Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Spekulasi-spekulasi tentang Jangan

10 Maret 2016   00:43 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:53 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan sekali ini aku mendengar keriuhan serupa sejak aku pulang ke kota kelahiran, Lubuklinggau sejak pertengahan puasa Ramadhan—kira-kira 6 minggu yang lalu. Dan bisa kupastikan setelah beberapa menit kemudian Andi dan Riska akan bermain bersama lagi. Pertengkaran mereka tak berbekas. Juga masih tak merasa kapok untuk bermain pasir bersama lagi keesokan harinya bahkan ketika ibunya masing-masing mengatakan jangan....

Tentang kata “jangan” aku pernah mendengar seseorang yang katanya ahli di bidang parenting yang namanya juga sudah kulupa mengatakan bahwa kata “jangan” akan membunuh kreativitas anak. Oleh karena itu, menurutnya kata “jangan” diganti dengan kata-kata lain seperti “berhenti”. Kompaknya artikel di media cetak maupun online lainnya yang mengupas hal serupa sebagian besar juga sepakat tentang hal ini.

Aku ingat ada pula seorang guruku yang dulu pernah mengatakan bahwa kata “jangan” akan membuat seseorang penasaran untuk ingin tahu apa rasanya melanggar.

***

... Jangan buat dia kecewa.

Seminggu ini, Toni adalah orang ketiga yang mengucapkan kalimat yang sama. Kalimat itu terus mondar-mandir di kepala. Dengan semua kejenuhan yang memberatkan upayaku untuk menyelesaikan studi, aku sering ingin menyendiri, mendengarkan lagu atau membaca buku-buku baru dan menyiapkan diri untuk mendengar lagi kalimat itu yang mungkin masih akan datang lagi entah dari siapa. Kalimat jangan... yang mengganggu itu membuatku ingat pamflet yang ditempel di dalam sebuah bus kota—transportasi yang sering kugunakan jika ingin ke Cibaduyut saat berada di kota Bandung—yang judulnya sengaja dibuat lebih besar dan berwarna merah dilengkapi dengan tanda seru. Tulisannya Jangan dibaca! Juga mengingatkan pada sebuah papan iklan yang terletak di tengah-tengah jalan Leuwi Panjang yang judul tulisannya Jangan melihat ke kanan! Jika aku datang dari arah sebaliknya maka tulisan yang kulihat menjadi Jangan melihat ke kiri!

Dengan kata “jangan” yang tidak kusukai itu, menariknya, aku jadi ingin membaca pamflet yang ternyata iklan sebuah klinik kecantikan yang menawarkan obat jerawat, pemutih hingga jaminan untuk kepuasan seksual. Juga setiap kali akan melewati papan iklan di jalan Leuwi Panjang itu aku jadi ingin melihat ke arah yang dimaksud yang ternyata menunjuk kepada sebuah rumah makan baru di tepi jalan itu. Tetapi aku sering pula meragukan, jika jangan dibaca menjadi bacalah dan jangan melihat... menjadi lihatlah..., seberapa beda efeknya terhadapku dan orang-orang lain yang diharapkannya memperhatikan pamflet dan papan iklan itu?

Jika benar kata “jangan” itu ternyata yang membuat rasa penasaranku yang makin meluap, maka kalimat Jangan membuat dia kecewa mungkin akan membuatku malah ingin mengecewakan dia. Aku masih belum paham mengapa ada sebuah kecenderungan untuk melanggar kata jangan itu. Jika kukait-kaitkan dengan golongan darahku yang baru kuketahui sebulan yang lalu, saat membuat SIM untuk pertama kalinya dan aku menjalani tes kesehatan yang wajib dilakukan oleh si pembuat SIM. Tes kesehatan yang dimaksud adalah menimbang berat badan, mengukur tinggi badan dan mengetahui golongan darah. Hanya itu. Aku mendapatkan sebuah surat pengantar untuk membuat SIM dan sebuah kartu golongan darah. Selepas dari klinik, aku bertekad akan menyimpan kartu golongan darah ini dengan baik. Langsung kuselipkan bersama kartu-kartu penting seperti KTP dan ATM di dompet karena tidak ingin menjalani tes golongan darah untuk kedua kalinya. Cukup dengan sekali tes saja untuk membuatku tahu bahwa aku bergolongan darah B. Aku tidak suka dengan jarum dan bau obat klinik yang membuatku pengar.

Temanku pernah menceritakan sebuah buku yang berjudul Simple Thinking About Blood Type yang berisi kartun-kartun lucu tentang komik yang awal pembuatannya ternyata digambar sekedar iseng-iseng tentang karakter manusia berdasarkan golongan darah. Di sebuah komik menunjukkan perbedaan antara golongan darah A, B, AB dan O jika berkumpul dan diberi larangan. Menurutnya orang yang bergolongan darah B cenderung pelanggar larangan itu. Meski masih ada ruang untuk ragu tetapi bisa jadi ini salah satu alasan yang dapat menjelaskan tentang seseorang mudah melanggar kata jangan. Dia terlahir dengan golongan darah yang membuatnya tidak suka larangan dan biasanya orang melarang menggunakan kata “jangan”. Tetapi tidak semua orang bergolongan darah B.

***

La Tahzan. Jangan Bersedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun