Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibuka Lowongan Kerja Presiden RI

21 Mei 2014   14:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jokowi presiden, attitude positif, karakter presiden

Setuju sekali dengan kata-kata mutiara ini: "For success, attitude is equally as important as ability." - Walter Scott. Pengalaman kerja atau kualitas formal lainnya sama pentingnya dengan attitude atau sikap mental seseorang. Pengalaman kerja atau kemampuannya bisa saja amat mengesankan, tapi tanpa sikap mental pas, kualitas itu tidak banyak faedahnya. Karena pengalaman kerjanya yang prima, orang bisa gegabah, besar kepala, congkak, main kritik dan seterusnya. Perusahaan akan kesulitan mengatur orang-orang yang tidak punya sikap mental pas. Perusahaan memerlukan karyawan yang bisa bekerja sama dan saling melengkapi untuk mengejar target yang ditentukan perusahaan. Diperlukan karyawan yang bisa bekerja sebagai team. Kualitas formal individu bisa tak ada harganya jika tidak didukung oleh teamnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah mendengar keluhan orang di sekitar kita tentang saudara mereka sendiri jika diserahi sebuah tanggung jawab. Karena tabiat, sikap mental atau karakter dari orang lain itu melebihi saudaranya sendiri. Aliran darah bukan ukuran untuk menyerah-terimakan sebuah tanggung jawab. Hubungan sedarah bisa saja jauh lebih menjengkelkan dibanding dengan hubungan dengan orang lain yang telah membuktikan bahwa ia punya attitude atau sikap yang baik dalam menghadapi sebuah masalah.

"Kadang tetangga atau teman malah lebih baik dari keluarga sendiri," itu kata beberapa orang karena merasa kecewa dengan saudaranya sendiri dalam masalah tertentu dalam keluarga. Pada saat inilah seseorang menilai orang lain berdasar pada hal-hal yang tidak formal. Pendidikan, pengalaman kerja atau ketrampilan menjadi tidak relevan.

Attitude yang benar akan membuka pintu-pintu kesempatan dimana pendidikan tinggi gagal menembusnya. Itu kata pepatah. Kesuksesan lebih banyak disebabkan oleh masalah sederhana ini yakni attitude. Sikap mental positif menentukan cara pandang orang dalam menghadapi problema di depannya. Problem sama akan dihadapi beda dan menghasilkan keputusan beda karena selisih sedikit saja dalam perbedaan attitudenya.

Jika dua orang pelamar punya pengalaman kerja sama dan tingkat pendidikan setara, kita akan cenderung memilih orang yang punya sikap baik. Attitudenya dalam menghadapi persoalan dilakukan secara positif. Karena attitude sifatnya lebih psikologis - menyangkut perasaan, kepercayaan akan sikapnya, prinsip hidup, tingkah laku dan sebagainya, maka tidak bisa dipelajari atau ditiru dengan mudah oleh orang lain. Sebuah pandangan dan sikap hidup yang sudah terinternalisasi dalam kepribadian seseorang.

Pengalaman kerja, pendidikan, ketrampilan kerja dan sebagainya yang bersifat formal bisa dipelajari. Bisa saja butuh waktu untuk menguasainya, tapi setiap orang bisa mempelajari sebuah pengalaman kerja, pendidikan, ketrampilan yang sifatnya formal asal diberi kesempatan dan ada kemauan untuk belajar. Jadi bukan harga mati dan tertutup kemungkinannya bagi seseorang. Lain halnya dengan attitude yang tidak bisa didapat dari bangku sekolah atau pendidikan formal, tapi dari bangku kehidupan. Attitude seseorang relatif stabil dalam jangka panjang. Apalagi jika attitude itu telah teruji dan terbukti di lapangan. Karena untuk menilai attitude seseorang sebenarnya tidak diperlukan waktu lama kalau orangnya jeli dalam melakukan penilaian. Cukup diamati tindakan, sikap, pendapat dan perasaannya selintas saja dalam beberapa masalah sosial terdekat. Seseorang yang punya attitude positif biasanya punya karakter positif pula. Dan cenderung punya integritas cukup baik.

Seorang teman di tempat kerja bilang, "Saya tak keberatan menerima karyawan tanpa pengalaman kerja sekalipun asal dia menunjukkan sikap positif dan ada kemauan untuk belajar. Bahkan saya lebih suka yang jenis begini. Karena saya bisa mentrainingnya sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. Ibaratnya, karena dia masih berupa tanah liat lunak yang belum berbentuk, saya bisa mencetaknya sesuai dengan budaya perusahaan. Ia bisa menjadi aset positif bagi perusahaan nantinya."*** (HBS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun