Mohon tunggu...
Uut63
Uut63 Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik UPGRIS

Sebagai seorang pendidik (sejak 1981), saya selalu ingin meningkatkan kualitas diri. terutama sebagai pribadi Muslim, saya sangat interest dengan berbagai ajaran yang mengajak ke jalan kebaikan, dan keselamatan dunia akherat. Di setiap tatap muka dengan mahasiswa, saya juga selalu mengingatkan akan hal ini. Di usia yang tidak lagi muda, saya ingin selalu bisa menebar kebaikan. Mudah-mudahan tidak saja bermanfaat untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Saat ini, saya sedang ingin membuktikan talenta pemberian Allah yang tidak saya sadari. Membaca, menyimak (mendengarkan dan memcermati), kemudian menuliskannya. Sesekali saya masih suka bergabung dengan teman, sahabat untuk menyanyi. Sembari menunggu anugerah Allah untuk bisa segera menuntaskan studi S3, saya ingin melakukan apa saja hal-hal yang bermanfaat. Setidaknya ini merupakan salah satu bentuk syukur pada-Nya. Semoga Allah ridla.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Creative Writing di Usia Senja

2 Agustus 2023   16:43 Diperbarui: 2 Agustus 2023   16:45 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Assalamu'alaikum,

Sahabat Kompasiana, semalam Ikatan Guru TIK PGRI menyelenggarakan pelajaran rutin di Kelas Public Speaking For Teacher. Kali ini yang berbicara adalah orang yang tepat. Karena beliau adalah orang yang memang tidak pernah berhenti berkarya, meski usia telah lanjut. Lebih dari 20 judul buku telah beliau tulis, dan sudah ratusan Antologi beliau sematkan tulisannya di sana. Beliau adalah Bunda Kanjeng, Sang Ratu Antologi. Bahkan setelah Ibu Dra. Hj. Sri Sugiastuti, M. Pd. ini pensiun dari tugas mulianya sebagai Guru Bahasa Inggris di Sebuah SMP di Sala (pernah juga menjabat Kepala Sekolah), beliau masih terus berkarya, setia menemani dan memberi motivasi pada kami, para muda ini.

Bagi saya sendiri, pertama, Menulis Kreatif di usia senja merupakan bentuk syukur kepada Allah Ta'ala. Tentu saja, karena kita telah diberi nikmat usia yang bermanfaat. Kedua, karena kita tidak berhenti berkarya, jika dulu berkarya melalui pengabdian sebagai guru, ilmu kita bisa langsung sampai pada anak didik yang insyaa Allah akan terus ada selama hayat di kandung badan. Pernahkah Ibu, bapak membayangkan bahwa kecakapan kita sekarang ini, karena jasa Guru-Guru kita dulu? Ilmu mereka yang diberikan melalui pelajaran terjadwal rutin sejak SD hingga Perguruan Tinggilah yang telah mendewasakan kita. Dan bahkan mungkin sekarang telah kita tularkan pula pada anak-anak kita, dan masyarakat pada umumnya, baik sengaja maupun tidak. Sekarang ini kita berkarya melalui tulisan.

Menulis apa saja (kata Guru saya; Om Jay, Bu Kanjeng dan Bunda Aam). Tidak sesuatu apa pun yang tidak bermanfaat. Puisi, Cerpen, Cerbung, Komik,  Novel? Atau misalnya Artikel tentang suatu pengetahuan.  Menulis apa pun pastilah ada manfaatnya bagi kehidupan. Bukan sekadar informasi mungkin juga teladan yang patut ditiru. Atau bahkan mungkin sebuah peringatan agar kita lebih waspada terhadap sesuatu. 

Ketiga, dengan menulis kita terus mengaktualisasikan diri kita. Bukankah kita juga terus belajar? Melalui Koran, Majalah,  Radio, Teve, You tube dan sebagainya, banyak berupa perangkat digital. Pelajaran yang kita cerap, sadar atau tidak, akan menjadikan kita makin arif dalam menghabiskan sisa usia.

Keempat, karena kita selalu mendengar, berbicara, membaca dan akhirnya menulis, kita terhindar dari pikun di usia yang masih bisa produktif.

Kelima, ini merupakan efek positif di dunia. Menulis adalah menghibur diri, karena kita bisa melampiaskan semua duka yang menyelimuti hati, bisa juga luapan kegembiraan. Semua itu menyehatkan. Jika jiwa kita sehat, badan kita juga pasti sehat. Ingat kata Bu Guru kita SD dulu Mensana in Corporisano. Ini juga ajaran dan motivasi dari Guru Blogger, Founder KBMN dan Public Speaking for Teacher, "Menulis itu menyembuhkan." dan "Menulislah setiap hari, kemudian buktikan apa yang terjadi!"

Keenam, tidak ada sesuatu yang tidak berbalas. Produktivitas kita yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat ini, akan berbuah pahala. Tabungan amal Jariyah, yang akan menemani kita di alam kubur, dan memperberat timbangan kebaikan di akherat kelak. Subhanallah. 

Setidaknya itu. Mungkin masih banyak lagi manfaat lainnya. Sahabat bisa menambahkannya sendiri. Wallahu'alam bissowab. 

Selamat melanjutkan karya. Salam Literasi. Wassalamu'alaikum,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun