Membaca artikel di Detik tanggal 18/5/2016 berjudul “Ladang Gas Terbesar RI Menganggur sejak 1973, Kok Tidak Digarap?” pasti akan membuat masyarakat mengerutkan dahi. Ini adalah informasi sepotong yang membuat kita bisa salah menarik keseimpulan. Berikut ini kutipan Sekjen Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Muhammad Sani.
“Kita tahu ada Masela. Di Natuna ini kita punya 46 TCF baru dari 1 lapangan saja, itu 4 sampai 5 iaali lipat Masela. Tapi dari 1973 kita diamkan saja. Itu masalah leadership saja, kita tidak pernah memperhatikan itu,” kata Sani sat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Beritanya ada di tautan ini.
Cadangan gas Masela adalah 10,7 TCF (Trillion Cubic Feet). Yang dimaksud Pak Sani ini adalah cadangan gas di East Natuna sebesar 46 TCF yang ditemukan oleh perusahaan migas Italia AGIP pada tahun 1973. Lapangan ini tadinya dinamakan Natuna D-Alpha, dan pada tahun 1980 diberikan kepada Esso yang merupakan anak perusahaan Exxon untuk menggarapnya. Dari tahun ini sampai tahun 2005 Exxon (yang sudah menjadi ExxonMobil) tidak kunjung memberikan Plan of Development (PoD). Akhirknya diterminate oleh pemerintah dan tahun 2008 diberikan kepada Pertamina untuk melanjutkan.
Jadi sejak Juni 2008 lapangan East Natuna ini sudah diamanatkan kepada Pertamina untuk mengrjakannya. Pertamina tidak sendirian salam menggarap Lapangan East Natuna ini, tapi mengajak partner ExxonMobil, Total dan Petronas. Belakangan posisi Petronas digantikan oleh PTT Exploration and Production.
Tantangan yang dihadapi eksploitasi gas di East Natuna ini sangat besar. Yang membuat kesulitan adalah kandungan Karbon Dioksida (CO2) yang ada di dalam reservoir in, jumlahnya mencapai 71%. Harus ditemukan teknologi untuk menangani Karbon Dioksida sebanyak ini.Teknologi untuk menangani CO2 saat ini mahal, membuat eksploitasi gas ini tidak ekonomis.Tim yang mengerjakan eksploitasi migas jenis ini harus mempunyai kapabilitas teknologi dan finansial yang besar. Pertamina sendirian mungkin tidak akan sanggup menghadapi tantangan ini. Karena itu menggandeng mitra untuk mengerjakan bersama-samai adalah langkah yang benar.
Karena beratnya tantangan yang dihadapi untuk eksploitasi migas di East Natuna ini, maka sampai sekarang juga belum selesai. Jadwal produksi yang telah direncanakan mundur terus. Terakhir terdengar kabar kalau produksi baru bisa dilakukan tahun 2024, belakangan dimundurkan lagi ke tahun 2030. Jika harga minyak rendah terus, maka eksploitasi gas ini juga akan mengalami hambatan.
Dari pengalaman East Natuna ini ada beberapa point pelajaran yang bisa kita tarik untuk menangani blok migas selanjutnya.
Pertama, Plan of Development dari operator migas mungkin saja gagal diserahkan ke pemerintah. Dari tahun 1980 Esso (ExxonMobil) berkutat dengan Plan of Development, tapi sampai 25 tahun ternyata tidak juga menyelesaikannya. Cadangan terbukti 46 TCF di depan mata tidak menjamin bahwa operator migas akan menyelesaikan Plan of Development. Ada pertimbangan teknis dan ekonomis yang mesti diperhitungkan.
Kedua, Petamina tidak semudah itu mengambil alih pekerjaan yang ditinggalkan oleh operator migas terdahulu. Kapabilitas Pertamina dalam hal ini tidak lebih bagus dari penddahulunya. Apalagi jika masalahnya dipersulit dengan menyembunyikan data subsurface geology yang telah dibuat oleh operator terdahulu. Karena itu langkah Pertamina untuk bermitra dengan operator terdahulu yaitu ExxonMobil sudah tepat.
Ketiga, kita harus realistis dengan kemampuan BUMN migas dalam negeri. Pertamina bermitra dengan perusahaan migas asing adalah biasa. Ada kemasygulan masyarakat ketika Pertamina bermaksud bermitra denngan Total jika mengerjakan Blok Mahakam. Biarkanlah Pertamina mengukur kemampuan untuk menangani proyek pada blok migas yang diberikan pemerintah. Ketika terjadi kegaduhan Blok Masela, menteri BUMN dan beberapa kalangan DPR sangat yakin bahwa Pertamina akan bisa menangani bok Masela, dimana berkaca dari Natuna ini mungkin tidak akan semudah itu.
===End
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H