Beberapa cerita awal bulan puasa.
Hari terakhir di bulan Syaban, ibu dan anak-cucu berkumpul di rumah saya. Sebelumnya saya pikir mereka mau makan sahur pertama di rumah saya. Ternyata anak perempuan saya dan suaminya pulang ke rumah sendiri menjelang waktu asar. Eh, ibu saya juga pulang satu jam kemudian.
Saya belikan lauk untuk dibawa pulang sekalian buat keponakan-keponakan saya yang tinggal sebelahan dengan ibu.
Lauk yang saya beli buat ibu sebagian ayam bakarnya buat di rumah sendiri. Niatnya sih mau buat lauk makan sahur.
Saya tidak tau ternyata ayam bakarnya sudah dimakan suami dan dua anak saya yang masih bujangan untuk lauk makan sore. Untung malamnya suami beli ayam goreng buat sahur pas saya sudah tidur. Hanya saja saya lagi pengin sahur lauk ayam bakar malah berubah jadi  ayam goreng, hehe.
Seperti biasa pada tahun-tahun sebelumnya, sehabis tadarus saya berangkat ke masjid untuk shalat subuh berjamaah. Saya berangkat belum memasuki waktu imsak. Karena dari rumah saya lupa belum minum air putih setelah gosok gigi, saya niat mampir minta air minum sama mbak Sri. Saya mau ketok pintu rumahnya, tapi karena gelap akhirnya saya meneruskan jalan kaki dan mampir di rumah tetangga yang lain.
Pulang dari mushala setelah shalat subuh dan mengikuti pengajian, saya liat mbak Sri di depan rumah. Saya bilang bahwa tadi mau minta air putih tapi rumahnya gelap. Eh, dia malah ngakak. Nggak taunya dia baru bangun, dia bilang serumah nggak ada satupun yang makan sahur karena kesiangan. "Kalau tau belum pada bangun sih tadi saya gedor-gedor. Saya kira udah pada sahur tapi tidur lagi."
Saya melanjutkan pulang. Dalam hati saya ngomong sendiri, baru satu malam sudah kesiangan...
Oya. Ramadan tahun ini entah faktor apa, jama'ah shalat tarawih tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Biasanya di halaman mushala dibuat tempat shalat sementara  yang bawahnya menggunakan tikar. Saking banyaknya yang ikut shalat tarawih sehingga biasanya di luar pun penuh. Tapi kali ini tidak dibuat tempat tambahan dan ibu-ibu yang shalat juga hanya sampai serambi. Hanya bapak-bapak dan anak laki-laki yang mengalami peningkatan. Semoga istiqamah hingga akhir bulan puasa.
Tradisi "unggah-unggahan" yaitu syukuran bisa bertemu dengan bulan puasa lagi, seperti biasa diadakan pada malam pertama.
Setelah shalat tarawih bapak-bapak dan ibu-ibu juga anak-anak makan bersama dengan penuh keakraban meskipun dengan menu sangat sederhana
Saya sendiri nggak ikutan makan karena masih kenyang. Namun melihat suasana itu saya bersyukur dan merasa senang.
Meskipun acara diadakan sangat sederhana tidak seperti tradisi daerah-daerah lain yang diselenggarakan dengan sangat meriah, saya terharu dan bangga dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal saya yang selalu menjaga keguyuban. Inilah salah satu hikmah dari bulan puasa, saling berbagi dan menjalin silaturahmi.
Hikmah bulan Ramadan yang lain, kita jadi lebih meningkatkan bersedekah dan infaq, Â mengisi kotak amal mushala atau masjid.
Tentu banyak manfaat-manfaat lain selama bulan puasa. Ibadah lebih diperbanyak, shalat sunah dan tadarus Al-Qur'an lebih meningkat yang hari-hari biasa jarang dilakukan.
Semoga kita istiqamah dalam beribadah di bulan puasa dan lebih khusyu', bagi yang menjalaninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H