banyumas seperti Soto Sokaraja, Gethuk Goreng Sokaraja, dan Mendoan.
Sebagai moderator pada acara tersebut, Mbak Gana Stegmann admin Koteka juga sangat luar biasa performance dari opening hingga closing.
Baru satu hari pelaksanaan zoom meeting, hari ini di Kompasiana sudah ada  artikel yang tayang dengan judul "Upaya Mendongkrak Wisata Banyumas" yang ditulis kompasianer Sutiono Gunadi. Kemungkinan besar masih akan muncul artikel-artikel terkait Wisata Banyumas yang ditulis oleh peserta zoom tanggal 21 Oktober kemarin.
Bapak Bahrudin dan mbak Gana adalah dua orang hebat yang mensupport saya untuk merealisasikan rencana membuat buku "Seputar Pariwisata di Banyumas". Dari sini langkah awal saya jalan menuju Roma.
2. Menulis Buku Puisi Solo berjudul "Asimilasi"
Dari ratusan judul puisi yang saya tayangkan di laman Kompasiana saya ambil 70 judul puisi yang akan saya bukukan. Rencana ini sudah memasuki tahap editing. Jika buku pertama yang saya beri judul "Asimilasi" sudah terwujud, saya berniat untuk melanjutkan menulis buku ke dua. Dan isi buku tersebut seluruhnya saya ambil puisi-puisi dari Kompasiana sesuai dengan tanggal pada saat ditulis dan ditayangkan.
Bagi kebanyakan orang mungkin langkah dan rencana saya merupakan  hal sepele dan sudah biasa. Tetapi bagi saya adalah prestasi luar biasa dan pengalaman berharga, semua itu berpangkal dari keberadaan saya sebagai kompasianer di Kompasiana.
Selamat Ulang Tahun ke-15 Kompasiana.
Semoga semakin jaya dan berkembang.
Banyumas, 22 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H