Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Indonesia Tidak Penting

8 Agustus 2014   17:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi kita tetap tak tahu dunia alam semesta seribu tahun lalu. Manusia yang mati tak pernah kembali dan bercerita tentang dunianya ketika masih hidup. Mumi wanita Cina yang ditemukan itu juga membisu. Tak peduli. Kita juga tidak mungkin tahu dunia alam semesta seribu tahun di masa depan. Apalagi jutaan tahun nanti. Kita tak akan pernah tahu apa yang bakal terjadi dengan dunia yang kita cintai ini seribu tahun lagi dari kini. Meski jasad kita diawetkan dengan teknologi super tinggi, belum tentu kita nanti bisa dibangunkan dari mati. Karena kita tidak tahu dimana sebenarnya nyawa berada.

Kita yang hidup di abad ini, adalah manusia-manusia biasa. Jika kita mati hari ini, besuk atau lusa dibenamkan dalam tanah. Dari tanah kembali ke tanah. Dunia alam semesta tetap berputar sebagaimana biasa entah untuk berapa lama lagi. Bumi tidak peduli apakah kita ada atau tiada. Keberadaan kita tidaklah begitu penting. Kecuali kita memberi arti penting itu pada diri sendiri.

[caption id="attachment_337170" align="alignnone" width="609" caption="Indonesia akan hilang 100 juta tahun lagi? (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=uGcDed4xVD4)"]

14074684641638274008
14074684641638274008
[/caption]

Nasionalisme

Bagaimana nasionalisme keindonesiaan kita seribu tahun lagi di depan? Bagaimana nasionalisme kita 100 juta tahun lagi pada saat kepulauan Indonesia telah bergeser dan berubah tempat? Bahkan seluruh kepulauan Indonesia menghilang dan menyatu dengan benua di bagian utara? Mungkinkah generasi yang hidup pada saat itu akan berusaha menggali tentang negara Indonesia? Bagaimana bentuk fisik mereka ketika semua kepulauan Indonesia menyatu dengan benua di utara? Apakah masih terlihat ciri-ciri manusia Jawa, Madura, Batak, Minang, Sunda dan lain-lain suku di Indonesia saat ini? Bahasa apa yang bakal mereka pakai? Tahukah mereka siapa itu SBY? Soeharto? Ahmad Dhani? Megawati? Sentolo? Eyang Subur? Apa mereka akan kenal dengan Jokowi? Prabowo?

Pada saat ini banyak dari kita mengaku bahwa kita paling nasionalis. Paling setia membela Indonesia. Paling tahu apa yang diperlukan Indonesia. Paling demokratis. Paling pantas jadi pemimpin Indonesia. Dan paling-paling lainnya dan merendahkan nasionalisme orang lain yang sebangsa dan setanah air. Orang lain dianggapnya tak layak jadi pemimpin Indonesia.

Umur manusia terlalu pendek untuk sebuah negara bernama Indonesia. Tidak lebih seratus tahun. Itu kalau untung. Kalau tidak, bisa pendek lagi. Berapa tahun seorang manusia bisa memimpin Indonesia? Paling panjang 10 tahun untuk saat ini. Memang Soeharto pernah menjadi pemimpin selama 30an tahun. Tapi adakah bedanya? Dimana kesan-kesan tentang Soeharto saat ini? Tanyakan lagi kesan itu pada cucu anda sekalian atau anak-anak SD saat ini. Seberapapun besar kesan yang berusaha ditanamkan oleh Soeharto lambat laun pasti akan terkikis. Umur manusia tidak panjang. Ingatan manusia lebih pendek lagi. Orang-orang yang lebih besar dari Soeharto banyak. Namun kesan terhadap mereka tak kuasa menahan lajunya waktu. Semua akan terkikis. Tidak peduli apakah ia bernama Napoleon, Ming, Genghis Khan, Firaun, Gajah Mada dan sederet orang besar dunia lainnya.

Selama kita hidup saat ini dan tidak akan lama ada di bumi Indonesia, kenapa kita tak bersama-sama membangun Indonesia? Agar kita semua bisa menikmati kesejahteraan di Indonesia selama kita bisa? Kenapa harus berperang, berkelahi, bersengketa untuk sesuatu yang tidak begitu mendasar bagi Indonesia? Apalah arti kekuasaan yang tak seberapa umurnya itu? Ingatan kita pendek, umur kita pendek, tubuh biologis kita makin rapuh dan reyot. Sementara bumi Indonesia akan terus berputar untuk entah berapa ribu tahun lagi.

Apalah artinya kita yang cuma hidup dalam sepenggalan waktu itu jika tak memanfaatkan tanah Indonesia untuk kesejahteraan bersama? Untuk anak cucu kita di masa depan? Ingatan dan kesan mereka terhadap kita semua bisa pudar bersama waktu, tapi mereka akan tetap berpijak pada tanah dan bumi Indonesia hingga 100 juta tahun ke depan. Hingga bumi Indonesia lenyap dari peta dan menyatu dengan benua lain di utara.*** (HBS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun