Menjelang tengah malam, tepatnya hari Selasa malam, tanggal 12 September 2023. Setelah ngopi item dua gelas mata masih belum ngantuk. Sambil menulis cerita genre realis dan cerita fantasi yang akan dikirim untuk lomba, saya menengok Kompasiana.
Seperti biasa, selain melihat artikel utama saya klik tulisan terbaru juga. Dan di tulisan terbaru itulah saya follow akun kompasiana baru. Saya yakin itu akun baru bikin, karena belum ada yang follow, dan baru satu tulisan yang ditayangkan. Itu pun belum ada yang kasih rate dan komentar. Praktis belum ada view satupun.Â
Jujur, saya sering sekali follow akun baru atau yang baru menayangkan satu-dua artikel. Melihat kompasianer baru yang belum banyak teman saya tertarik untuk mengikuti dan mengapresiasi.
Selama ini saya perhatikan para penulis yang sudah profesional dengan jumlah views jutaan dan artikel ribuan sepertinya ogah-ogahan untuk following duluan pada kompasianer pendatang baru. (Boro-boro kasih komentar dong...) Sehingga hati saya tergerak untuk mendekati tentunya ke depannya agar lebih akrab.Â
Cerita Selasa malam itu saya sedikit terganggu melihat pemandangan di Kompasiana. Pasalnya, dari akun perdana seseorang yg kemudian saya ikuti dan kasih komentar pada tulisan yang cukup menarik, hanya lima menit kemudian muncul akun baru lagi dengan tulisan yang terkesan iseng. Hanya beberapa kalimat, itu pun semacam biodata pemilik akun tersebut.
Semakin malam semakin banyak akun baru dengan nama dan profesi yang tertera berikut cerita singkat pribadi masing-masing pemilik akun. Ketika sudah dua-tiga akun yang saya ikuti, saya mulai curiga kalau akun-akun tersebut pemiliknya adalah satu orang.Â
Berdasarkan kalimat-kalimat yang ditulis gaya bahasanya seperti hasil tulisan satu orang. Yang saya heran, hanya hitungan menit, bahkan kurang dari lima menit sudah tayang tulisan singkat dengan akun yang berbeda lagi.
Sengaja saya tidak upload contoh akun dan tulisannya, karena untuk menjaga privacy. Tapi apabila tulisan saya ini dipermasalahkan dan dituduh memfitnah, saya sudah screenshot sebagian akun-akun tersebut sebagai bukti. Ngapain juga ya repot-repot? Lagian siapa juga yang mau protes kan? Hehe.
Permasalahannya nggak sesederhana itu. Kompasiana yang saya banggakan sebagai platform menulis yang bebas terbatas, ternyata malam itu dicederai oleh akun ---yang mungkin--- abal-abal. Padahal saya tau dari jutaan para kompasianer banyak sekali yang berprofesi sebagai guru, dosen, dokter dan berbagai profesi lainnya.
Tulisan-tulisan ilmiah para profesor dengan melalui riset terlebih dulu dan menghasilkan data akurat sering saya baca juga.