Wajah garang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung bakal berubah tahun ini. Pasalnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil telah meminta kepada Kepala Satpol PP Kota Bandung untuk merekrut gadis cantik sebagai anggota, demikian ditulis di Kompas.com (sumber).
Contoh berikutnya sikap diskriminatif cukup halus juga dilontarkan oleh kompasiana sendiri. Dalam lomba menulis cerpen dalam rangka hari Valentine, persyaratan yang dicantumkan terkesan aneh. Panitia menyaratkan agar cerpen ditulis secara kolaborasi (Lihat di sini). Apa hubungannya sebuah cerpen dengan kolaborasi? Bahkan kolaborasi tersebut harus dilakukan oleh pasangan lawan jenis, tidak sesama jenis. Sebuah persyaratan yang mendiskriminasi orientasi seksual seseorang. Apa hubungan antara sebuah cerpen dengan orientasi seksual penulisnya?
[caption id="attachment_311630" align="alignnone" width="497" caption="Syarat lomba nulis cerpen yang terkesan diskriminatif. Sumber screenshot kompasiana http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/07/valentinsiana-event-fiksi-valentine-di-kompasiana-630125.html"]
Mungkin bagi masyarakat Indonesia, hal-hal tersebut di atas belum menjadi permasalahan mendasar. Mungkin banyak dari kita belum merasakan tindakan tersebut di atas sebagai hal yang melawan sikap demokrasi karena diskriminatif.
Tapi siapa tahu bahwa ada orang-orang yang merasa dirugikan dengan persyaratan yang diskriminatif tersebut tapi tidak berani menyatakannya? Kadang orang-orang yang mengalami sikap dan sistem diskriminatif tidak menyadari bahwa dirinya telah dirugikan karena tingkat kesadaran tentang hukum dan haknya yang belum memadai. Atau sikap diskriminatif tersebut masih kita anggap sebagai obyek guyonan? Bagaimana mungkin kita bisa mencapai alam demokrasi sebenarnya bila sikap diskriminatif dipelihara? Demokrasi kok pilih kasih? Apa ada?*** (HBS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H