Walesa, Poznan dan Gerakan Buruh Polandia
Lech Walesa adalah icon gerakan buruh sekaligus icon demokrasi di Polandia. Melalui gerakan buruh 'solidarnosc' (solidaritas), Walesa dan para sekondannya menggebrak Polandia di awal tahun 1980-an, persis ketika negeri itu masih di bawah cengkraman komunis, tepatnya menjadi negara boneka Uni Soviet.
Dale Carnegie (2016: 130-133) menyebutkan bahwa Walesa adalah teknisi listrik di galangan kapal Lenin di Gdansk yang pertama kali menyatakan ketidaksetujuan terhadap pemerintahan komunis Polandia. Juga pengekangan komunis terhadap gereja.
Sungguh memerlukan nyali ekstra untuk berani melawan komunisme pada saat tersebut. Mengapa ia bersedia memiliku tanggungjawab yang besar itu? Padahal ia tahu bahwa resikonya adalah tertangkap, ditahan dan mungkin disiksa oleh polisi, atau bahkan kematian. Ia pun tahu bahwa keluarganya dalam bahaya.
Bertahun-tahun kemudian ketika ditanya apakah pada saat itu ia takut, Walesa mengakui bahwa ia sangat takut, tetapi ia berpikir bahwa harus ada seseorang yang tampil untuk memimpin. Ia teringat kata-kata dari seseorang yang sangat dikaguminya yaitu Pope John Paul II. “Belajarlah untuk menaklukkan rasa takut.”, demikian Paus mengingatkan. Walesa menuruti nasihat Paus yang sangat berharga itu (Carnegie, 2016 : 130-133).
Pada tahun 1981 Lech Walesa ditangkap dan diasingkan selama sebelas bulan di suatu pondok pemburu di daerah terpencil Polandia. Ketika rezim komunis Polandia runtuh pada 1989, menyusul kejatuhan Uni Soviet, Walesa, seorang teknisi listrik dari pelabuhan Gdansk, terpilih menjadi Presiden Polandia.
Walesa boleh jadi adalah icon Polandia. Sebagaimana John Paul II, mantan Paus (1978 – 2005) yang berasal dari Krakow – Poland, namun gerakan buruh Poland yang turut membesarkan nama Walesa dan mengakhiri rezim komunisme di Poland, tak dapat dipandang sebelah mata.
Dan, jauh sebelum era Gerakan Buruh Solidaritas (Solidarnosc), peristiwa penting yang patut dicatat adalah pembangkangan buruh di Poznan, voivodeship (Propinsi) Greater Poland, pada tahun 1956.
Pembangkangan buruh di Poznan dalam wujud demonstrasi massal pada tahun 1956 adalah protes massal pertama kalangan buruh terhadap pemerintah berkuasa (rezim komunis Poland). Dan itu adalah barang haram bagi pemerintah komunisme.
Ketika itu kaum buruh di Poznan, utamanya di pabrik-pabrik Cegielski, menuntut pemerintah untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih nyaman bagi kaum buruh. Tak pelak, muncul yel yel : “For God, Justice, Freedom and Bread’. Juga, ‘We demand bread!’. Ya, disamping keadilan dn kebebasan, isu kelaparan dan bahan pangan yang terjangkau adalah muatan utama dari aksi buruh. Kerana, harga-harga barang pangan melonjak tinggi, pendapatan tak beranjak, sementara diri dan keluarga harus tetap bertahan hidup. Maka, pecahlah aksi buruh berskala massif pertama ini.
Pada 28 Juni 1956, sekitar 100.000 buruh berhimpun di pusat kota di dekat kantor Kementerian Public Security. Menuntut perbaikan taraf hidup dan akses yang lebih mudah terhadap bahan-bahan pangan. Sayangnya, alih-alih direspon positif, penguasa malah menerjunkan 400 tank dan 10.000 tentara dari People’s Army of Poland dan juga Internal Security Corps yang dipimpin Jenderal boneka Uni Soviet Stanislav Poplavsky.