Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Politik di Tempat Kerja Menghadapi Orang yang Sok Pinter

6 November 2014   12:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:30 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_351888" align="aligncenter" width="539" caption="Penyaring informasi (Sumber foto: http://thumbs.dreamstime.com/x/reading-glasses-word-information-focus-984911.jpg)"][/caption]

Di antara kita mungkin banyak yang suka menyimpan informasi dan kikir untuk berbagi demi kepentingan pribadi. Bahkan untuk memenangkan persaingan mengejar karier dan kedudukan. Informasi apa saja. Kenapa orang enggan berbagi? Salah satunya adalah agar ia merasa paling tahu, paling pinter, paling istimewa, paling terpercaya dan sebagainya.

Jika informasi tidak lengkap, orang cenderung akan mencari lengkapnya. Nah, pada saat itulah si penyimpan informasi merasa di atas angin. Mereka menemukan kepuasan dari menyimpan informasi yang terkecil hingga terbesar, yang sepele hingga terpenting. Tidak peduli apa pun jenis informasinya. Pada intinya adalah menyimpan sebagian untuk dirinya sendiri untuk memenuhi rasa kepuasan egonya.

Orang jenis ini akan mengubah sebuah informasi supaya tidak lengkap sehingga mengundang orang lain untuk mencari jawab. Ada bagian-bagian informasi yang dipotong, dihilangkan beberapa bagian, disembunyikan dan disamarkan. Tidak peduli apa pun jenis informasinya.

Orang jenis ini adalah orang yang paling benci berkompetisi secara terbuka. Ia benci keterbukaan. Sebab akan menghilangkan peranannya. Ia tak ingin semua orang dapat informasi sama. Ia akan berusaha menghalangi orang lain untuk mendapatkan informasi terbuka tersebut. Atau menghasut secara halus bahwa informasi itu tak ada gunanya. Tak pantas untuk dikasih perhatian.

Kalau ia meneruskan informasi, maka tak semuanya ditransfer secara utuh. Ada beberapa bagian sengaja dikaburkan. Seolah informasi itu tidak penting. Hanya dia yang paling tahu detailnya. Ia yang paling tahu mana-mana yang penting dan mana-mana yang tidak. Ia berusaha menunjukkan jati dirinya sebagai orang yang istimewa. Ia berusaha agar orang lain bingung dan bertanya-tanya. Melihat orang terbengong-bengong, ia akan merasa puas. Merasa paling pinter dan paling tahu.

Orang yang suka menyembunyikan informasi ini biasanya tidak jauh dari sikap arogan sebagai usaha mengatakan pada orang lain bahwa dirinyalah yang paling tahu dan istimewa. Ia di atas rata-rata orang lain. Kalau ditanya, jawabannya seperti ogah-ogahan. Seolah tak penting. Dialah yang menentukan apakah informasi itu penting apa tidak. Ialah yang bisa menentukan siapa-siapa yang patut diberi informasi penting dan siapa yang tak perlu diberi tahu. Ia memandang orang lain sebagai obyek kekuasaannya. Memandang orang lain dengan hierarki-hierarki. Tidak semua orang sama menurut seleranya.

Orang bertipe begini ternyata juga tidak bisa bekerja sama dengan atasannya. Sebab sikap arogansinya telah menghalanginya untuk bekerja sama dengan atasannya. Ia tak ingin diletakkan pada posisi inferior. Ia sadar bahwa penguasaan informasinya jauh kalah dengan atasannya. Namun hal ini tidak membuatnya sadar dan mengakui kekurangannya. Ia akan merasionalisasikan kekurangannya. Kalau ia jadi bos pasti juga akan lebih tahu. Atau karena kamu bos yang sudah tahunan maka kamu lebih tahu dari saya.

Orang jenis ini bisa menjadi penggali informasi yang rajin. Catatannya berlembar-lembar. Perintah atasannya akan ia catat sedetail mungkin. Ia takut jika atasannya menemukan dirinya tidak tahu atau tidak menguasai informasi yang diberikan. Penelanjangan yang tidak mengenakkan diri dan egonya.

Begitu ia menguasai informasi dari atasannya, ia akan mempermainkan informasi itu. Mengubah, mengganti, menghilangkan sebagian dari informasi seolah dialah yang berhak atas informasi itu. Ialah sumber informasi itu. Ialah yang menentukan bagaimana informasi itu sebaliknya dipergunakan. Ia tak akan menuruti perintah atasannya apa adanya. Ia acuh dan tak begitu peduli pedoman atau petunjuk lokal bagaimana sesuatu itu dikerjakan (LSOP = Local Standard Operating Procedure). Ia bahkan sesekali melanggar pedoman lokal. Untuk sekedar membuktikan bahwa ia punya kewenangan. Ia seolah bekerja dengan kemauan dan aturannya sendiri.

Orang seperti ini biasanya nampak sebagai pekerja keras. Selalu bergerak dan nampak mengerjakan sesuatu. Bahkan jarang mengambil jam istirahatnya. Tapi bila diteliti lebih jauh, apa yang dilakukan sebenarnya di luar bidang kerja yang digariskan. Tak sesuai benar dengan deskripsi kerjanya. Ia mengerjakan sesuatu terbatas pada hal yang bisa dilihat secara langsung hasilnya oleh orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa ia pekerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun