Dalam rangka memperingati harlah satu abad NU dan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tahun 2023 ranting Nahdlatul Ulama desa Karangklesem kecamatan Pekuncen Banyumas mengadakan pengajian umum. Pengajian yang diselenggarakan tanggal 18 Februari 2023 mengundang Penceramah KH. Duri Azhari dari Semarang.
Banyak pengunjung yang datang dari luar desa tersebut dan juga dari kecamatan lain. Kyai sepuh yang lucu dan biasa mereka tonton di YouTube bisa dilihat dan didengar ceramahnya secara langsung.
Sebagian besar anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) tingkat kecamatan hadir sejak pagi membantu pelaksanaan pengajian.
Sudah menjadi salah satu tugas Banser, setiap ada pengajian-pengajian anggota Banser dikerahkan untuk menjaga keamanan dan mengawal kyai. Juga mengatur lalu lintas sehingga jalan yang dilewati kendaraan di area pengajian menjadi tertib dan lancar. Tempat parkir kendaraan pengunjung pun diurusi dan diatur Banser.
Hingga pengajian usai Banser menjadi pasukan yang pulang belakangan. Bahkan sampah-sampah pun dibersihkan oleh Banser.
Begitulah tugas dan kewajiban Banser disamping tugas-tugas dan kewajiban lainnya.
Sebagai organisasi non profit keberadaan Banser sangat bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat. Di kecamatan Pekuncen sendiri anggota Banser berjumlah 700 orang. Jumlah anggota Banser semakin bertambah setiap tahunnya.
Semangat mereka tidak diragukan lagi. Meskipun terkadang ada cibiran dari pihak luar yang tidak suka dengan keberadaan Banser, mereka tetap komitmen menjalankan apa yang sudah menjadi tugas dan kewajiban sesuai aturan yang diberlakukan.
Dalam menjalankan organisasi, struktur kepengurusan lengkap dengan rayon-rayon saling bekerjasama bahu membahu dalam setiap kegiatan.
Diketuai oleh Ari Dwianto, Banser Pekuncen terlihat lebih maju.
Susunan pengurus Banser Pekuncen bisa dilihat pada foto berikut.
Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan Banser Pekuncen, antara lain:
1. Menjaga keamanan (biasa disebut pengepaman) dalam kegiatan pengajian-pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.
2. Pengawalan para Kyai yang akan mengisi pengajian.
3. Pengawalan pada acara ziarah makam wali atau ulama lokal tingkat ranting dan MWC NU Pekuncen.
4. Bakti sosial, penanggulangan bencana di wilayah Banyumas.
5. Mengadakan kegiatan rutin keagamaan seperti Maulid Nabi, Isra Mi'raj, Salawatan dan lain-lain, di tingkat ranting maupun PAC Pekuncen.
Secara nasional Banser menjadi garda terdepan dalam menjaga ulama dan NKRI.
Isu kelompok radikal yang terindikasi merusak persatuan dan kesatuan NKRI selalu dihadapi Banser tanpa gentar.
Sejarah Singkat Berdirinya Ansor-Banser
Dalam Muktamar ke-9 NU di Banyuwangi, Jawa Timur pada 1934, mulai tampak peran tokoh-tokoh muda NU berpandangan luas seperti Mahfudz Siddiq, Wahid Hasyim, Thohir Bakri, Abdullah Ubaid, dan anak-anak muda lainnya. Mereka ikut menyampaikan pandangannya mengenai berbagai masalah kemasyarakatan dan kebangsaan.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi konflik internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader.
KH Abdul Wahab Chasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab Chasbullah --yang kemudian menjadi pendiri NU-- membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air).
Organisasi tersebut yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH Wahab Chasbullah, "ulama besar" sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah.
Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta teladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.
Gerakan ANO (yang kemudian disebut Gerakan Pemuda Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagai penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO atau GP Ansor sekarang (sumber: NU Online).
Di dalam Ansor ada anggota Banser yang diwajibkan mengikuti Diklatsar. Banser tidak digaji. Namun semangat mereka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya membuktikan rasa kecintaan yang tinggi pada tanah air. Siap berkorban jiwa dan raga demi negara Indonesia.
Sejarah berdirinya Banser (dikutip dari NU.or.id) sebelum resmi menjadi nama Banser, dalam catatan sejarah disebutkan cikal bakal Banser berawal dari dibentuknya Barisan Ansor Nahdlatul Ulama (BANU) yang diinisiasi oleh Gerakan Pemuda Ansor.
Pembentukan BANU kemudian mendapatkan respons secara positif. Hal itu dibuktikan pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya, dimana NU saat itu mengesahkan AD/ART BANU, seragam, mars resmi Al-Iqdam, atribut-atribut, serta yang paling penting diperbolehkannya mereka memainkan terompet dan genderang.
Pendirian BANU merupakan respons terhadap kemunculan organisasi-organisasi kepanduan saat itu.
Sifatnya yang menitikberatkan pada aspek kebangsaan dan pembelaan tanah air juga memperlihatkan respons nasionalisme NU.
Layaknya organisasi kepanduan lainnya, BANU saat itu menjalankan berbagai kegiatan seperti:
Pendidikan baris-berbaris
Latihan lompat dan lari
Latihan angkat-mengangkat
Latihan ikat-mengikat (pioner)
Fluit Tanzim (belajar kode atau isyarat suara) Isyarat dengan bendera (morse)
Perkampungan dan perkemahan
Belajar menolong kecelakaan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau PPPK)
Musabaqoh fil Kholi (pacuan kuda)
Muromat (melempar lembing dan cakram)
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor umumnya dan Banser khususnya yang direkrut dalam pelatihan militer.
Laskar Hizbullah yang kemudian dikenal sebagai salah satu laskar penting dalam perang kemerdekaan diisi oleh banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor dan Banser.
Tidak semua anggota Ansor adalah anggota Banser, apalagi jika belum mengikuti Diklatsar. "Belum bisa disebut Banser kalau belum mengikuti Diklatsar," seloroh Ndan Jhoni salah satu anggota Banser yang sangat aktif.
Jumlah anggota Banser semakin meningkat dalam setiap tahunnya. Hingga tahun 2023 tercatat mencapai 10 juta seluruh Indonesia.
Semoga keberadaan Banser semakin jaya dan berkembang. Semakin menebar manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H