Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menyikapi Anak yang Hiperaktif

7 Oktober 2022   18:10 Diperbarui: 7 Oktober 2022   18:21 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Orang tua mana yang tidak akan kesal lantaran punya anak yang bandel. Bahkan sering dibuatnya emosi dan marah besar sehingga tak jarang pula orang tua mengumpat dengan mengeluarkan kata-kata kotor atau yang tidak baik.

Anak yang hiperaktif biasanya terlihat sejak usia dini. Anak tersebut lebih sering dinilai sebagai anak yang nakal atau bandel. Kecenderungan rasa ingin tahunya lebih besar dari anak yang biasa-biasa saja. 

Barangkali hal itu salah satu penyebab anak yang hiperaktif dinilai bandel, karena apabila dilarang ini-itu karena berbahaya misalnya, tapi tidak mengindahkan justru terkesan seperti disuruh dan semakin menjadi.

Bagi para pendidik anak usia dini, TK dan SD sebaiknya lebih meningkatkan kesabaran khusus menghadapi anak-anak tersebut. Cara menyikapinyapun harus ekstra hati-hati. Apalagi jaman sekarang banyak sekali kasus-kasus pelaporan kekerasan oleh wali murid. 

Meskipun ada lembaga hukum yang melindungi para guru, tapi setidaknya jadi mengganggu proses belajar-mengajar dan mencoreng nama sekolah. Hanya menjewer telinga murid saja ada yang membuat laporan polisi. 

Kadang sebagai orang tuapun ada yang tidak menyadari bahwa anaknya nakal dan bandel, yang seharusnya dikomunikasikan dengan pihak sekolah dulu tapi langsung main laporan. Tentu karena ada alasan hukum yang melindungi juga.

Dalam hal menyikapi anak yang bandel, mungkin lebih tepat seorang guru mengingatkan secara intens apabila anak sedang beraksi dan berusaha tidak bosan untuk memberikan perhatian. Tentunya dengan kesabaran ekstra. Bisa juga anak tersebut dibiarkan sejauh tidak mengganggu teman yang lain. 

Jika bersedia, anak tersebut dipisah ruangan misal di ruang guru, untuk belajar sendiri setelah jam pelajaran selesai. Setengah atau satu jam saja, hanya sebagai sanksi. Lama kelamaan  bisa jadi dalam hitungan hari anak tersebut merasa jera karena malu juga sama teman-temannya. 

Setelah itu kemungkinan besar bisa mengikuti pelajaran dengan normal tidak berulah lagi. Yang demikian dari pada seorang guru harus mengancam anak tidak diberi nilai atau diancam dengan kekerasan. Dan yang utama komunikasikan dengan wali murid, bisa diundang ke sekolah atau didatangi ke rumahnya.

Kembali pada orang tua yang anaknya bandel, sebaiknya juga lebih ekstra sabar menghadapinya. Jangan bosan-bosan untuk sering mendekati dan memberikan perhatian lebih. 

Di saat anak sedang kalem belailah dengan kelembutan. Hindari kata-kata kasar ataupun menyumpahi, karena banyak yang beranggapan ucapan orang tua kadang seperti menjadi doa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun