Mohon tunggu...
Cincay L.Kirana
Cincay L.Kirana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Perempuan yang suka nulis klo lg mood n hobby baca klo ga bisa tidur.. http://cincay-me.blogspot.com/ Salam kenal semuany .. ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Kamu dan Dia

6 Maret 2015   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_401186" align="alignleft" width="300" caption="Gambar dari Google"][/caption]

Ku amati dengan seksama wanita yang duduk dihadapanku ini. Penampilannya jauh berbeda dari 5 tahun yang lalu. Kini ia lebih matang, lebih cantik dan lebih anggun. Berbeda dengan ku saat ini yang terlihat jauh lebih tua dari usia ku dan jauh lebih kurus. Tidak hanya penampilan fisiknya saja yang berubah dari sosok wanita yang bernama Helka ini, tatapan mata yang dulu lembut kini terasa tajam menusuk hati ku. Kebencian di masa lalu dengan ku masih tergambar jelas di matanya. Minuman yang kami pesan tadi telah datang, coklat panas di caffe kecil ini sangat berarti bagiku. Banyak kisah kami yang dapat aku ingat bila menikmati minuman coklat panas ini. Kenangan manis serta kenangan bagaimana kami berjuang mempertahankan hubungan kami selama hampir 2 tahun. Namun lagi-lagi aku terkejut dengan minuman yang dipesan oleh wanita yang dulu aku puja ini. Kopi pahit dengan sedikit creamer yang dipesannya menguarkan aroma tajam khas kopi klasik. "Jadi ada apa kamu meminta ku untuk bertemu dengan mu disini?" Pertanyaan dengan nada tajam nan ketus sedikit mengejutkan ku. "A..Ak..Aku ingin minta maaf pada mu Ka.." " Sudah ku maafkan dari beberapa tahun lalu" jawabnya langsung dengan nada tajam yang sama. "Aku benar-benar minta maaf dengan mu sayang.." ujarku seraya tertunduk lemah dan tulus. " Jangan pernah kau ucapkan kembali kata sayang untuk ku, berikan saja kata manis mu itu untuk wanita mu kini"

Perlahan ku tatap kembali matanya, " Kamu sekarang benar-benar beda Ka, aku nyaris kehilangan dirimu yang dulu kini.." Helka menarik bangkunya agar wajahnya dapat lebih dekat dengan wajahku. " Kamu memang sudah kehilangan Helka mu dari 5 tahun yang lalu, saat kamu mencampakannya dan meninggalkannya tanpa penjelasan apapun. Bahkan undangan pernikahan kau pun, kau titipkan kepada sepupumu yang sekantor dengan ku saat itu" Helka menarik kembali wajahnya dari hadapanku dan kembali bersandar ke bangku. Dihirupnya perlahan kopi pahit tersebut dengan tatapan tetap tajam ke arah ku. "Maafkan aku Ka, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu, aku benar-benar terpaksa melakukan itu karena tidak ada pilihan lagi saat itu.." Aku mulai merasa tertekan saat ini, mengingat kejadian malam itu membuat aku merasa sakit. " Kalau kau tahu semua cerita yang sebenarnya ka.." "' Aku tau persis ceritanya, makanya kamu telah aku maafkan, namun bukan berarti aku bisa kembali padamu ya Pry.." Aku menghela napas panjang, sudah ku duga jawabannya seperti ini. Namun paling tidak aku sedikit lega apabila dia sudah tau semua ceritanya dan memaafkan aku. " Terima kasih ka, bila kau benar-benar telah memaafkan aku dengan tulus, itu sudah cukup bagi ku." kami terdiam sesaat untuk beberapa menit, sibuk dengan pikiran masing-masing. " Ka.. Masihkah kau meminum minuman yang aku pesan ini??" Helka menatap tajam kembali pada ku, aku merasa seperti salah melontarkan pertanyaan kepadanya. "Sori ..Aku sudah tidak suka minuman mu itu, aku lebih menikmati kopi pahit ini..rasanya lebih pasti dan lebih jujur." Jleb..Jawabannya benar-benar menyindir ku.

"Well..Rasanya sudah cukup pertemuan kita ini." Helka langsung menyeka pinggir bibirnya dengan tisu yang tersedia. "Ku harap ini pertemuan kita yang terakhir, kalaupun kita harus bertemu kembali kita membawa keluarga masing-masing ya.." Helka berdiri dan merapikan blazernya yang agak kusut di bagian lengan. "Oia satu lagi, sampaikan salamku buat istri mu, katakan padanya kalau aku tidak suka barang bekas, apalagi bekas dirinya..Jadi tidak perlu khawatir kalo suaminya berpaling kepada ku, karena sudah dapat dipastikan aku tidak akan menerimanya.." Helka berlalu dari hadapan ku dengan langkah anggun namun menggoreskan cukup luka buat ku. Kata-kata terakhirnya yang menyatakan aku sebagai barang bekas sangat membuat aku geram dan sakit hati. Inikah balas dendam yang dia berikan kepadaku.. Memberikan luka yang sama perihnya diakhir pertemuan kami..??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun