Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Ternyata Diskriminatif dan Demokrasi Pilih Kasih

12 Februari 2014   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah garang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung bakal berubah tahun ini. Pasalnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil telah meminta kepada Kepala Satpol PP Kota Bandung untuk merekrut gadis cantik sebagai anggota, demikian ditulis di Kompas.com (sumber).

Contoh berikutnya sikap diskriminatif cukup halus juga dilontarkan oleh kompasiana sendiri. Dalam lomba menulis cerpen dalam rangka hari Valentine, persyaratan yang dicantumkan terkesan aneh. Panitia menyaratkan agar cerpen ditulis secara kolaborasi (Lihat di sini). Apa hubungannya sebuah cerpen dengan kolaborasi? Bahkan kolaborasi tersebut harus dilakukan oleh pasangan lawan jenis, tidak sesama jenis. Sebuah persyaratan yang mendiskriminasi orientasi seksual seseorang. Apa hubungan antara sebuah cerpen dengan orientasi seksual penulisnya?

[caption id="attachment_311630" align="alignnone" width="497" caption="Syarat lomba nulis cerpen yang terkesan diskriminatif. Sumber screenshot kompasiana http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/07/valentinsiana-event-fiksi-valentine-di-kompasiana-630125.html"]

13921781101893428599
13921781101893428599
[/caption]

Mungkin bagi masyarakat Indonesia, hal-hal tersebut di atas belum menjadi permasalahan mendasar. Mungkin banyak dari kita belum merasakan tindakan tersebut di atas sebagai hal yang melawan sikap demokrasi karena diskriminatif.

Tapi siapa tahu bahwa ada orang-orang yang merasa dirugikan dengan persyaratan yang diskriminatif tersebut tapi tidak berani menyatakannya? Kadang orang-orang yang mengalami sikap dan sistem diskriminatif tidak menyadari bahwa dirinya telah dirugikan karena tingkat kesadaran tentang hukum dan haknya yang belum memadai. Atau sikap diskriminatif tersebut masih kita anggap sebagai obyek guyonan? Bagaimana mungkin kita bisa mencapai alam demokrasi sebenarnya bila sikap diskriminatif dipelihara? Demokrasi kok pilih kasih? Apa ada?*** (HBS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun