Terdapat berbagai kebiasaan untuk ini. Ada yang full selama sepuluh hari berada di Masjid. Biasanya ini dilakukan para Peziaroh, yakni dengan mendatangi Masjid-Masjid tertentu -lazimnya Masjid yang memiliki latar belakang sejarah, seperti Masjid para Wali, dan Masjid Raya atau Masjid Besar, sering disebut juga Masjid Agung -. Sebagian yang Umat Muslim yang lain mulai menetap di Masjid setelah Sholat Tarawih. Jadi dimulai Maghrib atau 'Isya', Tarawih hingga menjelang Subuh, atau bahkan hingga Shuruq, tetapi tidak jarang pula yang baru berdatangan di tengah malam dan pulang menjelang Sahur.
Sungguh sebuah kenikmatan luar biasa, jika kita bisa melakukannya. Bersama dengan Jama'ah dari berbagai penjuru-tetapi untuk Masjid-Masjid di kampung, lazimnya Jama'ahnya adalah Umat Muslim di seputar Masjid-. Mereka  berjuang untuk memeroleh keutamaan Lailatul Qodar.Â
Banyak hal yang dilakukan di malam-malam itu. Di antaranya, menunaikan Sholat-Sholat Sunnah seperti Sholat Tasbih, Sholat Taubat, Sholat Qiyyamul La'il (selain Tarawih), yaitu Sholat Tahajjud, dan Sholat-Sholat lain menurut keperluan masing-masing, Tadarus Qur;an, sampai mendengarkan Tausiyah atau kajian, bahkan belajar Tahsin (belajar membaca Al Qur'an).
Ada Jama'ah yang kuat tanpa istirahat (tidur) sepanjang malam, tetapi tidak sedikit pula yang mengambil waktu untuk istirahat (tidur) di antara kegiatan-kegiatan ibadah.  Rasululloh SAW tinggal di Masjid selama sepuluh hari terakhir.
Di Masjid-Masjid besar, biasanya Takmir menyediakan berbagai fasilitas di antaranya, Takjil, Jaburan, makan dan minum hingga Sahur menjelang Subuh, sedangkan di Masjid-Masjid Kampung lazimnya fasilitas seperti itu diselenggarakan bersama dengan Masyarakat Muslim setempat yang berkelonggaran Rizqi memberikan donasi. Indah bukan, kebersamaan yang  berlangsung tanpa komando. Bahkan siapa pun tak terkecuali ingin ikut berperan. Luar biasa!
Konon, Malam turunnya Lailatul Qodar itu ada tanda-tandanya. Di antara tanda-tanda itu, kadang sudah dimulai sejak hari masih sore. Langit begitu temaram. Rasanya hampir-hampir Angin tak bertiup. Tenang. Kadang kala disertai rintik gerimis yang jatuh lembut ke Bumi. Ketika malam tiba, senyap dan Angin semilir sejuk.  Sulitlah dilukiskan keindahan rasanya. Wallahu'alam bissowab.
Nah, apakah Sahabat Kompasiana ingin membuktikan kenikmatan itu? Setiap Insan Muslim pastilah ingin memperjuangkan bertemu dengan Malam 1000 Bulan atau Malam Lailatul Qodar, tidak terkecuali Penulis. Saya melakukannya di sepuluh hari terakhir, hanya saja tidak sepanjang hari, melainkan sejak Maghrib hingga waktu Shuruq. Mari kita siapkan dari sekarang, agar pada saatnya nanti kita bisa menikmatinya.Â
Selamat menunaikan Ibadah Puasa Sahabat, terutama sahabat Muslim. Semoga kita mendapatkan keberkahan dan Rahmat-Nya. Salam Literasi. Wassalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarrokatuh,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H