Namun bagaimana fakta Evidenced-based Medicine berbicara?
Systematic review dan meta analisis sembilan belas studi kohort prospektif atau studi cross-sectional oleh Rongrong Li, dkk (1) secara mengejutkan menegaskan bahwa risiko hiperurisemia dan asam urat secara POSITIF dengan berurutan berkorelasi dengan:
- Alkohol dengan OR (Odds Rasio) 2.58 (95% CI 1.81-3.66);
- Fruktosa dengan OR 2.14 (95% CI 1.65-2.78);
- Seafood dengan OR 1.31 (95% CI 1.01-1.68); dan
- Daging merah dengan OR 1.29 (95% CI 1.16-1.44)
dan berkorelasi NEGATIF dengan:
- Produk susu dengan OR 0.56 (95% CI 0.44-0.70);
- Kedelai dengan OR 0.85 (95% CI 0.76-0.96)
- Sayuran dengan kandungan purin tinggi tidak menunjukkan hubungan dengan hiperurisemia, tetapi bahkan memiliki hubungan negatif dengan gout dengan OR 0.86 (95% CI 0.75-0.98).
- Asupan kopi dikaitkan secara negatif dengan risiko gout, namun mungkin terkait dengan peningkatan risiko hiperurisemia pada wanita, tidak pada pria.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Jake, dkk (3) pada 2019 mendukung hal serupa. Semua makanan berbasis nabati terbukti menurunkan risiko kejadian gout, dan hal ini dikaitkan dengan jenis purin nabati, serat, kandungan polifenol, vitamin C, dan faktor gaya hidup tertentu pada populasi yang terbiasa makan sayur-sayuran dengan populasi yang tidak menyukai sayur-sayuran.Â
Diet mediteranean yang kaya konsumsi kacang-kacangan tanpa olahan yang diteliti oleh Nickolai, dkk (4) dari Jerman juga menunjukkan kemampuan protektifnya terhadap hiperurisemia dan gout.Â
Kandungan antioksidan yang begitu tinggi dari alam nabati dihipotesiskan berperan besar mencegah peradangan, baik peradangan yang berperan menyebabkan penumpukan kristal MSU, maupun peradangan oleh kristal MSU itu sendiri yang bermanifestasi sebagai gout.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut ada beberapa poin edukasi yang harus diubah 'besar-besaran'.Â
Pertama, bahwa diet berbasis nabati, yakni sayur-sayuran dan kacang-kacangan (termasuk produk soy seperti tahu dan tempe), meskipun tinggi purin, tidak terbukti menyebabkan hiperurisemia, dan dengan lebih yakin, bersifat protektif terhadap insidensi gout.Â
Kedua, bahwa tidak semua buah-buahan kaya air aman dikonsumsi untuk penderita gout, terutama pasien harus berhati-hati terhadap buah-buahan kaya fruktosa seperti apel, anggur, pir, semua buah-buahan yang dikeringkan, mangga, nanas, blackberries, blueberries, raspberries, strawberries dan semangka, serta madu.Â
Ketiga bahwa kita harus mengingatkan pasien dengan gout untuk benar-benar menghindari alkohol, mengingat OR-nya terhadap kejadian gout yang sangat tinggi, dan kemudian meminimalkan konsumsi seafood dan daging merah.Â
Sekali lagi penulis menekankan bahwa praktik klinis kedokteran adalah sebuah seni. Setiap dokter boleh menyampaikan pendapat dan berpraktik berdasarkan keilmuan, pengalaman, dan pembelajaran masing-masing. Namun sebagai seorang long-life learner, alangkah baiknya menjalankan praktik klinis yang berdasarkan Evidenced-based Medicine.