Sebelumnya saya tidak menyangka tulisan saya yang berjudul "Cerita Mistis Dibalik Rest Area 260 B, Kenangan Pabrik Gula Banjaratma" dilihat 3.500 mata lebih, meskipun mungkin tidak semua membacanya. Saya cukup senang karena tulisan-tulisan sebelumnya rerata hanya terlihat seratus mata lebih.
Entah apa sebabnya, sehari setelah tayang tulisan itu sudah terlihat 1500an views. Saya sempat kaget, dan sempat tidak percaya. Sampai saya perhatikan dengan teliti angka tersebut. Ini 150 apa 1500? Saya zoom angkanya, eh, nggak bisa.
Sampai hari keempat setelah tayang, tulisan berjudul aroma mistis itu sudah lebih dari 3000 views. Ini sesuatu banget. Mungkin bagi yang biasa menulis artikel ilmiah dan mendapat views ribuan bukan hal yang luar biasa. Atau sudah biasa, sehingga menganggap biasa-biasa saja. Tapi tidak dengan saya. Dan sampai artikel ini saya tulis, sudah lebih dari 3.500 views
Dari cerita mistis di Rest Area 260B saya justru mencari sebab, apakah cerita mistisnya yang mengundang orang penasaran? Lalu berkeinginan untuk membacanya? Atau banyak kompasianer yang berasal dari kabupaten Brebes, sehingga tertarik untuk membacanya? Atau hanya sebatas timbal balik mengunjungi? Mungkin banyak juga yang seperti itu, tapi nonsens kalau sampai ribuan karena saya belum berkunjung ke kompasianer ribuan, hehe.
Ada satu cara yang disampaikan Kompasiana bagaimana supaya mendapatkan pembaca yang banyak. Yaitu, proses distribusi artikel melalui media sosial dan lain-lain. Beberapa detik setelah artikel ditayangkan, saya mencoba cara seperti itu, melalui :
1. Facebook (FB)
Saya manfaatkan akun Facebook untuk membuat status dari  link artikel kompasiana tersebut. Meskipun tidak banyak yang berkomentar di status FB tersebut, dan hanya menyukai, setidaknya mereka penasaran dengan membaca judul sehingga mengunjungi tautan tersebut.
Abaikan jika tidak banyak yang berkomentar di status FB, karena target kita hanya untuk menambah views pada artikel di Kompasiana saja.
Selain untuk status juga bisa di menu berbagi cerita.
2. Story WhatsApp (WA)
Daripada membuat story WA yang nggak jelas, saya salin dan tempelkan untuk story WA tautan artikel saya itu. Dari kontak yang tersimpan akan melihat story saya yang kebetulan berjumlah seribu lebih. Jangan berharap story itu dikomentari melalui WA pribadi, karena target kita hanya mereka nge'klik tautan tersebut.
3. Grup-grup WA
Tentu untuk nge'share link artikel saya di grup-grup WA sebelumnya saya minta izin share dulu. Lalu disusul share link tersebut. Jangan berharap kemudian mereka mengomentari di grup, karena tujuan kita hanya supaya mereka yang ada di grup penasaran dan klik tautan yang  dibagi.
4. WA jalur pribadi
Chat pribadi dengan mengirim link artikel memang lebih efektif, kemungkinan besar akan membacanya walaupun karena rasa nggak enak, hehe. Itu dilakukan karena mungkin mereka tidak melihat story WA atau mengabaikan link yang dibagikan di grup WA. Hanya saja hal ini juga bisa membuat mereka nggak nyaman jika terlalu sering membagikan link.
Nah, dari cara-cara itu mungkin salah satu yang membuat views artikel saya sampai ribuan. Meskipun baru satu artikel.
Selain itu juga bisa melalui IG atau yang lain.
Dan yang tidak kalah pentingnya, rajin berkunjung ke artikel sesama kompasianer lain sehingga akan dikunjungi balik.
Semoga bermanfaat bagi yang belum pernah mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H