Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Poznan: Kota yang Pandai Memelihara Ingatan

16 Juli 2016   14:14 Diperbarui: 16 Juli 2016   14:15 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai dengan awal 2016, saya tak tahu ada kota bernama Poznan di Polandia.  Sebelum-sebelumnya saya hanya akrab dengan nama Warsawa (Ibukota Poland), Gdansk dan Krakow.   Poznan, dimana tuh?

Tak hanya Poznan,  Polandia seringkali diabaikan dari target kunjungan turis mancanegara.  Ketika menyambangi Eropa,  mayoritas wisman akan menyambangi France,  lalu Spain, Italy, Germany, UK,   sementara Polandia seringkali tak dilirik.  Apalagi Poznan.  

Pertama menyambangi Poznan pada Selasa sore 12 Juli 2016, kesan pertama saya penduduknya rada slebor.  Minimal dibandingkan dengan penduduk Germany, Netherlands, Belgium dan France yang jauh lebih dahulu saya akrabi.  Turun di stasiun Poznan Glowny setelah menunggang EC PKP Train dari Berlin, Germany selama tiga jam setengah, saya langsung disambut sebuah taxi sedan Skoda berwarna putih.

What? Royal Hotel?  twenty Zloty ! ujar sang sopir.    Saya menghitung dalam hati. Sekitar Rp 60.000,- . Tidak terlalu mahal. 

Uniknya sang supir taxi hanya menggunakan celana pendek dan sandal jepit.  Tak hanya itu,  iapun tak menggunakan argo, tak mengenakan seat belt,  menyetel tape-nya keras-keras dan membawa mobil persis seperti membawa kuda balapan.  Alias, semaunya.    Keren nih di Eropa ada taxi driver ogah pake seat belt, ini baru di luar mainstream!

Satu hal yang menarik lagi, rata-rata penduduknya berbadan ramping dan nampak sehat secara fisik. Kalau tidak bisa dibilang cantik dan ganteng.  Hal ini diaminkan Satrio, mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Poznan Institute of Technology. "Saya betah sekolah disini Pak. Biaya hidup disini relatif murah Pak, dan perempuannya cantik-cantik!" tukas Satrio,  Halah...

Orang-orang yang saya jumpai rata-rata ramping dan tinggi.  Kendati tidak setinggi orang-orang Belanda  (data menunjukkan bahwa negara-negara yang penduduknya tertinggi di dunia adalah berturut-turut : (1) Bosnia Herzegovina; (2) Netherlands; (3) Montenegro; (4) Denmark; (5) Norway).

Penduduk Poland (biasa disebut 'Polish'  atau  'Poles')  memang tidak banyak.  Hanya 38.5 juta jiwa sahaja.   Penduduk Poznan?  lebih sedikit lagi,  552 ribu jiwa sahaja.  Alias kurang dari sepertiga penduduk kota Depok - Jabar yang kini sekitar 1.7 juta jiwa.   Tingkah laku penduduk juga bervariasi.  Ada yang menyuguhkan keramahan dan kehangatan,  Ada juga yang membuat seram.   Di hari pertama di Poznan,  ketika menikmati senja di Taman Mickiewicza, dua orang pria dewasa berkostum ala pekerja menyambangi saya dan minta uang dengan mulut berbau alkohol (sumpah saya tidak paham mereka bercakap apa, namun sepertinya memang minta uang untuk beli beer).  

Sebaliknya, ketika dua kali menumpang taxi.  Saya dibuat takjub dengan ocehan supir taxi (yang mati-matian berusaha bercakap in English).  Supir pertama bernama Julian Lewandowski.  Nama keluarga-nya mengingatkan saya akan Robert Lewandowski, striker Bayern Munchen. "Nama keluarga anda sama dengan Robert Lewandowski, memang Robert orang Poznan juga?" tanya saya membuka percakapan. "Robert bukan orang sini dan saya tidak terlalu menggemari-nya. Kendati dia adalah figur paling populer di Poland," ujar sang driver kalem.  "Oh anda dari Indonesia ya?  dua minggu lalu saya antar penumpang dari Indonesia yang akan ke Airport," tambahnya lagi. 

Supir taxi kedua yang saya tumpangi nampak berusia lebih muda dan 'lebih ajaib.'  Kendati hangat namun ia kuper.  "I am thirty four years old. And I've never been abroad.  I travelled only to Germany. Therefore, I've never boarded a plane all my life,"  ujarnya santai.  "Your english is good but I am not.  That's why I always bring this book," kata sang supir sambil menunjukkan kamus English-Polish nya.  Tetiba saja saya shock.  Ada juga orang dewasa yang tinggal di jantung Eropa yang tak pernah pergi kemana-mana kecuali ke satu negara tetangga dan belum pernah naik pesawat pula seumur hidupnya!   mendadak saya jadi teramat bersyukur....

Terlepas dari aneka rupa dan polah penduduknya,  Kota ini lihai mengemas sejarah.  Terletak di Propinsi Wielkopolska (Greater Poland), sisi barat Polandia, Poznan amat sarat dengan sejarah.  Apalagi ia terkatagori kota tua. Berdiri sejak abad 9 masehi.   Walau kini berfokus pada pengembangan ekonomi. namun Poznan pandai memelihara ingatan publik,   Sejumlah museum, patung, dan pelbagai bentuk memorial tergeletak dimana-mana untuk mengenang  berbagai macam hal.  Sebutlah Historical Museum of Poznan, 'Rumah Penjual Ikan', Wielkopolska Military Museum, Museum of Musical Instruments, Croissant Museum (bayangkan, croissant aja punya museum sendiri!), Archaelogical Museum, Gorka Palace, Fransiscan Church, Parish Church, dan juga great Cathedral Gniezno yang diyakini sebagai tempat kelahiran Katholik Polandia. Juga yang amat menarik,  memorial pembantaian aksi buruh 1956 yang monumental.  Aksi buruh berskala besar pertama melawan pemerintah komunis Poland ! 

Secara fisik, kota ini tertata apik,  bersih dan rapi.  Taman-taman dan ruang terbuka hijau tergeletak dimana-mana.  Transportasi umum juga lancar jaya.  Bus dan tram dengan banyak pilihan rute tersedia dimana-mana.  Gedung-gedungnya,  kendati tidak banyak menjulang tinggi macam kota metropolitan Warsawa atau macam jirannya Berlin, Frankfurt, or Munchen, namun tetap asri dan enak dipandang.  Nampak jelas bangunan-bangunan tersebut adalah sisa peradaban masa lalu yang tetap terpelihara.  Sisa-sisa 'kekakuan' ala Eropa Timur (sebagai satelit dari Uni Soviet masa komunisme) memang masih terlihat.  Namun kenangan masa lalu tersebut dapat berdampingan secara apik dengan bangunan-bangunan baru yang menandakan kemajuan ekonomi Poland yang kini memilih format liberalisme ekonomi.  Kota ini pandai memelihara ingatan publik, sekaligus pandai menyambut kemajuan ekonomi. 

Banyak yang masih bisa ditulis tentang Poznan,  namun biarkan anda yang menuliskan dan menceritakannya ya

niech nam odwiedzić Poznaniu!   mari kunjungi Poznan ! 

p4-5789dd8164afbdf4061b98da.jpg
p4-5789dd8164afbdf4061b98da.jpg
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun