Itu judul buku yang baru aku beli 2 hari yang lalu. Meskipun kata temanku seharusnya aku mempunyai buku itu 2 tahun silam ketika kemunculannya menggemparkan. Ah, aku pikir “kapan aku membelinya” tidak masalah menurutku. Tetapi “apakah aku membacanya” itu lebih penting.
Aku penasaran mengapa judulnya menggunakan kata “jangan” dan bukannya berhenti bersedih, misalkan. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri yang tadinya sudah percaya bahwa aku adalah pelanggar kata “jangan”.
“Apakah kalimat “jangan bersedih” lantas membuatku jadi ingin bersedih?”(*)
-------------
Note: beberapa percakapan ditulis dalam bahasa palembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H