Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Helikopter Agusta, Skandal Kapal Selam Scorpene, dan Pembunuhan Wanita Model asal Mongolia

30 November 2015   11:18 Diperbarui: 1 Desember 2015   09:35 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Helikopter Agusta Westland AW101 (sumber: liputan6)"][/caption]Beberapa hari terakhir ini ramai diperbincangkan rencana pembelian helikopter kepresidenan. TNI AU memutuskan untuk membeli Helikopter Agusta Westland AW101. Suara publik tentang pembelian helikopter ini mayoritas dikelompokkan menjadi dua point, yaitu:
(1). Semangat transparansi penggunaan anggaran negara.
(2). Semangat nasionalisme ekonomi

Untuk melihat bagaimana dua hal di atas mengemuka di publik, kita akan membandingkan dengan dua kasus negara lain. 

Skandal pembelian kapal Selam Scorpene di Malaysia
Sembilan tahun yang lalu terjadi pembunuhan terhadap seorang perempuan model cantik asal Mongolia bernama Altantuya. Tubuhnya yang molek hancur menjadi serpihan kecil akibat diledakkan menggunakan dinamit C-4. Sisa sisa tubuhnya yang tidak bisa dikenali lagi ditemukan di daerah Shah Alam, pinggiran Kuala Lumpur.

Pembunuhan ini berhubungan dengan suap pembelian kapal selam Scorpene dari Perancis. Altantuya adalah perempuan muda berumur 28 tahun. Cantik, pandai berbahasa Inggris, Russia, China, dan Perancis. Negosiator dari pihak Malaysia mengajak pergi ke Paris untuk keperluan pembicaraan deal pembelian kapal selam tersebut. Dipekerjakan sebagai penerjemah. Di Paris ini sang negosiator ini juga melakukan skandal seks dengan Altantuya. Rahasia busuk deal pembelian kapal selam antara Malaysia dan Perancis dia ketahui dengan baik. Ada suap EUR 114 juta dari perusahaan Perancis dalam transaksi pembelian kapal selam Scorpene ini. Dalam rupiah kira-kira besarnya 1,7 trilun rupiah. Jumlah yang sangat besar.

Semua berjalan mulus. Sampai suatu saat Altantuya ini tergoda minta bagian uang suap. Dia memeras minta uang sebesar USD 500 ribu ke negosiator itu. Kalau tidak diberi, ancamannya akan buka mulut tentang uang suap berikut skandal seksnya di Paris. Yang dilakukan Altantuya ini menyerempet bahaya. Lawan yang dihadapi mempunyai kekuasaan besar. Terkait dengan politisi yang sedang berkuasa di pemerintahan Malaysia. Ocehan mulut Altantuya bisa menimbulkan gempa politik di Kuala Lumpur. Tindakan preventif untuk membungkam mulut Altantuya harus segera dilakukan. Personel pasukan khusus bergerak, menculik Altantuya di jalanan. Dibawa ke hutan di pinggiran Kuala Lumpur untuk dieksekusi. Hidupnya berakhir di hutan Shah Alam. Ledakan dinamit menghancurkan tubuhnya sampai tidak bisa dikenali lagi. Diperlukan tes DNA untuk memastikan tubuh Altantuya.

[caption caption="Negosiator pembelian kapal selam Scorpene (sumber: Global Balita)"]

[/caption]Pembelian peralatan militer merupakan lahan empuk buat mengeruk keuntungan pribadi. Barang barang militer spesifikasi teknisnya jarang dipahami warga awam. Keputusan pembelian barang pertama kali yang dinilai adalah spesifikasi teknisnya. Evaluasi harga dilakukan setelah spesifikasi teknis dipenuhi. Spesifikasi teknis ini bisa dicocok-cocokkan supaya supplier jagoannya paling memenuhi syarat. Di sinilah rawannya pembelian barang yang tidak umum. Tidaklah heran pembelian barang militer selalu menimbulkan pandangan 'suudzon' dari masyarakat. Dengan terpenuhinya spesifikasi teknis peralatan oleh supplier, maka harga tinggal diatur atur untuk memberikan 'hasil' manis dalm transaksi. Istilahnya adalah nitip harga. Kerugian bagi negara.

Tugas dari pelaksana pembelian peralatan canggih dan mahal adalah memastikan tidak ada deal-deal tidak baik yang merugikan negara. Suara masyarakat sebetulnya juga merupakan kontrol untuk mengingatkan. 

Pembelian pesawat Early Warning oleh Inggris
Pada jaman pemerintahan perdana menteri Margaret Tatcher, Inggris pernah mau beli pewawat radar Early Warning. Pilihan ada dua. Pertama, pesawat AWACS buatan Boeing Amerika. Kedua, pesawat Nimrod buatan Hawker Siddeley Inggris. Di tengah resesi ekonomi, publik Inggris mendesak pemerintah untuk membeli pesawat Nimrod. Sebuah perusahaan elektronik Inggris membuat iklan satu halaman penuh dengan gambar Nimrod dan AWACS dengan teks: "Both will defend Britain, only one will defend British industry".

Situasi pembelian pesawat Inggris ini mirip yang dialami Indonesia dalam membeli helikopter, ada dua pilihan Westland Agusta atau produk PTDI. Tapi pihak TNI AU sudah memutuskan Westland Agusta. Tidak mungkin kontrak dibatalkan. Publik tinggal menunggu terima delivery dari helikopter bulan April 2016 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun