Tapi turis itu tetap saja menyambung pembicaraannya dengan bahasanya sendiri. Kembali resepsionis itu mengulangi perkataannya sambil menggerak-gerakan tangannya mengisyaratkan bahwa ia tidak mengerti apa yang diomongkan. Turis itu nampak kecewa dan bersungut-sungut sambil tetap ngomong memakai bahasanya. Sebelum akhirnya ia sadar sendiri setelah tahu apa yang diomongkan tidak memberi respon yang diharapkan.
Kalau salah, ngaku salah lalu minta maaf. Bereslah urusannya. Itulah logika umum. Tapi logika sederhana ini juga tidak bisa begitu saja bisa diterapkan oleh semua orang. Mengaku salah tapi enggan minta maaf. Sudah salah tapi merasa tak bersalah. Merasa salah tapi enggan mengakui salah. Merasa selalu disalahkan dan lalu gengsi mengaku salah. Bahkan dalam kutub ekstrim langka, ada orang yang merasa tak pernah salah. Kebenaran diciptakannya sendiri menurut kehendaknya dan bukan kebenaran berlaku umum. Kebenaran pilih kasih.
Mengakui kesalahan memang perlu pemikiran sehat dan berani menilai diri sendiri secara obyektif. Hanya orang dewasa dan sehat mental-lah yang bisa melakukan instrospeksi demikian. Seorang Schizophrenik tak mungkin bisa melakukan instrospeksi. Orang egois tak mungkin bisa berinstrospeksi menilai tabiatnya. Orang yang selalu mencari benarnya sendiri tak mungkin bisa melakukan instrospeksi.
Setiap hari Sabtu, acara rutin bersama pasangan suami isteri pada hari libur kerja adalah jalan-jalan pagi hari lalu diteruskan dengan belanja keperluan rumah tangga. Karena acara itu sudah rutin dilakukan tahunan, sehingga sudah menjadi aturan tak resmi bagi keduanya. Si suami selalu menolak ajakan teman-temannya untuk pergi bersama. Juga ketika malam Sabtu itu teman kerjanya mengajak pergi mancing esok hari.
Betapa kecewanya ketika pagi itu isterinya pamitan hendak pergi kerja karena perusahaan tempat kerjanya amat sibuk sehingga harus kerja lembur. Tidak biasanya isterinya dipanggil perusahaan untuk kerja pada hari Sabtu.
"Aku cuma libur hari Minggu. Sabtu harus kerja karena perusahaan sibuk," begitu kata isterinya ketika ditanya kok kerja pagi itu.
"Kok nggak bilang kemarin. Tahu gitu aku pergi mancing hari ini," kata si suami.
Logikanya cukup sederhana. Perubahan terhadap sesuatu yang rutin, sebaiknya memang dikomunikasikan sedini mungkin. Sehingga memberi kesempatan pihak lain untuk menyesuaikan jadwalnya. Kadang logika yang nampak sederhana jika tidak dipahami dengan bijaksana, bisa menciptakan keadaan tak bisa diduga.
Si suami bisa saja punya pikiran bahwa isterinya punya pria idaman lain di perusahaan. Masuk kerja adalah alasan dibuat-buat. Tidak mungkin mengorbankan acara rutin bersama tiap hari Sabtu, selain untuk sesuatu yang lebih penting. Kalau tidak perusahaan, ya pria idaman lain (pil). Atau keduanya? Bos perusahaan itu jadi "pil" isterinya. Mungkin cuma kerja sejam di pabrik, 7 jam berikutnya di hotel bersama bosnya. Dan pulang pada waktu jam kerja sebagaimana biasanya.
Si suami akhirnya tanpa sadar punya pikiran akan melakukan hal sama suatu saat. Memancing sebuah pemikiran yang tak pernah terlintas di benak sebelumnya.
Good Intention Wrong Execution