Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jadikan Ahok Wakil Presiden, Prabowo Pasti Legowo

20 Agustus 2014   16:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urusan pilpres 2014 sepertinya bakal berlarut-larut. Persidangan MK tinggal menunggu beberapa hari lagi keputusannya. Banyak kalangan sudah menanti dengan was-was bagaimana berita kelanjutannya. Apakah begitu diumumkan, nantinya keadaan akan menjadi terang? Semua bisa menerima presiden terpilih?

Harapan itu mungkin hanya sekedar harapan. Karena belum lagi MK diputuskan, Prabowo sudah berorasi agar ibu-ibu siap-siap untuk mendirikan dapur umum. Untuk apa dapur umum itu? Itu pertanyaan banyak orang. Apakah Prabowo siap menuntut keadilan dengan cara bergerilya di perkotaan. Urban warfare? Masak sih?

Kemungkinan terjadi kekacauan menyusul pengumuman keputusan MK sepertinya tak main-main. Persiapan tenaga pengaman dalam mengantisipasi kerusuhan juga tak guyon. Polda Metrojaya mengerahkan pasukan Brimob dan bantuan personel dari berbagai daerah. Suasananya makin gerah.

Namun banyak juga kalangan yang tetap optimis dengan keadaan. Keamanan akan tetap terjaga dan kondusif. Pengumuman keputusan MK akan berjalan tertib dan damai. Mereka berpendapat bahwa rakyat sudah pinter. Tidak gampang disulut. Apalagi masalah pemilu sudah dianggap sudah selesai. Presiden telah terpilih. Urusan MK adalah urusan Prabowo dan simpatisan dekatnya yang tidak mau menerima keputusan hasil KPU dan bukan urusan rakyat secara nasional. Rakyat sudah terbiasa menerima kenyataan perihal kalah atau menang dalam pemilu.

Entah apa yang bisa menghentikan laju ketidak-puasan Prabowo. Apa yang bisa mengobati rasa kekalahannya dalam pilpres? Karena tindakan Prabowo untuk mempermasalahkan kekalahannya sepertinya tak akan berhenti dengan keputusan MK. Mungkin akan dilanjut dengan pansus pemilu. Mendorong masa perpanjangan jabatan presiden SBY. Impeach presiden dan lain seterusnya yang kita semua tidak tahu.

Beberapa hari lalu tersebar desas-desus bahwa JK sakit dan harus berobat ke Amerika. JK tidak kelihatan sosoknya ketika Jokowi meresmikan rumah transisi. Demikian parahkah sakit JK? Atau sebenarnya hanya alasan untuk mendesain sebuah skenario lebih besar lagi? Menyiapkan langkah-langkah jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika terjadi pergolakan karena ketidak-puasan Prabowo tentang keputusan MK?

Jangan-jangan JK nantinya akan mengajukan pengunduran dirinya sebagai wakil presiden karena alasan kesehatan? Dan memaksa Jokowi untuk memilih wakilnya yang baru? Lalu siapa kira-kira yang tepat?

Siapa lagi wakil Jokowi yang pantas kalau tidak Ahok? Ahok sudah menjadi pasangan Jokowi di gubernuran. Pasangan ini terbukti saling melengkapi dan efektif kinerjanya. Dan yang paling signifikan efeknya adalah secara politik bisa menggembosi ketidak-puasan Prabowo.

Sebagaimana kita semua tahu, Ahok adalah titipan Prabowo dari partai Gerindra. Tidak ada alasan kuat bagi Prabowo untuk tidak menerima pemilihan Ahok sebagai wakil presidennya Jokowi. Jika Prabowo menolak pencalonan Ahok, partai Gerindra terancam rapuh. Dan Prabowo dipaksa untuk meredam kemauan politiknya demi partai yang dibidani kelahirannya. Pemilihan Ahok sebagai wakil presiden bakal mendongkrak moral simpatisan partai Gerindra.

Jadi Jokowi dapat untung, rakyat dapat untung dan Prabowo terpaksa menelan pil pahit demi keuntungan partainya. Gerindra dan PDIP sudah pernah berkoalisi. Bahkan Prabowo pernah mencalonkan diri menjadi wakil presidennya Megawati pada pemilu sebelumnya. Platform kedua partai dalam pilpres 2014 juga punya kemiripan. Jadi tidak ada rintangan besar yang bisa menghentikan kedua partai untuk berkoalisi.

Apakah rakyat akan terima? Lebih baik menerima keputusan Jokowi daripada keadaan makin berlarut-larut dan bikin resah. Rakyat sudah terbiasa bersikap demikian. Yang penting damai dan keadaan kembali normal. Mereka bisa hidup dan bekerja sebagaimana biasanya. Selebihnya untuk urusan pemerintah dan politik mereka tak begitu ambil pusing? Toh, pilihan keadaan yang tidak jelek-jelek amat?

Orang yang habis bertengkar mati-matian, biasanya kalau sudah saling akur bisa mesra sekali. Kira-kira begitu?*** (HBS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun