Mohon tunggu...
Si Fakir Yang Hina
Si Fakir Yang Hina Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bila ada di depan tiada yang mengenal dan ketika ia tidak ada tak seorangpun yang mencari, karena dia adalah Si Fakir Yang Hina >> www.alamhikmah.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Kesempatan Terakhirku" (Jeritan Hati Sang Prof Malam 27 Ramadhan)

26 Agustus 2011   10:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Doa pembersih jiwa dari pembimbing Sang Prof
(Al Habib Syaikh Abdul Madjid Ma’roef R.A)

“Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, shollii wasallim wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammmadiw wa ‘alaa aali sayyidina muhammad, fii kullilamhatiw wanafasim bi ‘adadi ma’luumaatillahi wa fuyuudlhotihi wa amdaadih”

###

Sebentar lagi Ramadhan akan meninggalkan kita,

Ramadhan merupakan karunia terbesar dari Allah bagi umat Rasulullah,

Dan Ramadhan juga sebagai saksi dalam kehidupan kita,

Mari sejenak merenung,

Dimanakah posisi kita saat ini?

Kesan apa yang kita dapat di dalam Ramadhan ini?

Kesan takabur kah?

Kesan rakus mencari fadhilah kah?

Apa kesan pasrah dihadapan Tuhan?

Dimanakah posisi kita saat ini?

Mungkin Ramadhan akan melaporkan semuanya kepadaTuhan, sambil berkata:

“Ya Allah, ada sekolompok golongan bersukaria dengan rakusnya mencari pahala dan fadhilah tapi lupa kepadaMu”

“Adapula golongan yang datang kepadaMu, Ia hanya fokus beribadah kepadaMu, yang dipandang hanya kelemahan dan kesalahannya sehingga hambaMu itu tidak terpengaruh dengan keberkahan yang melimpah, yang ia lihat adalah kekurangan, yang dilihat adalah cacatnya sebagai hamba, dia lumpuh, dia buta, hanya menangis merasa lemah dan hina dihadapanMu, itu adalah golongan hamba-hambaMu yang tulus Yaa Allah”

###

Wahai saudaraku gunakan sebaik-baik kesempatan di sisa sisa akhir Ramadhan ini,

Lepaskan semua yang kita pajang di hati kita ini,

Mari sama-sama saling merendah, saling merasa hina, saling merasa dholim, saling merasa dosa,

Bawa perasaan itu semua sebagai kendaraan kita untuk kembali kepadaNya,

30 hari Ramadhan penuh, tapi air mata belum tumpah jua,

Padahal air mata itu rindu untuk ditumpahkan didunia ini,

Air mata di akhir zaman ini sangat berarti,

Ramadhan menanti sambil menjerit,

Dimana air matamu wahai umat Muhammad?

Dimana sifat kerendahanmu wahai umat Muhammad?

Tapi umat sudah terlena seperti anak kecil berebut permen dan gula-gula,

Tidak lagi memperhatikan kepada Sang Pencipta,

Biarlah saudara kita bersukaria dengan Ramadhan,

Tapi diri yang fakir berselimut dengan kehinaan ini tidak pantas,

Jangankan untuk menerima pahala,

Jangankan untuk menerima fadhilah,

Jangankan untuk menerima lailatul qodar,

Jangankan untuk menggapai janji janji Tuhan dengan rahmat, ampunan, maupun pembebasan dari api neraka,

Mengenal Sang Pemberi itupun tidak kenal,

Sowan kepada Sang Pemberi pun tidak bisa,

Menghadap Sang Pemberi Rahmat itupun tidak tahu,

###

Jujur mata hati ini sudah tidak bisa melihat lagi,

Siapa tahu walaupun sesat Rahmat yang sejati akan turun kedalam hati,

Tidak ada alasan untuk tidak menangis karena kita akan kembali,

Dibawa seorang hamba yang terasa sangat hina dihadapanNya,

###

Wahai saudaraku...

Menangislah di bulan yang penuh ampunan ini,

Karena Ramadhan akan membawa kabar ini ke alam malakut dibawa keharibaan TuhanNya,

Ada seorang Hamba di bulan Ramadhan menangis merasa rendah dihadapanMu Yaa Tuhan,

Ada seorang Hamba di bulan Ramadhan telah dibuka hatinya dengan perasaan hina dina untuk menghadap kepadaMu Yaa Tuhan,

Di malam hari ia beribadah, bermujahadah, dan bertadarus Al Quran,

Di siang hari ia beraktivitas, dan

Di suatu saat berlinangan air matanya,

Itu hambaMu bersimpuh di hadapanMu Yaa Tuhan,

###

Ingat wahai saudaraku...

Orang taqwa tidak pernah merasa baik,

Orang taqwa tidak pernah merasa membawa amal,

Orang taqwa hanya membawa kerendahan dihadapanNya,

Karena Dia yang Maha Luhur dan Maha Mulia,

###

Menangislah wahai saudaraku sebelum kita menangis karena jauh tidak mengenal Dia,

Air mata yang sejati dan murni yang merupakan minuman dan vitaminnya rohaninya,

Maka jangan pernah kau tumpahkan air mata buaya,

Jangan pernah kau tumpahkan airmata pembohong,

Karena air mata bisa menjadi teman sekaligus menjadi musuhmu di akherat nanti,

Lepaskanlah sifat manusia itu,

Karena sebentar lagi kita akan meninggalkan semua ini,

Kebanggaan dan kecintaanmu perlahan dan pasti akan kau tinggal,

Dan semua akan menjadi musuh kelak di akherat nanti,

###

Menangislah wahai saudaraku selagi ada kesempatan berharga itu,

Jangan takut menangis,

Karena airmata harus ditumpahkan,

Karena airmata harus di jatuhkan,

Air mata rindu kepada orang-orang yang hatinya rendah,

Air mata juga rindu kepada orang-orang yang bertumpuk dosa,

Karena sebaik-baik bekal adalah kerendahan kita dihadapanNya

Mungkin Ramadhan yang akan datang kita tidak bisa berjumpa lagi,

Mungkin satu persatu diantara kita sudah dipanggil,

Selagi ada kesempatan menangislah,

Tanggung dosanya umat ini,

Mohonkan agar supaya puasa dan amal ibadahnya umat islam sejagad ini bisa diterima oleh Allah SWT,

Amin...

===================================================================

Catatan kelam perjalanan hidup dari si fakir yang hina

Dalam bumi kerendahan, 26 Agustus 2011 “Hidup Sekali Harus Berarti”

[TELKOMSEL RAMADHANKU]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun