Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Beginilah Cara Operator Seluler Menjebak Pelanggan

10 Mei 2015   19:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencari uang dengan cara haram. Inilah yang banyak dipraktekkan perusahaan perusahaan di Indonesia. Tidak peduli itu melanggar aturan perdagangan yang jujur. Segala cara digunakan tanpa mengenal etika. Banyak cara tersembuyi yang dilakukan, sehingga tidak terasa bahwa mereka itu melakukan suatu kejahatan. Salah satu cara adalah melakukan penjebakan kepada pelanggan telepon seluler.

Untuk melihat bagaimanakah menu pada telepon seluler menjebak pelanggan, kita lihat dulu bagaimana suatu menu yang boleh dikatakaan jujur. Seperti terlihat di bawah ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="Gambar 1: Menu Jujur (Dokpri)"][/caption]

Ini adalah menu yang biasa, tidak bermasalah. Sesuai ‘best practice' maka pada menu itu diletakkan salah satu pilihan untuk pengguna yang ingin tahu lebih lanjut tentang layanan. Pilihan menu dibuat tidak banyak yang ditampilkan, cuma tujuh saja. Ini untuk menghindari otak manusia kewalahan mencerna pilihan menu yang terlalu banyak. Kalau kita pilih salah satu nomor pilihan menu di atas, maka akan menuju ke submenu dengan beberapa nomor pilihan lagi. Demikian selanjutnya yang merupakan suatu jalinan menu.

Para perancang menu akan membuatnya sedemikian rupa sehingga pengguna bisa berselancar di menu tanpa kesulitan. Untuk membantu kalau kurang memahami, maka ditempatkan satu nomor pilihan yang berfungsi sebagai alat bantu. Kalau di dalam sistem komputer, biasanya diberi nama help atau tombol F1 untuk melihat bantuan. Ini adalah suatu konvensi yang sudah lama diikuti oleh pendisain software.

Pada menu di atas jika ingin mendapatkan penjelasan selanjutnya secara alamiah pelanggan akan memilih angka 7 ( Info). Baiklah, kita coba pilih angka 7 (Info). Kita akan dibawa kemenu berikutnya seperti ini:

1. International Services 2. Pulsa 3. Dompetku 4. M-Banking 5. Komunitas 6. Customer Service 8. SenyumPoin

Kalau ingin mendapatkan penjelasan lagi bisa memilih lagi salah satu yang dimaksud. Inilah contoh menu bagus dan tidak mengandung jebakan.

Sekarang kita beralih ke contoh menu yang menaruh ranjau, seperti tergambar pada screen capture di bawah ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Gambar 2: Menu mengandung jebakan (dokpri)"]

Gambar 2: Menu mengandung jebakan (dokpri)
Gambar 2: Menu mengandung jebakan (dokpri)
[/caption]

Kadang kadang kita mempunyai paket internet dan kita ingin mengetahui kuota yang tersisa. Secara alamiah maka pengguna akan memilih nomor 7 (MyInfo). Dari sini diharapkan bisa melihat berbagai menu selanjutnya. Mari kita coba pilih angka nomor 7 untuk dikirim. Hasilnya sebagai berikut.

Ada notifikasi sms: FB Chat aktif 30hr Rp8800 s/d 28/05/2015. Stop: *1223*3266#. Poin km bertambah 35 poin. Raih ksempatan dpt motor,uang&pulsa. Akses layanan ktk M ke 32666.

Jadi dengan memilih nomor 7 (MyInfo) kita akan langsung didaftarkan ke layanan FB Chat dan langsung dipotong Rp.8.800,- tanpa persetujuan konfirmasi. Hal ini jelas melanggar aturan BRTI yang melarang mendaftarkan pelanggan ke layanan berbayar tanpa persetujuan. Apalagi dalam hal ini operator seluler sengaja menyamarkan layanan berbayar ini dengan nama MyInfo yang akan membuat pelanggan terjebak.

Menjebak pelanggan dengan cara seperti ini bisa mengeruk keuntungan banyak, tapi caranya haram. Kalau sejumlah kecil pelanggan misalnya 1000 orang sehari terjebak, maka sudah berhasil mengantongi Rp.8.800.000,- Ini angka cukup konservatif, mengingat jumlah pelanggan puluhan juta, sehingga angka 1000 orang itu cuma kurang dari 0,01 % saja. Mencomot uang haram model begini dalam sebulan dapat 264 juta rupiah.

Mudah mudahan BRTI bukan sekedar pura pura tak tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun