Suara hatiku akhirnya mengingatkan. Aku sudah tua. Mungkin memang tidak seharusnya kusesali. Bukankah aku sudah bahagia dengan dua cucu tampan dan pintar? Kadang-kadang aku marah pada diriku sendiri yang masih saja mengingat peristiwa itu. Kadang juga muncul perasaan berdosa. Takdirlah yang telah mempersatukan kami. Allah pasti telah memberikan yang terbaik kalau masih saja tidak bisa kunikmati, mungkin karena akulah yang terlalu sombong untuk memahami.Â
Aku diingatkan oleh waktu. Aku harus mengakhirinya, sebelum bulir-bulir bening keluar tak terbendung. seperti malam-malam sebelumnya, setiap kali tersentuh oleh satu pertengkaran kecil yang terjadi di antara kami. Aku harus bisa berdamai dengan hatiku. Yang lalu biarlah berlalu, sekarang aku di masa kini, dan akan menapaki masa depan jika masih diberi usia panjang.
"Sudah malam, istirahat dulu." kau mengingatkan aku. Seperti tidak ada apa-apa. Dan memang sebenarnya tidak ada apa-apa, aku saja yang melankolis. Penderitaan itu tak ada. ini hanyalah ujian. Sesungguhnya aku sudah bahagia. Empat windu pernikahan ini memang semestinya bahagia.
Selamat malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H