Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana, Jalan Menuju Roma

22 Oktober 2023   13:05 Diperbarui: 22 Oktober 2023   13:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer zoom meeting Kolaborasi Cablaka dan Koteka (sumber foto Gana)


Dari pelatihan-pelatihan menulis yang saya ikuti kemudian diadakan lomba menulis sesuai tema pelatihan. Dan saya selalu mengikuti. Tidak saya pungkiri, semua karya yang saya kirimkan kepada panitia selalu lolos proses kurasi. Lalu dibukukan bareng dengan penulis-penulis terkenal. Sehingga saya sudah memiliki buku lumayan banyak hasil karya tulisan saya sendiri, baik buku keroyokan maupun solo.

Sebagian buku antologi hasil menulis keroyokan (dokpri/et's)
Sebagian buku antologi hasil menulis keroyokan (dokpri/et's)


Meskipun banyak cerita dan pengalaman menarik yang saya alami, namun ada sisi kelemahan dan kekurangan saya.

Seorang teman yang belakangan saya anggap sebagai guru puisi saya menilai bahwa karya-karya puisi saya yang ada di Kompasiana tidak ada yang berkualitas. Awalnya saya makdegh! Kalimat itu sangat menohok. Masa dari ratusan judul puisi saya yang ada, tidak satu pun dinilai bagus? Begitu pertanyaan saya dalam hati.

Beliau tahu bahwa di Kompasiana tidak ada proses editing. Semua tulisan yang dikirim sepanjang tidak melanggar syarat dan ketentuan akan lolos tayang. "Bagaimana kamu akan ada perubahan dan berkembang kalau hanya menulis di kompasiana," begitu katanya. Dari situ beliau menantang saya untuk mengirimkan karya puisi di beberapa media online yang bonafide. "Walupun hadiahnya hanya seratus ribu, satu judul saja kalau karya kamu dimuat saya acungi jempol sebelas!" Kalimat yang selalu terngiang di telinga menjadi cambuk bagi saya. Usaha maksimal harus saya lakukan. Bukan karena hadiah seratus ribu, tapi karena ingin satu judul saja puisi saya dianggap berkualitas.

Mungkin dari cerita sedih saya, bisa menjadi bahan evaluasi bagi Kompasiana pada momen ulang tahun ke-15. Agar ke depan kompasiana lebih berkualitas. Tentunya dengan usaha para admin, sesuai basic-nya.

Sebagai pembaca, saya pun mengamati tulisan kompasianer yang lain. Ada satu contoh yang (mohon maaf) saya koreksi tanpa menyebut nama penulis.
Saya tahu akun kompasiana tersebut bergelar dobel. Namun banyak sekali karyanya yang berupa cerita pendek (cerpen) yang saya baca tapi harus sambil berpikir.

Cerpen yang dibuat tidak jelas pada dialog tags atau dialog aksi. Karena tanda bacanya pun tidak jelas. Bagi admin mungkin dianggap hal sepele, karena mungkin juga tidak sampai dibaca cerpen-cerpen tersebut. Apakah sistemnya yang otomatis memberikan label pilihan? Entahlah.
Yang jelas saya cukup dilematis. Ingin mengingatkan langsung supaya ada perubahan lebih baik, tapi aturan komentar harus yang baik-baik, tidak menyinggung perasaan kompasianer lain. Ya sudah, kalau begitu Kompasiana mesti merekrut tenaga ahli pada bidang masing-masing agar tulisan yang tayang di Kompasiana lebih berkualitas.

Terlepas dari koreksi saya tersebut, secara keseluruhan bagi saya Kompasiana adalah salah satu jalan menuju Roma. Meskipun karya saya di Kompasiana dianggap orang lain tidak berkualitas, namun dari Kompasiana lah saya berangkat jadi pengarang buku, penulis puisi, motivator bagi penggiat literasi, dan penyemangat bagi penulis pemula. Sambil terus belajar dari kekurangan-kekurangan yang muncul dari diri sendiri maupun dari orang lain.

Kembali ke judul tulisan ini, Kompasiana bagi saya adalah salah satu jalan menuju Roma. Mungkin terdengar lebay atau bahkan tidak logis. Tapi tujuan saya agar termotivasi untuk selangkah lebih maju.

Ada dua agenda besar yang sudah memasuki tahap awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun