Orang tua menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dan membanggakan mereka jika sang anak berakhir sukses. Banyak cara yang dilakukan oleh orang tua agar sang anak jauh lebih baik dari anak lainnya.Â
Menurut Ani Siti Aisyah Keluarga memiliki peran sebagai media sosialisasi pertama bagi anak. Peran inilah yang membuat orang tua memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan fisik dan mental seorang anak.Â
Dikeluargalah anak mulai dikenalkan terhadap ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam agama maupun masyarakat. Semua aktivitas anak dari mulai perilaku dan bahasa tidak terlepas dari perhatian dan binaan orang tua.Â
Setiap Orang tua mempunyai berbagai pola asuh kepada anaknya yang mana pola asuh tersebut akan berpengaruh kepada tumbuh kembang si anak. Menurut Stewert dan Koch (1983:178) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orangtua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokartis, dan (3) pola asuh permisif.Â
Pola asuh inilah yang akan dipilih orangtua untuk membangun karakter anak. Banyak orang tua yang salah memilih pola asuh dan mengakibatkan masalah emosional serta perkembangan sosial anak.Â
Pola Asuh yang otoriter dapat membuat anak susah melakukan interaksi pada lingkungan diluar. Menurut Santrock (2011) pola asuh otoriter adalah gaya membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka. Anak yang di pola asuh inilah mengakibatkan ia kurang asertif kepada seseorang dan takut untuk mengutarakan pendapatnya karena ia terbiasa dengan ruang terbatas.Â
Orang Tua yang otoriter adalah memaksa anak untuk menjadi patuh atau tunduk terhadap mereka dan menanggap suasana yang mana kepatuhan lebih diutamakan daripada pengasuhan. Anak harus menjadi penurut dan tidak boleh membangkang, banyak peraturan-peraturan yang diberikan oleh orang tua agar sang anak dapat mematuhi aturan tersebut. Â
Peraturannya berisi jika ingin berpendapat maka akan ditolak dan berikan penekanan bahwa pendapat kita tidak sesuai dengan peraturan. Saat anak pulang malam akan dimarahi dan tidak diperbolehkan keluar malam lagi padahal alasan keluar malam ada kerja kelompok.Â
Pertemanan akan dibatasi oleh orang tua dan tidak boleh mempunyai teman banyak-banyak serta akan di seleksi oleh orang tua. Sedikitnya kasih sayang juga karena orang tua dengan pemikiran ini hanya ingin anaknya patuh saja. Ada hukuman jika melanggarnya tak jarang melakukan hukuman secara fisik dan verbal.Â
Asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain.Â
Berkomunikasi secara Asertif dapat mengurangi sebuah konflik dan mempertahankan sudut pandang saat berbicara. Sikap tegas dan berani akan muncul jika kita berkomunikasi secara asertif, meskipun terlihat tidak sopan namun jika kita dibiasakan berkomunikasi secara ini maka kita tidak akan tersiksa dan merasa tidak enak pada seseorang.Â
Dengan terbiasa mendapatkan perlakuan yang otoriter dari orang tua maka sang anak akan menjadi kurang asertif ia akan mudah mengalah, mudah tersinggung, kurang yakin pada diri sendiri dan sukar memulai komunikasi dengan orang lain.Â
Contohnya Lisa adalah mahasiswi dari Uhamka yang mendapatkan pola asuh otoriter dari orang tuanya, keinginan Lisa selalu di kekang oleh orang tuanya sampai Lisa menjadi anak yang susah memutuskan sebuah keputusan. Sewaktu ketika Lisa mendapatkan sebuah pilihan untuk memilih jurusan, Lisa kesusahan dalam memilih dikarenakan Lisa jarang diberikan kebebasan dalam berpendapat.Â
Hal hasil Lisa memilih jurusan yang ternyata tidak sesuai dengan passion dia dan menjadi salah jurusan. Lisa juga pernah terlibat perang batin karena ia memiliki masalah dengan temannya tetapi Lisa tidak berani mengutarakan ketidaksukaan ia kepada temannya karena takut temannya marah dengan dia dan meninggalkan dia. Lisa terus memendam perasaan ini terus menerus dan akhirnya ia tersiksa sendiri.
Dengan menanamkan sikap asertif pada anak sejak dini maka sikap-sikap itulah tidak akan ada pada diri anak. Menurut Mega Cahya Dwi Lestari Anak perlu diberikan pemahaman tentang makna asertif atau bertindak asertif, sehingga anak dapat mengetahui saat yang tepat untuk bersikap asertif atau mempertahankan diri dan saat yang tepat untuk bersikap non asertif atau mengalah dalam menjaga perasaan orang lain.Â
Dengan tidak mengekang mereka pasti anak akan lebih asertif dan lebih percaya diri dalam mengembangkan sikap emosional dan komunikasi kepada orang banyak.Â
Â
Peran orang tua memang sangat penting dalam perkembangan psikologi anak dan pendidikan. Memberikan Pola asuh otoriter tentu akan berdampak buruk bagi anak. Daripada mengekang lebih baik Orang tua Meminta Anak Untuk Memilih Memilih dan mengambil keputusan berkaitan dengan kemandirian.Â
Mintalah anak untuk memilih sendiri sesuai keinginan dan kesukaannya, tidak harus bergantung kepada orang tua atau temannya. Mengembangkan Komunikasi Asertif pada anak akan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang dan menjadi lebih percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H