Lumayan lega saya mendengar penjelasan tersebut. Tidak lama berselang istri saya juga mengabarkan bahwa dari pemeriksaan Echocardiography kondisi jantung Arka bagus. Dari situ dokter Harkit bilang kalau Arka bukan kena Kawasaki dan boleh pulang. Saya tidak langsung percaya begitu saja, saya instruksikan istri saya agar tidak pulang ke rumah, tetapi langsung bawa Arka ke RS Omni Alam Sutera. Saya sendiri langsung ke Omni karena tidak jauh dari tempat kerja.
Singkat cerita, Arka diperiksa di Omni. Dicek dari mulai tes darah, rontgen dada, EKG, hingga foto wajah tangan dan kaki untuk dikirimkan via WhatsApp ke dr. Najib. Sambil menunggu hasil diagnosa, Arka kembali diopname.
Vonis Kawasaki
Malamnya saya pulang ke rumah untuk mengambil pakaian dan perlengkapan lainnya. Sekitar pukul 23.00, istri saya telepon. Sesegukan ia menangis mengabarkan kalau Arka dinyatakan positif Kawasaki. Dokter yakin Arka positif Kawasaki karena selain dari tanda-tanda fisik, trombosit Arka juga kembali meningkat. Malam itu trombosit sudah mencapai 945 ribu/µl. Naik hampir 200 ribu/µl dalam waktu kurang dari sehari.
Sedih sekali rasanya, tak karuan suasana hati saya saat itu. Tapi di luar itu semua terus terang saya lega. Paling tidak terang sudah apa yang selama ini samar. Kebingungan dan ketidakjelasan selama seminggu ini akhirnya menemukan titik terang. Paling tidak kami sudah dalam trek yang benar dalam ikhtiar pengobatan Arka.
Setelah dinyatakan positif Kawasaki, Arka langsung diberikan obat Immune Globulin (IVIg) lewat infusnya. Jujur, bagi kami harga obat ini sangat mahal. Satu vial merek Gammaraas (2,5 gr) harganya 3,7 juta sedangkan anak kami dengan berat 9 kg membutuhkan 7 vial. Berarti total hampir 26 juta untuk obat itu saja, belum biaya-biaya lain yang berkaitan dengan rumah sakit. Kalau ditotal-total semuanya mencapai 50 juta. Memang kami menggunakan asuransi dari kantor, tetapi jumlah ini jauh dari limit yg ditanggung. Untuk BPJS pun ternyata tidak bisa menanggung penyakit ini. Tetapi tentu bagi orangtua, demi anak apapun akan dilakukan. Ibaratnya "kaki jadi kepala, kepala jadi kaki juga dilakonin demi anak".
Kamis, 14 Juni 2018 H-1 Lebaran, dr. Najib sudah kembali dari Jepang. Hari itu pertama kalinya anak kami diperiksa oleh dr. Najib. Selain memeriksa kondisi fisik, dr. Najib juga melakukan pemeriksaan Echocardiography. Hasilnya, ada pelebaran pada pembuluh darah jantung anak kami. Untuk kasus Arka tergolong tidak berat, RCA 3,4 mm LCA 3,2 mm dari normalnya 2 mm. Tapi tetap saja saya merasa khawatir, sebab yang namanya jantung kan organ vital. Saya khawatir Arka akan kenapa-kenapa. Alhamdulillah-nya dr. Najib bilang bisa disembuhkan, beliau bilang beruntung Arka cepat ditangani.
Bagusnya penyakit kawasaki ditangani sebelum hari ke-10 terhitung sejak mulai demam, sedangkan Arka mulai ditangani (masuk IVIg) pada hari ke-11. Sedikit terlambat memang, tetapi Alhamdulillah belum parah. Hanya masalahnya hasil observasi suhu badan Arka pasca pemberian IVIg masih belum stabil. Beberapa kali masih ada yang di atas 37°C, dokter bilang jika terus di bawah 37°C baru bisa dibilang stabil. Arka akan dipantau selama beberapa hari ke depan. Jika suhu tubuh kembali naik sampai 38°C, Arka harus kembali diberikan Immune Globulin (IVIg) dengan dosis sama seperti sebelumnya. Wow, membayangkannya saja sudah membuat kami galau.
Besoknya, Jumat 15 Juni 2018 Hari Raya Idul Fitri 1439H, kami masih di rumah sakit. Sedih sekali rasanya ber-lebaran di rumah sakit. Yang biasanya Lebaran ramai banyak keluarga, kerabat, tetangga dengan suasana happy, kali ini kami ber-lebaran dengan suasana murung dan sepi. Untungnya, ketika siang banyak keluarga dan kerabat yang menengok ke Omni. Padahal lumayan jauh juga dari tempat kami ke Tangerang. Alhamdulillah juga masih bisa makan ketupat, opor, dan semur khas lebaran. Ibu saya yang membawakan ke rumah sakit. Ya jadi masih ada suasana Lebarannya lah. hehe.
Pulang dari RS dan Pasca Penyembuhan