Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memikirkan Hal-hal Apa Saja yang Penting Diajarkan di Sekolah

29 Desember 2018   13:57 Diperbarui: 29 Desember 2018   14:32 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja, sulit sekali menentukan informasi-informasi apa saja yang akan bermanfaat bagi seseorang di masa depan. Sesuatu yang kita pikir berguna, nyatanya tidak berguna bagi orang lain. Atau sebaliknya. Kebanyakan yang diajarkan sekolah memiliki manfaat untuk beberapa orang di masyarakat. Beberapa keterampilan yang dilatihkan seperti membaca, menulis dan berhitung sepertinya adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh semua orang sementara beberapa keterampilan lain semisalnya menurunkan persamaan matematika misalnya sayangnya bermanfaat hanya bagi sebagian kecil orang.

Namun, siapa yang bisa memprediksikan masa depan bahwa kelak ini akan bermanfaat dan itu tidak? Saya sendiri dan barangkali orang-orang di sekitar saya pernah menggagaskan bahwa sekolah seharusnya merevisi kurikulumnya atau dengan kata lain, melakukan perampingan sebab beberapa hal ternyata tidak relevan dengan apa yang dijalani sekarang dan kemudian menyesalinya ketika ternyata itu dibutuhkan di masa yang akan datang. Sekali lagi ini hanya untuk sebagian orang. Sebagian lagi barangkali masih merasa itu perlu dan bermanfaat baginya. Ini karena kita memiliki kehidupan yang berbeda-beda, baik itu pengalaman, rencana, tujuan dan juga harapan. Jadi bermanfaat atau tidak bermanfaat adalah relativitas.

Ketika saya memikirkannya lagi, hal-hal yang diajarkan di sekolah barangkali dapat dilihat dari sisi berikut, bahwa semua informasi dan keterampilan yang kita terima di sekolah adalah saling terhubung. Kita membaginya ke dalam bagian dan sub-sub bab agar dapat menanganinya dengan lebih baik. Apa yang diajarkan di sekolah adalah keping-keping puzzle yang menyusun satu lukisan kehidupan. Ada koneksi yang kuat antara sejarah, matematika, psikologi dan arsitektur. Dengan asumsi bahwa hanya ketika seseorang tahu banyaklah, ia menyadari hubungan-hubungan atau pola-pola lukisan dan menyusunnya kembali menjadi sebuah lukisan yang utuh, maka kurikulum pun disusun sedemikian rupa.

Dari sudut pandang guru, apa yang harus diajarkannya mengikuti kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah. Bahwa seorang guru harus membimbing siswa untuk mencapai standar-standar yang dibuat oleh pemerintah dengan mengabaikan bahwa tiap-tiap sekolah memiliki SDM, sarana dan prasarana, lingkungan dan input yang berbeda-beda.

Berkebalikan dengan itu, pada kehidupan nyata, keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan sering kali bukanlah yang diajarkan sekolah tetapi lebih kepada bagaimana caranya bertahan hidup di masyarakat. Selepas dari menamatkan sekolah, orang-orang akan bertanya bukan lagi tentang nilai-nilai yang diajarkan sekolah namun punya kerjaan apa? Sudah punya anak berapa? Sudah beli rumah belum? Dan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan lainnya. Memikirkan itu saya bertanya-tanya mengapa sekolah tidak mengajari  kita bagaimana caranya membeli mobil, rumah, dan sebagainya atau bagaimana caranya menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran, bagaimana cara mengisi formulir dan membayar pajak, bagaimana caranya sukses di wawancara kerja, bagaimana mendeteksi pesan-pesan spam atau menyeleksi berita-berita hoax, dan sebagainya.

Orang-orang perlu tahu bahwa ada perbedaan besar antara seseorang yang cerdas dengan seseorang yang mendapatkan nilai-nilai yang bagus di sekolah. Ada jurang yang besar antara sukses di sekolah dengan sukses di kehidupan nyata. Ini aneh, bukan? Tidakkah itu artinya ada yang salah?

Di negara kita sepertinya, memilih masa depan kebanyakan baru dilakukan selepas tamat SMA. Faktanya, sebagian pada masa-masa genting itu malah masih bingung mau dibawa kemana hidupnya kelak. Dan akhirnya memilih menjadi seperti daun yang gugur ke sungai, pasrah saja mau dibawa kemana oleh kehidupan.

Pada tahap ini, saya memikirkan sisi lain yang berseberangan, yakni memilih kesempatan untuk memikirkan apa yang saya akan jalani lebih awal dan kemudian memikirkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan apa saja yang saya butuhkan untuk mencapainya dan saya berpikir bahwa rasanya itu akan jauh lebih efisien dibandingkan mempelajari semua hal kemudian baru memilih apa yang hendak dijalani dalam hidup. 

Walaupun saya juga tidak bisa mengabaikan bahwa untuk bisa memilih seseorang pun perlu mengetahui tentang apa yang harus dipilihnya agar tidak menyesal kemudian karena memilih sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Dan di sinilah pentingnya peran orang tua, sebab orang tua lah yang wajib paling tahu apa potensi yang dimiliki oleh anaknya dan yang mestinya bisa membimbing dan mendukung ke arah mana kira-kira potensi tersebut dapat di giring.

Ada yang pernah mengatakan ini sebagai lelucon, namun saya pikir ini memiliki keseriusan makna bahwa jika kamu ingin anak-anakmu benar-benar memiliki pendidikan yang baik, didiklah dengan baik di rumah dan menghindari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sekolah. Wow, itu adalah gagasan brilian. Pada masa sekarang, gagasan untuk menyekolah-rumahkan anak-anak adalah sesuatu yang tampak seperti solusi dan terdengar sempurna. Intinya adalah menciptakan lingkungan yang membuat anak-anak ingin belajar, membantu mereka menyusun proyeknya sendiri. Dan karena sekarang kita hidup di abad ke-21 dengan bantuan teknologi, kita bisa menemukan sendiri dengan siapa hendak belajar, apa yang hendak kita pelajari, kapan akan belajar dan memilih sendiri bagaimana caranya akan belajar. Dan satu-satunya hal yang perlu diciptakan adalah keinginan belajar pada anak-anak. Menanamkan sebuah paradigma bahwa belajar bukanlah sebuah bentuk keterpaksaan, namun kebutuhan dan kesenangan yang mesti dipenuhi oleh semua orang..

Jadi, apa hal-hal penting yang seharusnya diajarkan di sekolah? Entahlah. Tetapi membuat sekolah rumah bagi anak-anak sendiri adalah sebuah gagasan yang hebat. Pemerintah barangkali harus mulai memikirkan opsi untuk melegalkan sekolah rumah bagi tiap-tiap keluarga di masa depan. Yang artinya setiap ayah dan ibu terlebih dahulu harus dididik menjadi seorang guru yang bersertifikat bagi anak-anaknya kelak. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun