Tak lama kemudin, saya bertanya kepada Pal dan Priya, rekannya sesama panitia : “Anda tidak makan ikan, daging, ayam dan sejenisnya?” Pal menjawab ramah : “It’s OK Prof, we’re vegetarian. We’re fine….Maka, sambil malu-malu saya menyantap hidangan seafood bakar di hadapan para pelaku vegetarian. Posisi saya ketika itu laksana ‘unbeliever’ saja di hadapan para praktisi agama Hindu yang memilih jalan vegetarian.
Di guest house sama saja. Ingin makan di dining room, malah dicegah. Makanannya yang malah mereka antar ke kamar. Ingin air mineral atau minta chai (Indian milk tea) tak perlu ngomong, mereka akan antar sendiri tanpa diminta. Lalu bolak balik manajer guest house dan staff-nya menanyakan, apa yang kurang? Perlu apa lagi? Dan sebagainya. Bak pangeran dari negeri dongeng saja saya ini...
Satu hal yang penting lagi, imej saya bahwa orang India bau badan ternyata sirna selama di Gujarat State. Tak ada satupun yang tercium beraroma memabukkan. Mungkin hal itu karena saya berinteraksi dengan kalangan akademis yang berpendidikan tinggi. Bisa jadi situasinya berbeda kalau bertemu dengan orang kebanyakan. Tapi itu tak penting, sekali lagi itu tak penting karena saya mulai merasa at home di India, kuliner-nya dahsyat, ATM ada dimana-mana, warisan budaya lama tetap terpelihara, dan yang terpenting adalah dimana-mana mudah menemukan orang yang tengah tersenyum dan tertawa ! namaste !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H