Pertama-tama, cara untuk berhenti boros adalah dengan berhenti menghitung isi dompet
Semasa ngekos dulu, saya sering menghitung besarnya pemasukan dan pengeluaran (sebab katanya jadi perempuan itu haruslah lihai mengurus keuangan rumah tangga #ea)
Namun anehnya terlalu matang menghitung keuangan 'negara', isi kepala jadi melulu tentang isi dompet yang ujung-ujungnya hanya melahirkan kekhawatiran tentang cukup atau tidaknya hingga akhir bulan dan yang terparah adalah godaan syaiton yang terkutuk di kedai-kedai dan mal-mal malah makin menguat. Pendeknya hubungan yang linier ini berarti, makin sering menghitung, makin sering ingin jajan. (Oh Apakah saya saja yang mengalami ini?)
Kedua, Jangan Berusaha
Saya akhirnya memutuskan untuk berhenti berusaha menjadi ibu rumah tangga yang (katanya) baik itu. Karena berusaha baik sebenarnya malah berarti kurang baik. Maka dari itu saya lupakan isi dompet dan mulai mengisi pikiran dengan hal-hal lain yang tak banyak orang lain yang akan repot-repot mengurusinya (tapi saya bahagia sekali bisa memikirkannya).
Semisal: mengapa langit itu biru? Mengapa orang-orang ingin ke Mars? Apa agama bagi pohon-pohon? Apa artinya menjadi sekumpulan atom-atom yang memikirkan tentang teori atom? Dsb dsb.
Ketiga, Tidak Ada yang Benar-benar Peduli
Sebagai guru sains, saya mencintai apa yang saya pikirkan tentang sains dan secara alamiah menginginkan orang lain untuk turut jua mencintai apa yang menjadi kecintaan saya tersebut.
Namun, benih-benih kecintaan yang demikian sulit tumbuh di ruang-ruang (yang katanya belajar) yang lebih mementingkan angka-angka ketimbang makna.
Keempat, Toh semuanya pasti akan berlalu
Apakah karenanya saya kecewa?