Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisnis Seks Mengiklankan Jasanya Menumpang Perayaan Hari Natal

20 Desember 2013   08:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iklan jasa hiburan untuk kaum cukup umur. Sumber: jepretan pribadi koran The Daily Telegraph, 19Dec2013.

PERAYAAN Hari Natal di Australia ternyata dirayakan oleh siapa saja tanpa tidak pandang bulu. Termasuk oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bisnis dunia hiburan kaum dewasa. Mereka tak ketinggalan memanfaatkan suasana Hari Natal untuk promosi jasa mereka dalam hal pijat, escort, panggilan seks ke hotel atau di tempat mereka buka bisnis.

Begitulah kira-kira pendapat penulis ketika membaca iklan di koran harian The Daily Telegraph, 19 Desember 2013. Secara iseng-iseng membalik halaman iklan di bagian Personals dan Adult Services. Dalam iklan tersebut menampilkan wanita memakai kostum yang mirip dipakai oleh sinterklas. Iklannya menawarkan jasa mereka untuk urusan kaum dewasa.

Dalam iklan tersebut disebutkan ada lowongan kerja merekrut wanita sebagai tenaga pijat, escort maupun wanita penghibur. Dalam iklan juga menyinggung tentang ramainya Hari Natal. Dapatkan penghasilan tambahan untuk Hari Natal, demikian tulis iklan tersebut. Berbagai shift jam kerja disodorkan beserta insentif finansialnya yang diharapkan menarik wanita untuk kerja sebagai tenaga penghibur sesuai dengan keberadaan mereka.

Penulis merasa geli juga dengan kreativitas mereka dalam marketing, meskipun menurut budaya kita kurang etis. Namun bagi masyarakat Australia hal demikian nampaknya sudah biasa. Kostum warna merah dan putih itu sepertinya sudah tidak lagi punya asosiasi dengan tokoh sinterklas yang akrab dengan kaum pemeluk agama Kristiani. Semacam gambar kupat ketika saatnya Hari Raya Idul Fitri di tanah air. Seperti berfungsi sebagai ilustrasi khusus yang bisa membawa suasana hari istimewa yang berkaitan.

Sebagian iklan yang menawarkan jasa seks. Foto: jepretan koran The Daily Telegraph.

Mungkin itulah alasan penulis untuk merasa geli. Bagaimana mungkin sebuah penyedia jasa hiburan kaum dewasa yang menyangkut-nyangkut rasa dosa dan berasosiasi dengan moralitas "rendah" itu menawarkan diri dengan memakai asosiasi hari penting keagamaan. Jika hal ini terjadi di tanah air bakal mengundang protes keras dari banyak orang. Tapi bagi orang Australia sepertinya biasa saja. Nggak ada yang ngreken. Lain ladang memang lain belalangnya.

Begitulah masyarakat Australia. Mereka serahkan urusan moralitas kepada individu masing-masing. Sanksi sosial akan bicara bila moralitas itu menyinggung moral umum atau memasuki ranah sosial. Selama untuk kepentingan pribadi dan tidak menyinggung hukum positif, lebih banyak dibiarkan saja. Semua berhak berekspresi selama tidak melanggar hak orang lain.

Mungkin karena sistem sosial dan politik begitukah, masyarakat Australia tak gampang goyah keimanannya? Karena sejak dini sudah dilatih untuk menahan diri terhadap kenyataan sosial yang beragam. Melatih menahan diri dari godaan yang terang-terangan diekspose di depan mereka dan diharapkan bisa mengatasi godaan itu sendiri. Mereka lebih militan dan persisten dalam memegang moralitas yang diyakininya. Tidak gampang begitu saja menyalahkan orang lain yang dianggap menggoda keimanannya. Apalagi sampai main gusur, gampar atau gerebek. Masing-masing individu diperlakukan secara dewasa. Mereka dianggap tahu memutuskan apa yang terbaik bagi diri sendiri. Jika tergoda, ya salahnya sendiri dan tidak ada orang lain yang turut menyalahkan atau perlu disalahkan. Kalau sampai tergoda, berarti kurang kuat dalam memegang keyakinannya. Perlu digembleng lagi.

Pada saat hari raya keagamaan di tanah air, biasanya banyak toko-toko tertentu ditutup karena dianggap bisa mempengaruhi keimanan orang lain. Tapi di Australia, para penyedia jasa hiburan dewasa itu malah ikut meramaikan dengan promosi yang menarik perhatian dengan menumpang hari keagamaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun