Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kebijakan Kok Mengganggu Kesehatan dan Berisiko Kecelakaan?

2 Maret 2023   17:09 Diperbarui: 2 Maret 2023   17:11 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SMA Diponegoro 4 Ajibarang, yang sekarang berganti nama: SMA Ma'arif 1 Ajibarang, kenangan masa SMA (Sumber SMA Ma'arif 1 Ajb)

Topik pilihan aturan masuk sekolah pukul 05.00 mengingatkan saya ketika masa-masa SMA dulu. Waktu itu masuk sekolah pukul 07.00, peraturan yang diberlakukan umum di sekolah-sekolah sekitar wilayah tempat tinggal saya.

Rumah saya jauh dari lokasi sekolah. Untuk menuju ke sekolah saya harus berjalan kaki dari rumah ke jalan raya hampir 1 km. Lalu naik angkutan umum (saya sebut "mikro") dengan jarak 10 km ke sekolah.

Memang banyak teman lain yang rumahnya lebih jauh dari rumah saya. Jarak dari rumah ke sekolah ada yang sampai 15 km. Itupun masih harus berjalan kaki dari rumah mereka ke jalan raya untuk naik mikro.

Yang membuat saya heran, mereka tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sedangkan saya sering sekali telat. Padahal saya sudah berusaha bangun pagi dan berangkat sekolah sepagi mungkin. Jalan kaki pun saya buru-buru untuk mencapai jalan raya. Tapi ternyata sampai di jalan raya sudah tidak ada anak sekolah karena sudah naik mikro semua. Tinggal saya sendirian yang menunggu mikro berikutnya.

Seperti biasa, kalau sudah lewat pukul 06.30 maka mikro sudah jarang yang lewat. Sekalipun ada pasti mengangkut penumpang umum atau para pedagang yang mau ke pasar. Sedangkan rute ke pasar dengan ke sekolah beda. Sehingga mikro tersebut tidak melewati depan sekolah saya. Praktis saya harus berjalan kaki lagi dari jalur yang menuju ke sekolah.

Sampai di sekolah, pintu gerbang masih terbuka. Namun kepala sekolah sudah menghadang saya. Ketika ditanya kenapa telat, jawaban saya karena rumahnya jauh. Selalu saya beralasan seperti itu jika terlambat. Eh, ternyata kepala sekolah pinter jawab lagi.  "Mereka yang rumahnya jauh juga tidak telat!" begitu bentak pak kepsek. Setelah mendapat omelan sebagai sarapan pagi, saya langsung dihukum.

Saya disuruh membersihkan rumput di halaman sekolah. Terkadang disuruh mengisi kolam. Air yang saya bawa dengan ember diambil dari sumber air yang jaraknya cukup jauh dengan kamar mandi siswa yang kolamnya harus saya isi. Begitulah hukuman jika saya dan siswa lain terlambat.

Teman SMA saat reuni, dulu sebagian ada yang suka telat masuk sekolah (dokpri/et's).
Teman SMA saat reuni, dulu sebagian ada yang suka telat masuk sekolah (dokpri/et's).
Untuk menyiasati supaya tidak telat masuk sekolah, saya inisiatif indekos. Tempat kos saya cukup dekat dengan sekolah, hanya berjarak 150 meter. Kadang juga numpang becak gratisan yang mau lewat depan sekolah. Ada beberapa tukang becak tetangga kos yang tempat mangkalnya melewati sekolah saya. Jadi saya sering numpang tanpa harus memberi ongkos mengayuh.

Apakah saya tidak telat lagi setelah indekos yang jaraknya dekat dengan lokasi sekolah? Heran kan jika saya masih selalu telat? Aneh memang, saya sendiri juga heran!

"Sudah bela-belain ngekos, kok nggak bisa berangkat gasik juga," begitu pertanyaan yang selalu ada pada diri sendiri. Saya pikir sama juga bohong antara tinggal di rumah sendiri dengan indekos. Tetap saja telat masuk sekolah. Kenapa?

Sebenarnya saya tinggal di tempat kos bayar bulanan, layaknya anak kos yang lain. Bedanya teman-teman yang pada kos rerata bayar satu kamar, dan kamar mandi cuma satu untuk dipakai bersama-sama. Tarif kos pada saat itu antara 2.500 - 3000 rupiah perbulan. Sedangkan saya bayar perbulan 10.000 rupiah plus makan. Memang cuma satu kamar, tapi satu rumah anak kos cuma saya. Tidak ada anak kos yang lain. Kamar mandi juga sendiri. Dapur tersedia jika ingin masak sendiri.

Saya sudah dianggap seperti anak sendiri oleh ibu kos. Makan juga selalu enak-enak dan tidak dibedakan dengan anggota keluarga yang lain.

Karena perlakuan yang baik dari ibu kos saya pun timbal balik. Saya bantu-bantu menyapu dan mengepel lantai. Atau bantu memasak sepulang sekolah.

Rumah yang cukup besar memakan waktu cukup lama juga jika saya menyapu dan mengepel. Dan saya lakukan itu hampir setiap pagi. Rupanya hal itulah yang membuat saya telat berangkat sekolah. Apalagi harus mandi di tempat pemandian umum yang ngantri lama.

Pada saat itu memang air cukup susah di lingkungan tempat kos saya. Sumber mata air dari sumur hanya keluar sedikit. Itupun dipergunakan hanya untuk memasak. Sedangkan stok air banyak hanya pada saat musim hujan, dengan menampung air hujan. Sehingga untuk mandi, mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga penduduk mengandalkan air sungai yang tergolong kotor.

Karena mengantri mandi di sungai itulah salah satu penyebab saya telat masuk sekolah, walaupun sudah naik becak. Saya beralasan karena rumah jauh saat kepala sekolah menanyakan kenapa selalu telat. Padahal saya sudah indekos.

Pernah suatu hari saya berangkat sekolah lebih awal. Sengaja saya tidak menyapu lantai dulu. Tidak sarapan. Bahkan mandi pun tidak. Jam 6 sudah sampai sekolah. Pintu gerbang pun masih tertutup. Ujung-ujungnya saya malah masuk angin.

Sebenarnya pengalaman buruk masa lalu saya tidak ingin diulangi oleh anak saya. Ternyata anak saya yang sekarang masih sekolah lanjutan atas sering telat masuk sekolah. Beberapa kali sebagai wali siswa saya  mendapat surat panggilan dan mendatangi guru BK lantaran anak saya kena poin akibat terlambat masuk sekolah.

Beda zaman, beda cerita. Anak saya yang laki-laki itu sering main game di ponselnya hingga larut malam. Saya sudah sering mengingatkan supaya tidur jangan terlalu malam. Kelihatannya dia menurut. Namun ketika saya sudah tidur dia main game lagi.

Saya suka ngomel-ngomel setiap membangunkannya. Terkadang dia bangun untuk salat subuh, tapi kemudian tidur lagi. Saya harus membangunkan untuk tahap ke dua. Masih harus cerewet juga. Tujuan saya supaya cepat-cepat bangun. Saya berpikiran kalau waktu sudah mepet gerakan harus cepat.  Mandi, persiapan makan dan lain-lain jadi tergesa-gesa. Yang saya khawatirkan naik motor di jalan jadi ngebut. Ternyata sampai sekolah pun tetap telat karena berangkat dari rumah seringnya pukul 06.45 atau pukul 06.50. Sedangkan jarak tempuh dari rumah ke sekolah memakan waktu 10-15 menit. Pukul 07.00 pintu gerbang sudah ditutup.

Bagaimana jika di sekolah anak saya diterapkan aturan masuk pukul 05.00 seperti di NTT? Aduh, pusing tujuh keliling! Tentu hal yang sama dirasakan oleh para orang tua lainnya juga. Padahal aturan yang diterapkan sekarang saja (masuk jam 7 pagi) banyak siswa yang sering melakukan pelanggaran dan mendapat poin karena terlambat. Orang tua merekapun sering dipanggil pihak sekolah. Entah sebab apa para siswa sering terlambat, bisa jadi kasusnya seperti anak saya juga.

Maka jika aturan masuk sekolah pukul 05.00 diterapkan, tidak menutup kemungkinan akan banyak siswa yang  di-DO karena melampaui batas pelanggaran, akibat terlambat masuk sekolah. Jelas aturan tersebut tidak efektif.

Meskipun kebijakan tersebut bertujuan untuk melatih kedisplinan, melihat pengalaman yang terjadi pada zaman sekarang (walaupun masuk sekolah jam 7 pagi) sudah sepatutnya dikaji ulang dan sebisa mungkin jangan sampai diterapkan aturan masuk sekolah jam 5 pagi. Mengingat juga kesehatan peserta didik yang sudah pasti kurang tidur karena harus bangun jam 3 atau jam 4 pagi. Belum lagi yang berangkat sekolah mengendarai motor sendiri, kondisi mengantuk dan langit masih gelap sangat berisiko terjadi kecelakaan di jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun