Esoknya, Minggu 10 Juni 2018, ada pengelupasan kulit di jari tangan Arka. Awalnya hanya di satu jari, namun hari-hari berikutnya pengelupasan kulit menyebar bertahap ke hampir semua jari tangan dan kaki. Di awal, ketika pengelupasan kulit masih di satu jari, kami langsung menanyakan gejala tersebut kepada dokter yang merawat anak kami. Dokter pun sempat curiga bahwa jangan-jangan Arka terkena Kawasaki. Namun setelah mengecek mulut anak kami, dokter bilang sepertinya bukan, karena kalau Kawasaki mulut dan tenggorokannya merah, juga ada bercak seperti strawberry di lidah (strawberry tongue). Sedangkan pada mulut Arka tidak ada tanda-tanda tersebut, hanya bibirnya saja yang terlihat merah.
Sebenarnya saya juga sudah googling cari tahu penyakit dengan tanda-tanda seperti yang dialami Arka. Dari yang saya baca, beberapa yang mirip di antaranya tifus, DBD, campak, rubella, flu singapur, sepsis, dan kawasaki. Namun setelah mendengar penjelasan bahwa dokter menaruh curiga pada Kawasaki, saya langsung googling cari tahu A sampai Z tentang Penyakit Kawasaki.
Semalaman saya tak tidur mencari tau apa itu Kawasaki. Informasi-informasi yang saya dapat benar-benar membuat saya bergidik ngeri. Namun saya tetap ragu kalo Arka kena Kawasaki, sebab hanya sedikit gejala Kawasaki yang dialami Arka. Dari gejala-gejala Kawasaki seperti demam, mata merah, ruam, bibir merah, lidah strawberry, pembengkakan kelenjar leher, pembengkakan tangan kaki, dan pengelupasan kulit, praktis hanya demam dan bibir merah yang dialami anak kami. Itu pun sebenarnya kan gejala umum yang juga ada pada penyakit lain.
Soal pengelupasan kulit, saat itu saya belum yakin karena baru satu jari yang mengelupas, itupun hanya sedikit di dekat kuku. Saya pikir itu karena digigitin oleh Arka. Namun yang membuat saya mulai yakin kalau Arka kena kawasaki adalah ketika saya menemukan informasi bahwa perubahan kulit pada bekas suntikan BCG ternyata juga merupakan gejala dari Penyakit Kawasaki. Justru itu adalah pertanyaan saya yang sampai saat itu belum terjawab.
Memang sekitar hari ketiga atau keempat demam ada semacam bercak di pangkal lengan tepatnya di sekitar bekas suntikan BCG, dan itu sebenarnya sudah saya tanyakan ke dokter yang memeriksa Arka saat periksa di Harkit. Namun dokter bilang kalau itu bukan apa-apa, hanya alergi atau semacamnya. Tentu sebagai orang awam ya saya percaya saja, namanya dokter kan ahli, tetapi dalam hati kecil saya masih kurang puas. Dalam hati saya "ah masa iya cuma alergi, pasti ada penjelasan yg lebih menjawab soal itu". Dan itu terjawab sudah ketika saya terus googling cari tahu tentang Kawasaki.
Mencari Second Opinion
Paginya saya masuk kerja. Saya baru masuk lagi setelah beberapa hari sebelumnya saya izin tidak masuk. Tidak enak juga kalau kelamaan tidak masuk, lagipula hari itu hari terakhir masuk sebelum libur lebaran, biasanya ada maaf-maafan sebelum lebaran. Pagi itu, Arka juga kembali dicek darah. Kata dokter kalau hasilnya sudah bagus Arka boleh pulang.
Siangnya, istri saya telpon mengabarkan kalau CRP dan Leukosit Arka sudah normal, tapi trombositnya malah naik jadi 764 ribu/µl. Oleh dokter Arka akan dikonsultasikan ke dokter jantung karena khawatir terkena Kawasaki. Deg, kabar itu bagi saya bagaikan petir di siang bolong. Dari yang saya baca, trombosit naik (trombositosis) juga merupakan ciri Penyakit Kawasaki. Saya semakin yakin kalau Arka memang terkena Kawasaki. Saya langsung terpikir untuk mencari second opinion untuk memastikan kondisi Diarka. Dari yg saya baca, hampir semua menunjuk ke satu nama, Dr. dr. Najib Advani SpA(K). MMed (Paed).
Akhirnya bicara lah saya dengan istrinya. Panjang lebar saya ceritakan kronologis anak saya. Saya juga cerita kalau dokter Harkit seperti ragu dan kebingungan dalam mendiagnosa anak saya. Beliau bilang untuk kasus Kasawaki memang tidak semua dokter bisa mendiagnosanya, dan kalau dari tanda-tanda yg diceritakan ada kemungkinan memang Kawasaki. Kalau memang ingin memastikan beliau menyarankan agar diperiksakan di RS Omni, di sana ada Kawasaki Center yang sudah terbiasa menangani pasien Kawasaki. dr. Najib sendiri baru akan pulang ke Indonesia dalam 2 hari.