Dipenghujung Ramadhan….
Di saat gema takbir berkumandang di jagad raya ini
Air mata menetes penuh keharuan mengagungkan asmaNYA
Pandangan mata menerawang jauh begitu indahnya bila berjumpa denganNYA
Dengan ampunan, kasih sayang, dan ridhoNYA
Konon ini semuanya disebut dengan HARI KEMENANGAN
Dimana kita sebagai hamba ALLAH telah kembali kepada FITROH
Tapi saudaraku… Mari kita renungkan dengan sesungguhnya
Tanyakan pada diri ini… dihari KEMENANGAN ini
Kita menang dari siapa…???
Siapa musuh kita…???
Dan siapa yang kita kalahkan…???
Jujur bagi diri yang hina ini tidak akan pernah ada HARI KEMENANGAN
Dan tidak ada hari untuk kembali kepada kesucian… IDUL FITRI
Karena… Yang menang adalah orang yang bersama DIA “SANG PENCIPTA”
Dan yang kembali kepada kesucian…. IDUL FITRI adalah yang bersama DIA
Maka saudaraku….
Jangan pernah bilang kita menang kalau kita masih jauh dari DIA “ALLAH SANG PENCIPTA”
Jangan pernah kau katakan “IDUL FITRI” jika kita masih tidak bersama DIA “ALLAH SANG PENCIPTA”
INGAT… FIRMAN ALLAH
WAHUWA MA’AKUM AINAMAA KUNTUM (AL HADID : 4)
Yang artinya “dan DIA ALLAH beserta kamu sekalian dimanapun berada”
Maka saudaraku…
Jangan bilang kita sudah FITROH (IDUL FITRI) kalau kita belum menemukan “SANG PENCIPTA”
Jangan bilang kita akan mendapat kemenangan sebelum kita mampu menemukan “YANG MAHA ADA”
Karena yang menang adalah DIA dan yang suci adalah DIA, manusia adalah ciptaanNYA tidak pernah wujud kalau tidak diwujudkan, manusia bukanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa
Sekali lagi yang suci (FITROH) dan yang menang adalah DIA. DIALAH SANG PENCIPTA
Wahai saudaraku...
Jangan bohongi lagi diri ini, karena diri ini sudah terlalu banyak dosa….
Jangan kau tipu lagi diri ini, karena diri ini sudah payah dengan maksiat yang kita lakukan
Jangan menambah kebohongan yang beselimut dengan hari kemenangan (idul fitri) ini, karena diri ini lelah dengan semua yang ada
Kasihanilah jiwa yang sudah merana ini…
Kasihanilah diri yang sudah tersesat ini…
Sungguh terlalu diri ini mengatakan aku menang, aku mulia, aku sudah IDUL FITRI, tapi kenyataan kita tidak kenal kepada Sang Pencipta apalagi senantiasa sadar bersama denganNYA dimanapun berada
Hilangkanlah kemunafikan ini dan jauhkanlah kebodohan ini, kenyataan diri ini masih jauh… dan sangat jauh… dari kemenangan dan IDUL FITRI
Ingat saudaraku… hakikat IDUL FITRI adalah jika kita merasa dan menyadari bahwa diri ini “NOL”, tiada kemampuan, kekuatan dan tiada memiliki apapun, karena semuanya adalah milikNYA.
Ingat saudaraku… selain DIA akan musnah, hancur hanya DIALAH yang kekal karena DIA ADALAH SANG PENCIPTA
KULLU SYAIIN HALIKUN ILLAA WAJHAH (AL QASHAS : 88)
“SEGALA SESUATU AKAN HANCUR (MUSNAH) KECUALI ALLAH”
Maka orang yang kembali kepada FITROH hatinya sadar semuanya adalah milikNYA
Dia tidak pernah ada pengakuan sekecil apapun dan menjagakan sekecil apapun kecuali hanya kepadaNYA dan dia (Si Hamba) senantiasa tunduk merendah serendah-rendahnya dan merasa hina sehina-hinanya karena Si Hamba sadar bahwa SANG PENCIPTA senantiasa bersamanya.
Maka saudaraku…!!!
Di malam yang penuh dengan gema takbir yang mengagungkan asma ALLAH ini
Jangan kau tutup hatimu, sehingga telinga lahir yang mendengar dan lisan lahir yang mengucap, akan tetapi telinga batin dan lisan batin tidak mendengar (tuli) dan berdizikir kepada SANG PENCIPTA yang diagungkan asmaNYA
Bukalah hatimu, biar tidak hanya telinga lahir yang mendengar akan tetapi telinga batin juga bisa mendengar asma Allah yang diagungkan dimalam hari ini
Bukalah hatimu biar tidak hanya lisan lahir mengucap akan tetapi lisan batin berdzikir menyebut asmaNYA
Disinilah Si Hamba akan bersimpuh dan bersujud kepadaNYA dengan penuh KERENDAHAN dan TIDAK ADA KESOMBONGAN karena LEBURNYA PERASAAN “AKU” (NOL) sehingga Si Hamba diperkenankan untuk bertemu kepadaNYA.
Disaat inilah Si Hamba kembali kepada kesucian (FITROH) dan disaat inilah Si Hamba mendapatkan kemenangan di hari IDUL FITRI ini
Mari sebelum kita tinggalkan kembali bulan yang penuh FITROH ini
Lebih-lebih sebelum kita kembali kepada ALLAH SWT
Mari kita sama-sama memohon kepada ALLAH
Memohonkan semua umat ini agar benar-benar di buka hatinya
Sehingga mengenal kepada “ALLAH SANG PENCIPTA ALAM INI”
Mari kita belajar meniadakan diri…
Mari kita belajar mengosongkan diri…
Mari kita belajar meng NOL kan diri…
Karena kemenangan hanya SEKEDAR FATAMORGANA dan SEMU BELAKA apabila kita belum bisa meniadakan, mengosongkan, dan meng NOL kan diri, sebab ALLAH adalah ESA dan tiada sekutu bagiNYA
Ingat saudaraku….
IDUL FITRI bukan hanya sekedar SLOGAN dan FATAMORGANA BELAKA, apabila kita belum bisa mengenal jati diri kita sebagai manusia yang tiada arti, tiada wujud dan tiada apa-apa
Maka IDUL FITRI dan HARI KEMENANGAN itu hanya semu belaka
Ingat wahai saudaraku...
Tanda orang hina adalah air mata yang tumpah
Tanda-tanda orang yang mengenal jati dirinya dia akan selalu menangis karena kesadaran bahwa dirinya adalah penuh kerendahan dan kehinaan serta senantiasa menyadari bahwa dirinya adalah “NOL”
Tapi perlu di ingat, air mata kadangkalanya ada air mata bahagia, adapula air mata kerinduan, dan ada juga air mata kerendahan yang paling rendah, yang menunjukkan sifat hamba
Apa arti air mata…
Apa arti tangisan…
Apa arti rintihan…
Kalau jiwa tidak pernah merasa berdosa
Kalau jiwa ini tidak pernah merasa dholim dan kufur
Apapun hamba harus selalu ada dibawah
Hamba harus merasa rendah
Hamba harus tidak ada apa-apa, dan tidak memiliki apa-apa (NOL)
Itulah sifat seorang hamba… hamba yang disucikan oleh ALLAH, hamba yang diberi kemenangan, hamba yang IDUL FITRI
Mari kita resapi bersama-sama
Kita renungi dengan sungguh-sungguh
Kita buka hati kita selebar-lebarnya
Kita tanamkan kerendahan didalam jiwa ini
Biarkan ASMA AGUNG menjadi pembersih jiwa kita
Biar ASMA SUCI itu masuk untuk mendidik jiwa kita
Sehingga hidup ini benar-benar bisa berarti
Ingat saudaraku…
Hidup kita terbatas… kita akan pulang jangan sampai sesat dijalan
Dan ingatlah semuanya akan musnah dan kembali kepadaNYA
Selamat kembali ke FITROH…. Dan selamat untuk meraih kemenangan
“BERSIH HATI, SUCI JIWA, SIAP MENGHADAP SANG PENGUASA SEJATI”
MINAL AIDIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR & BATIN
“HIDUP SEKALI HARUS BERARTI”
-----------------------------------------------------
Catatan kelam perjalanan hidup “Al Fakir” yang hina
Dalam bumi kerendahan, 27 Juli 2014 (29 Ramadhan, 1435)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H