Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pecak Jantung Alias Ontel

16 November 2022   21:53 Diperbarui: 23 November 2022   23:20 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal mula berumahtangga, aku belum mahir memasak. Baru dijalani dua minggu saja aku sudah kebingungan mau masak apa lagi. Tahu tempe dikasih santan sudah. 

Kare kentang, opor ayam sudah. Hampir setiap malam aku berpikir, merancang besok paginya mau masak apa. Terlebih suami yang berasal dari Wonogiri selera lidahnya beda dengan aku yang asli Banyumas. Bahkan sangat bertolakbelakang.  

Aku suka masakan oseng-oseng yang berminyak (klenyis,Jawa) Sedangkan suami senangnya masakan pakai santan. Bahan masakan apa saja selalu disantan.

Hari itu aku belanja ke pasar. Lagi-lagi aku bingung mau belanja apa untuk dimasak buat suami. Pada saat aku bengong, penjual sayuran mentah langgananku yang bernama bu Siti itu menawarkan jantung pisang mentah.
"Monggo mbak, sebungkus lima ribu" katanya sambil menyodorkan bungkusan plastik berisi dua buah jantung.

"Saya nggak bisa masaknya, bu..."jawabku jujur.

"Gampang kok, mbak. Nanti dicuci dulu, lalu direbus sampai empuk. Terus dipotong-potong sesuai selera. Baru dimasak pakai bumbu pecak." Bumbu pecak?! Aduh, apa saja bumbu pecaknya? Pernah masak pecak juga belum kok!

"Jadi beli apa nggak, mbak...?" Bu Siti mengagetkanku. "Baiklah, bu. Saya beli sebungkus saja dulu. Tapi minta resep bumbu pecaknya ya, bu?" tanyaku tanpa malu.

"Bumbunya cuma cabai merah, bawang merah, bawang putih, kencur dan terasi sedikit. Diulek halus, lalu ditumis dengan minyak secukupnya sampai harum aromanya, baru jantung yang sudah direbus dimasukkan dalam bumbu. Diaduk-aduk hingga bumbu tercampur rata, baru dimasukkan santan kental ditambah daun salam, lengkuas, garam dan gula merah. Kalau suka ditambah bumbu penyedap rasa." 

Aku catat semua bumbu dalam otakku. Setelah membayar dan mengucapkan terimakasih pada bu Siti, aku bergegas pulang dan langsung memasak pecak jantung. Semua langkah-langkah dan bumbunya sesuai resep dari bu Siti.

Walaupun prosesnya cukup ribet, pecak jantung masakanku sudah siap dihidangkan. Aku menatanya di meja makan. Dari tampilannya, kuah pecak jantung sangat mengundang selera. Warna merah santan kental dan warna hitam jantungnya kelihatan menarik.

Tepat pukul 14.30 suamiku pulang dari kantor. Setelah berganti  baju langsung aku ajak ke ruang makan. Seperti biasa sebelum makan suamiku minum air putih dulu. Aku duduk di sampingnya menghadap satu arah ke meja makan. Mata suamiku langsung tertuju pada sayur yang ada di mangkuk.

"Masak apa hari ini, bu?" tanya suamiku sambil mengaduk-aduk isi mangkuk seolah mencari sesuatu.

"Itu pecak jantung, pak."

"Jantung? Ini ontel..."  Suamiku mengambil sedikit pecak jantung dan menaruh di piringnya. Aku baru tahu ternyata jantung pisang  di Wonogiri menyebutnya ontel. 

Suamiku baru pertama kali makan sayur jantung yang dimasak bumbu pecak.
Awalnya dia kelihatan ragu-ragu mau makan pecak jantung, karena sama sekali belum pernah makan. Beda dengan aku, sudah sering makan tapi baru memasak sendiri.

Suamiku ambil nasi dan pecak jantung lagi.

Karena lapar,  atau hanya  karena menghargai masakanku sehingga memaksakan diri untuk makan pecak jantung alias ontel, entahlah...

#docJay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun