Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. ■JUST BE MYSELF■

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waspada! Aksi Flexing Memicu Kejahatan

20 Maret 2023   17:50 Diperbarui: 21 Maret 2023   06:38 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harta dan jabatan yang diberikan Allah sudah seharusnya kita syukuri. Sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, bergelimangan harta hendaknya menjadikan sifat kedermawanan manusia meningkat dengan sedekah, infak, dan zakat. Rasa syukur tersebut tidak seharusnya dipamerkan ke publik. Begitu juga dengan jabatan yang merupakan amanah Allah.

Namun dengan kemajuan teknologi banyak yang memamerkannya di media sosial. Hampir setiap hari saya melihat ada saja orang yang pamer kekayaan di Facebook (FB).

Bahkan ada seorang perempuan yang pamer jabatan suaminya dan harta bendanya hampir setiap hari.

Melihat hal seperti itu saya bukan iri, tapi justru merasa malu sendiri. Memang, semua itu adalah hak dia. Dan tidak ada satu orang pun yang berhak melarangnya.

Baca juga: Aksi Tikus Berdasi

Dari menu makanan setiap hari, jalan-jalan dengan wisata kulinernya, mobil, rumah mewah, dan lain-lain dia pamerkan sebagai status  FB. Juga pemberian bantuan atau sedekah pada orang lain.

Pernah suatu saat ada teman yang menegurnya lewat komentar pada statusnya, dia komentar balik panjang lebar dengan nada tinggi. Rupanya dia tidak terima dengan komentar teman yang bermaksud mengingatkan supaya sedekah tidak harus dipamerkan.

Kejadian itu berujung pemblokiran akun teman yang mengomentari tersebut. Dampaknya pertemanan jadi putus.

Setelah ditelisik, ternyata   orang yang suka pamer kekayaan tersebut karena sebelumnya orang biasa yang bisa dikatakan kekurangan ekonomi. Dari suami pertamanya dia hidup menderita. Lalu bercerai dan mendapatkan suami yang punya jabatan dan banyak harta.

Pepatah jawa "kere munggah mbale" (orang yang semula miskin tiba-tiba menjadi kaya) dibuktikannya dengan kesombongan. Tiada hari tanpa pamer. Dan entah apa motivasinya.

Baca juga: Biarlah Tak Membiru

Sayapun sejak kejadian teman mengomentari teman masa bodoh dengan perilaku orang yang suka pamer. Mau mengingatkan, salah-salah malah diserang balik.

Baca juga: Hatiku Terpanggil

Begitu juga dengan jabatan yang diraih yang kemudian menjadikannya kaya raya, mereka cenderung menjadi "kere munggah mbale". Atau bahasa gaulnya OKB (Orang Kaya Baru).

Berbeda dengan orang yang berasal dari keluarga kaya sejak kecil, mungkin tidak terpikirkan untuk pamer kekayaan. Juga bagi yang sudah terbiasa menjadi anak pejabat, ketika dirinya menjadi pejabat cenderung rendah hati. Kalaupun ada anak pejabat yang sombong, bisa dipastikan karena dia "kere munggah mbale". Atau sifat aslinya memang suka pamer.

Menurut keyakinan saya, pada dasarnya pamer dan kesombongan tidaklah wajar ada pada sifat manusia. Semua yang kita miliki akan lenyap seketika jika Allah menghendaki. Lalu apa lagi yang akan kita pamerkan?

Dan satu hal yang perlu diwaspadai, aksi flexing dengan mengunggah foto-foto, video ataupun kalimat-kalimat pamer kekayaan atau apapun yang dimiliki di medsos akan mengundang dan memicu pencuri atau perampok untuk berbuat jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun