Mohon tunggu...
Muhammad Dicky Nur Fuadzi
Muhammad Dicky Nur Fuadzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saintis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Pendidikan UIN WALISONGO SEMARANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meninjau Pola Kaderisasi yang Efektif di Era Blended Learning pada Organisasi Ekstra di UIN Walisongo Semarang

28 Mei 2022   22:30 Diperbarui: 28 Mei 2022   22:33 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blended learning telah dicanangkan pada semester ganjil tahun 2020/2021 di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menjadikan pembenahan bersama terkait dengan pola kaderisasi yang baik dan tepat sasaran. Blended learning sendiri merupakan pola pembelajaran semi tatap muka dimana 50% dilakukan dengan tatap muka dan 50% lainnya menggunakan pembelajaran daring. Hal ini sebelumnya belum disahkan, tetapi sepertinya akan diaplikasikan secepatnya. Pola pembelajaran blended learning ini membuat pola kaderisasi dalam upaya mendapatkan anggota di organisasi ekstra kampus pun perlu dibenahi secara seksama karena pastinya perlu strategi yang baru lagi mengingat sistem perkuliahan baru juga yang akan diterapkan.

Meninjau terlebih dahulu terkait dengan kaderisasi di tiap fakultas, bahwa masing-masing fakultas memiliki keistimewaan tersendiri terkait dengan pola kaderisasi yang haruslah bermuatan keilmuan sesuai dengan fakultasnya. Tetapi di garis bawahi disini adalah bukannya pola keilmuan diluar bidangnya tidak cocok diaplikasikan, tetapi pada dasarnya pola keilmuwan yang menuntut hal tersebut. Strategi yang perlu melibatkan faktor akademik-pun perlu dipertimbangkan. Misalnya fakultas sains dan teknologi, keilmuan di bidang sosial dan kemanusian bukan berarti tidak cocok untuk di implementasikan oleh organisasi di fakultas tersebut. Pola mahasiswa yang akademisi yang hampir mengutamakan nilai akademiknya dibandingkan mengikuti proses pembentukan karakter di sebuah organisasi menjadi sebuah polemik yang tiada habisnya. Hal tersebut merupakan permasalahan yang turun temurun yang terkadang masih perlu dibenahi bersama terkait dengan pola kaderisasi yang dikira cocok dengan pola kaderisasi saintek. Ditambah lagi dengan keadaan pandemi saat ini tentunya akan membatasi gerak langkah kita dalam melakukan kaderisasi sehingga strategi sangatlah diperlukan dalam proses pencarian kader guna eksistensi tiap organisasi ekstra di kampus hijau.

Pada pembelajaran blended learning, tentunya mempunyai dua ranah yaitu ranah secara nyata dan virtual. Hal tersebut perlu dibenahi bersama dikarenakan dua hal tersebut bisa melengkapi satu dengan lainnya dan akan menyebabkan pola kaderisasi yang baik. Disini analisis yang akan dibahas secara singkat ini berkaitan dengan pada era blended learning ini pola kaderisasi yang akan diaplikasikan seperti apa dalam mengoptimalkan pencarian kader di organisasi ekstra kampus.

Pada pola kaderisasi dengan ranah virtual tentunya dengan pengoptimalan sosial media. Disini, media WhatsApp menjadi media yang sangat efektif digunakan. Proses chat dengan mahasiswa baru bisa dilakukan dalam upaya kaderisasi. Dalam kaitannya dengan pola virtual, hal tersebut dilakukan dengan chat berkala dan proses menarik antusiasme mahasiswa untuk mengikuti dan masuk kedalam keanggotaan organisasi ekstra di kampus.

Pada pola kaderisasi ranah tatap muka, berarti hal yang perlu dilakukan adalah dengan membuat stand atau posko dari suatu organisasi ekstra tersebut di setiap sudut kampus di lingkungan fakultasnya masing-masing. Jika sekiranya di dalam kampus nantinya menimbulkan polemik, maka alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan lahan atau mendirikan stand di depan gerbang kampus. Pengurus juga bisa menggunakan media pamflet yang nantinya disebarluaskan kepada calon mahasiswa baru untuk bisa tertarik mengikuti organisasi tersebut. Dalam pamflet tersebut tentunya harus dikemas sedemikian mungkin agar nantinya bisa membuat mahasiswa baru semakin tertarik untuk mengikuti organisasi itu.

Dalam proses pengaplikasiannya tentunya perlu dukungan dari berbagai pihak baik kader, pengurus maupun senior. Proses tersebut diupayakan agar optimalisasi kaderisasi dilakukan seoptimal mungkin agar mendapatkan target anggota sesuai dengan target yang telah disetujui oleh organisasi sebelumnya. Proses lainnya yang bisa dilakukan selain dua pola tersebut adalah dengan membuat story WhatsApp dengan desain yang semenarik mungkin, pembuatan kegiatan yang berbau akademik yang dapat menarik perhatian mahasiswa baru, maupun kegiatan lainnya dapat mengembangkan minat dan bakat para mahasiswa baru dengan target khusus dalam menarik calon anggota untuk masuk ke suatu organisasi ekstra di UIN Walisongo Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun