Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Telur Asin, Siap Menghadang Resesi

19 Oktober 2022   13:50 Diperbarui: 19 Oktober 2022   15:45 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya pandemi Covid-19 berdampak pada memburuknya perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor terdampak. Perusahaan-perusahaan besarpun terdampak akibat pandemi tersebut. Banyak yang merumahkan karyawannya karena tidak mampu membayar tenaga kerja. Belum lagi biaya operasional yang semakin tinggi.

Di bidang pariwisata juga banyak karyawan yang dirumahkan. Bahkan banyak obyek wisata yang tutup karena tidak mampu membayar karyawan sementara income menurun drastis.  

Dampak negatif dari pandemi Covid-19 yang paling dirasakan para pelaku UMKM khususnya para produsen makanan adalah biaya produksi yang sangat mahal dan daya beli masyarakat yang menurun. 

Baca juga: Telur Puyuh

Otomatis,  omzet juga menurun. Sementara bantuan dari pemerintah pusat untuk UMKM belum maksimal sebagai jalan keluar agar usahanya bertahan. Terlebih setelah naiknya harga BBM, yang sudah barang tentu diikuti oleh naiknya harga-harga kebutuhan pokok.

Penjualanpun mengalami penurunan. Terlalu kompleks untuk dibahas kondisi para pegiat UMKM saat ini.
Banyak usaha kecil-kecilan yang juga gulung tikar. Mereka tak punya modal lagi untuk memulai usaha baru.

Secara keseluruhan, dampak pandemi Covid-19 dan naiknya harga BBM sudah memicu meningkatnya angka pengangguran.
Nelayan yang tidak mampu mencari ikan lagi karena bahan bakar untuk kapalnya naik, akhirnya kerja serabutan. Jika ada yang menyuruh mencangkul sawahpun dilakukannya

Bersyukur saya masih bisa memutar otak untuk mencari terobosan usaha baru. Semula saya  sangat semangat menjadi reseller, membantu pemasaran  bagi para produsen yang memproduksi aneka makanan ringan melalui Forum Pemberdayaan Masyarakat (Fordaya), sebuah wadah para pegiat UMKM tingkat kecamatan. 

Namun karena para produsen sudah banyak yang tidak berjualan lagi, dan daya beli masyarakat juga menurun, iseng-iseng saya mencoba membuat telur bebek asin. Karena untuk proses mengasinkan telur memakan waktu hingga dua minggu, maka saya spekulasi membuat telur asin setiap hari selama 14 hari dalam jumlah yang masih sedikit. Dan itu benar-benar dari nol besar untuk memulai usaha baru. 

Meskipun terlihat sepele, hanya telur bebek yang berasa asin, tapi tidak semua orang bisa membuatnya. Sampai proses pengukusan telurpun membutuhkan cara khusus, supaya telur tidak pada retak atau pecah.

Dari tahap awal pencucian telur supaya bersih, lalu diasinkan dengan adonan semen merah yang dicampur abu gosok dan garam, sampai dicuci kembali sebelum dikukus, semua membutuhkan ketelatenan. Butuh waktu, tenaga dan kesabaran.

Saya mungkin dinilai oleh anggota keluarga  terlalu berani berspekulasi. Apalagi membuat telur asin setiap hari selama 14 hari pada tahap awal, dimana sasaran penjualanpun masih dalam angan-angan. Waktu itu saya belum mencari pasar telur asin, hanya ingin usaha berjualan dan membuat telur asin sendiri bukan kulakan pada produsen lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun