Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Zagreb, Luka Perang Balkan, dan Warisan "Austro-Hungary"

28 Oktober 2017   09:22 Diperbarui: 29 Oktober 2017   21:34 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pozdrav kako si !

Di antara negara-negara Eropa yang menjadi favorit kunjungan wisata para turis Indonesia,  bisa dipastikan Kroasia (Crotia) tidak masuk dalam daftar 10 (sepuluh)  besar mereka.   Kerana, yang menjadi favorit adalah, biasanya:   1. France 2. Spanyol  3. Italia 4. UK 5.  Netherlands 6. Germany 7. Swiss 8. Belgium 9. Czech Republic dan 10. Austria,  respectively.  Atau bisa juga ditambahkan berikutnya : Norway, Hungary, dan Slovakia.  

Nah, Kroasia tetap tak masuk hitungan.  Banyak pula yang tak punya ide. Negeri apa itu?  Ujar sebagian turis Indonesia.   Padahal Krosia  dahulu adalah kerajaan yang mandiri yang sudah sangat tua usianya.  Sejak abad 10 Masehi sudah eksis.  Kemudian penguasa negeri Croatia bergotna ganti hingga pada tahun 1918 setelah perang dunia pertama ia dianeksasi dan menjadi bagian dari Yugoslavia.  Lalu, Setelah runtuhnya Uni Sovyet  pada akhir 1980-an,  peta politik Yugoslavia pun berubah. Satu-satu negara-negara yang pernah ditaklukannya kemudian memisahkan diri.  

Croatia memerdekakan diri  pada Juni 1991.  Selanjutnya menjadi Republik Croatia atau dalam bahasa lokal adalah Hrvatska (saya tak punya ide bagaimana penyebutannya).  Namun keputusan ini harus dibayar mahal.  Penguasa Yugoslavia,  etnis Serbia,  tidak menerima  perceraian sepihak ini.  Selanjutnya terjadilah   Perang Balkan pada tahun 1992 -- 1996 yang tidak hanya berdampak pada Croatia namun juga pada Slovenia, Bosnia & Herzegovina dan  Macedonia.  Perang pembebasan Croatia berlangsung selama empat tahun,  1991- 1995 dengan menelan korban jiwa yang banyak, utamanya di Bosnia Herzegovina.

zagreb4a-59f5e59a12ae94514124f232.jpg
zagreb4a-59f5e59a12ae94514124f232.jpg
And here  I am now.  Right in Zagreb,  Capital City of Croatia.  Udara Zagreb di pertengahan Mei 2017  ini menyenangkan.  Di Pertengahan musim semi.  Mild. Tidak panas, namun juga tidak dingin.  Airport Franco Tudjman juga nyaman.  Cukup kecil sih  untuk ukuran bandara utama di ibukota negara, dengan hanya satu bangunan besar utama.  Di apron juga tidak banyak pesawat yang parkir,  hanya beberapa burung besi Croatia Airlines, disamping KLM kami yang baru saja mendarat dari Amsterdam.

Tidak heran apabila bandaranya mungil.  Karena negaranya saja mungil.  Penduduknya juga hanya 4.2 juta jiwa  (tak usah bandingkan dengan Indonesia,  bandingkan saja dengan Propinsi Sulawesi Utara yang berpenduduk 4.3 juta jiwa). 

But small is beautiful.   Negara ini asri, hijau, langit dan udaranya bersih, serta penduduknya hangat dan friendly.   Nyaris tak tersisa luka luka akibat perang Balkan 25 tahunan silam.   Zagreb sendiri indah luar biasa.   Sarat dengan peninggalan era abad pertengahan era Austro-Hungary.  Sisi klasiknya  mirip dengan kota-kota di Eropa seperti Brussels,  Amsterdam, Vienna,  Berlin, Prague, dan Budapest.  Uniknya, sisi klasik kota ini berdampingan dengan sisi modernitas-nya.  Gedung-gedung tinggi,  trem, dan fasilitas yang modern terhampar berdampingan dengan gedung-gedung tua yang dirawat dengan serius.

Menginap di lantai tiga apartemen di downtown Zagreb,  mata kami terpuaskan dengan pemandangan sekitarnya.  Gedung National Theater yang klasik berwarna coklat kekuningan.   Window shopping sepanjang Ilica Street dan Dolac Market.  Berjalan-jalan di sekitar Ban Josip Jelacic dengan icon utamanya patung pria berkuda, mendaki jalan menuju St Mark Church.  

Mengunjungi museum unik bernama "Broken Relationship" ataupun museum seram bernama "Torture Museum" yang menyimpan koleksi alat-alat penyiksaan di abad pertengahan. Cathedral Zagreb adalah bentuk keindahan yang lain.   Memandangnya dari kejauhan dari Lotrsca Tower menjelang sunset adalah keasyikan sendiri.   Namun, ada juga sisa-sisa luka perang Balkan.  Ada memorial serangan roket Serbia di downtown Zagreb pada Mei 1995 yang menewaskan 7 orang dan melukai puluhan orang.  Di luar Zagreb, apalagi di negeri jiran Bosnia & Herzegovina,  luka-luka perang tersebut lebih terasa lagi.  Anyway,  Zagreb dan Croatia are really worth visiting !

zagreb7a-59f5e5a4ed4ed677b74c4b07.jpg
zagreb7a-59f5e5a4ed4ed677b74c4b07.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun