Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

HL atau Tidak Itu Urusan Misi Admin Kompasiana

1 Oktober 2013   18:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:08 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380627749491559708

[caption id="attachment_282487" align="alignnone" width="640" caption="Buku tulisan keroyokan blogger kompasiana menempati rak Best Seller. Foto: Surani Wahyu Jatmiko."][/caption]

BANYAK teman kompasianer yang mempersoalkan masalah HL, Highlight atau yang ter... ter... lainnya. Beberapa tulisan dilayangkan sebagai tanda protes pada Admin kompasiana dengan mengajukan berbagai pendapat dan alasannya.  Sepertinya semua tulisan bernada protes itu masuk akal dan Admin dinilai tidak netral, fair, pilih kasih, tidak obyektif, tendesius, kurang wawasan dan sebagainya.

Kritikan pada kompasiana yang paling sering dilontarkan adalah masalah penempatan HL untuk artikel yang dinilai tidak begitu berbobot, bahkan dengan tata bahasa dan EYD yang belum tertata. Artikel yang menurut kompasianer tidak layak untuk nongkrong di posisi HL. Dan lalu membandingkan artikel-artikel lain yang lebih berbobot malah hl alias hanya lewat.

Persoalan masalah HL lainnnya adalah artikel yang meliput luar negeri. Ada yang berkomentar, kalau nulis tentang luar negeri dan jadi HL harus siap untuk di-bully. Karena di-bully, ada kompasianer yang mengundurkan diri dari blog keroyokan ini setelah artikel tentang luar negerinya dapat bully-an. Entah informasi ini entah benar atau tidak.

Ada juga kompasianer yang menilai bahwa pihak Admin kompasiana tidak netral dengan pemilihan HL-nya. Artikel yang menjadi HL karena penulisnya dekat dengan Admin dan dikenal baik. Mutu kompasiana dianggap telah turun karena menempatkan HL sebagai cover kompasiana dengan artikel-artikel yang tidak didasarkan pada penilaian obyektif tapi pada pilihan subyektif masalah suka apa tidak dengan penulisnya.

Itu sebagian saja yang bisa saya tangkap tentang kritikan-kritikan kompasianer dalam masalah penempatan HL.

Perlu disadari bahwa kompasiana adalah blogger keroyokan.  Penulisnya terdiri dari berbagai level ketrampilan menulis, pengalaman, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan yang punya jenjang lebar tersebut tentunya tidak mudah bagi Admin untuk memutuskan kriteria khusus tentang layak atau tidaknya sebuah artikel untuk nongkrong di HL.

Jika yang dijadikan kriteria hanya tulisan yang berkualitas isinya, punya mutu dalam tata penulisan, ada kedalaman dan lain-lain sebagaimana layaknya artikel yang ditulis oleh penulis sudah jadi dan profesional, maka Admin mungkin akan relatif lebih mudah menentukan apakah artikel tersebut layak HL atau tidaknya.  Tentunya tidak sukar bagi Admin untuk mengesampingkan tulisan-tulisan yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Apalagi yang tatabahasa atau EYD-nya amburadul.

Tapi kembali ke misi kompasiana tentang sharing dan connecting - yang tentu saja bisa diterjemahkan sebagai suatu wadah yang tidak memandang kesenioran.  Siapapun boleh share dan connect terlepas latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, tingkat ketrampilan menulis dan sebagainya.  Kompasiana adalah blogger para penulis dengan latar belakang beda-beda tapi punya satu kemauan yang sama yakni sharing dan connecting.

Oleh sebab itulah, bisa dimengerti jika Admin kompasiana dihadapkan pada keputusan sulit dalam menjembatan jenjang perbedaan penulis itu.  Sesuai dengan misinya, maka pemilihan artikel yang masuk HL mau tidak mau harus mencerminkan jenjang perbedaan itu.

Demi misi kompasiana, maka tidak mengherankan jika artikel yang menempati HL juga mencerminkan jenjang latar belakang para penulis yang beragam tanpa mengorbankan terlalu banyak mutu kompasiana secara umum. Pemilihan artikel untuk HL pun secara bergantian harus mencerminkan misi sharing dan connecting. Kadang kala dijumpai artikel yang berbobot, namun kadang pula ada artikel yang dinilai kompasianer kurang berbobot.

Jika semua artikel di HL cuma yang berbobot, maka penulis pemula akan sulit mendapatkan kesempatan.  Padahal penulis pemula amat perlu sekali mendapat penghargaan untuk memicu semangatnya untuk tetap menulis. Kompasiana juga berfungsi untuk media pembelajaran bersama. Saling asah asuh. Yang senior membantu yang yunior, yang pinter membantu yang masih belajar dan seterusnya.

Kita semua pernah mengalami proses baru belajar.  Tentu kita masih ingat, betapa pentingnya dukungan dari orang lain bagi kita agar punya semangat untuk tetap belajar dan rajin menulis.

Jika kita perhatikan, tulisan yang menjadi HL meskipun tidak berbobot pasti punya keistimewaan tersendiri. Ukuran baku untuk tulisan yang berbobot sebaiknya tidak mengacu pada kriteria yang baku, mati dan tidak punya rasa pengertian. Kriteria tersebut harus luwes selama tidak melenceng terlalu jauh dari garis merahnya sebagai tulisan "berbobot".  Karena bobot tulisan bisa dikategorikan dalam berbagai jenis kriteria secara luwes. Gaya penulisan bisa saja tak berbobot tapi punya thema berbobot, ide orisinil, reportase langka, kedalaman masalah, nyleneh dan sebagainya dan tentu saja tulisan tersebut layak untuk masuk kategori HL.

Berdasar pengalaman pribadi, ternyata tulisan yang diterbitkan di Freez tidak harus selalu yang HL atau banyak pembacanya atau vote-nya.  Sudah tiga tulisan saya dimuat di Freez dan tiga tulisan saya ikut ambil bagian di buku yang diterbitkan Kompasiana, "Jokowi (Bukan) untuk Presiden" yang sempat nongkrong di rak bagian "Best Seller" tersebut. Tidak semua tulisan saya itu nongkrong di HL atau dibaca atau di vote oleh banyak orang.

Jadi menurut penulis, masalah HL (Headline) atau tidak itu tidaklah begitu mendasar sebagai kriteria tulisan kita. Karena HL itu adalah kebijaksanaan Admin kompasiana untuk memenuhi misi sharing dan connecting yang dicanangkan.

Mutu tulisan akan menjadi penting dan harus memenuhi kriteria penulisan yang baik jika hendak diterbitkan. Hukum penulisan di media manapun selalu begitu. Tulisan yang diterbitkan dalam bentuk cetak selalu melalui seleksi ketat dalam berbagai kriteria. Tidak bisa disamakan dengan yang ada di kompasiana dengan memakai HL menjadi tolok ukur kriterianya. Nongkrong di HL bukan jaminan bisa diterbitkan di Freez atau diikut-sertakan sebagai penyumbang tulisan untuk diterbitkan dalam bentuk buku.

Kepuasan menulis adalah masalah selera subyektif masing-masing penulis dan tidak bisa disama-ratakan bagi semuanya.  Ada yang suka jika tulisannya dibaca banyak orang, divote banyak orang, ditanggapi banyak orang, jika nongkrong di HL, Highlight dan ter.. ter.. lainnya.  Namun ada juga yang pokoknya bisa nulis di blog kompasiana.  Tidak peduli dengan kriteria yang ditetapkan oleh Admin kompasiana. Menulis adalah kebutuhan kreativitas pribadinya.  Ada juga yang nulis dengan santai sesuai mood-nya. Namun ada juga yang nulis selalu dengan disiplin ketat hukum-hukum penulisan berbobot, seolah bagai menulis untuk surat kabar dan siap untuk naik cetak. Jadi tinggal pilih tergantung masing-masing pribadi.  Semua alasan atau motivasi menulis adalah syah-syah saja.  Yang penting nulis sehingga hobi, kreativitas, pikiran, pendapat, pandangan, opininya tersalurkan dengan baik lewat ekspresi tulisannya.*** (HBS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun