Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merencanakan Produksi Masal "Pintu ke Mana Saja Doraemon"

26 Desember 2018   09:49 Diperbarui: 26 Desember 2018   09:52 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kedua. Ini adalah cara paling efisien untuk berhemat. Bayangkan mahasiswa-mahasiswi ini tidak perlu lagi susah-susah memikirkan perincian alokasi dana untuk makan dan kebutuhan sehari-hari dari jatah setiap bulannya. Lah, wonk bisa pulang kok gak sampai semenit, gratis lagi. Jika pengeluaran mahasiswa-mahasiswi rantauan dirincikan dari jatah bulanan 1,5 juta berdasarkan tiga kebutuhan utama atau primer, yakni papan alias kostan. 

Di wilayah dekat kampus rata-rata per bulan ada yang 450 ribu per bulan atau bahkan satu juta, mengambil sampel rata-rata kebanyakan mahasiswa-mahasiswi katakanlah membutuhkan biaya 450 ribu sebulan berarti ini kira-kira 30 %.

Kebutuhan lainnya pangan alias makanan. Mahasiswa-mahasiswi yang berkawan lama dengan pak Hemat pasti akrab pula dengan warteg-warteg di wilayah kampus yang menjual nasi sayur plus satu jenis sambal yang kalau dihargai lima ribu rupiah saja. Pagi-pagi sarapannya nasi kuning yang juga lima ribu rupiah. Jadi tiga kali makan butuh 15 ribu rupiah. Lah, bagaimana dengan minum? Gratis Coy. Tiap kali makan bawa tumbler terus isi penuh-penuh biar cukup persediaan di kostan. Dalam sebulan katakanlah 30 hari maka totalnya 450 ribu rupiah dan ini juga akan menghabiskan 30% dari jatah bulanan.

Berikutnya kebutuhan sandang yang termasuk di sana adalah pakaian baru, perlengkapan mandi, perlengkapan mencuci dan juga perlengkapan bersih-bersih kostan dan biaya pulsa internetan serta print tugas-tugas kuliah yang cukup tidak cukup 20 % saja setiap bulannya.
Kebutuhan terakhir semacam jalan-jalan, nonton, karokean atau mentraktir pacar di akhir pekan bagi yang punya pacar (dan yang jomblo jangan cuma gigit jari ya) tinggal 10 % saja. Cukuplah ya.

Dan akhirnya dengan adanya pintu kemana saja doraemon itu, mahasiswa-mahasiswi rantauan bisa mengabaikan kebutuhan papan yang nilainya 30 % dan kebutuhan pangan yang juga 30 %. Akhirnya ada 60 % pengeluaran yang bisa dihemat. 60 % dari 1,5 juta senilai 900 ribu setiap bulannya yang bisa dihemat. Bagaimana?

Ketiga. Berdasarkan di forlap Ristekdikti ada kurang lebih dari 1107 Akademi,  2424 sekolah tinggi, 541 universitas dan ratusan sekolah politeknik dan institute lainnya. Poinnya adalah jika ada ribuan lebih universitas dan sekolah tinggi di Indonesia, berapa jumlah  mahasiswa-mahasiswi rantauannya?

Produksi masal Pintu Kemana saja Doraemon ini memiliki prospek masa depan yang baik. Merknya sudah dikenal dimana-mana---siapa sih yang tidak kenal dengan Doraemon? (Kalau ada yang belum tahu ya kenalan dulu lah). Dan pasarnya sudah jelas di poin ketiga. Jadi tunggu apa lagi? Yuk.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun