Â
"Kenapa manusia harus hidup kalau akhirnya mati?"
Semuanya terlihat gelap.
Hanya perih, dingin, dan menyakitkan disini.
Kenapa aku harus dilahirkan kalau akhirnya akan mati?
Apa karena Tuhan marah dan ingin menghukumku?
Ayah marah dan tidak mengatakan apapun.
Ibu hanya diam dan tidak melakukan apapun.
Aku benci harus berada dirumah.
Sekarang, rumah terasa seperti sangkar.
Aku adalah seekor burung yang kesepian.
Apakah suatu saat nanti aku bisa terbang dan pergi?
Jika itu bisa membuat keluargaku bahagia,
aku akan menghilang selamanya.
Melihat mata ayahku yang begitu lelah,
Membuat hatiku sangat sakit.
Apakah karena melahirkanku membuat mereka kecewa?
Karena aku tidak sempurna.
Lalu apa "sempuran" itu?
Aku terjebak dalam perasaanku sendiri.
"Kenapa manusia harus hidup kalau akhirnya mati?"
Dan yang sangat membuatku sakit adalah lingkunganku.
Lingkungan yang nampak seperti sirkus.
" kamu orang yang kuat"
" kamu orang yang baik "
" aduh, kamu kenapa?"
Kalimat itu sering diucapkan oleh banyak orang brengsek yang berlagak simpati .
Padahal mereka hanya sekadar ingin tahu.
Dengan senyum di bibir mereka.
Dan tatapan penuh belas kasih di mata mereka.
Menjijikkan.
Aku benci.Â
Kau bilang aku kuat.
Lalu apa "standarisasi" dari diri yang "kuat"?
Kau bilang aku baik.
Lalu apa ukuran "baik" itu sebenarnya?
Apa kau tahu?
"Kenapa manusia harus hidup kalau akhirnya mati?"
Apa salah bila aku menangis?Â
Bila aku terlihat lemah?
Bila aku merasa sedih?
Haruskah selamanya aku memakai topeng?
Berlagak seperti angsa yang paling sempurna dan bahagia?
Diam di sangkar danau yang indah?
Berkelok anggun di atas panggung pertunjukan?
"Kenapa manusia harus hidup kalau akhirnya mati?"
Aku benci sendirian.
Aku benci untuk merasa sendirian.
Aku takut sendirian.
Aku takut tersesat.
Aku tidak dalam perasaan yang baik.
Aku tidak dalam perasaan yang baik.
"apakah akhirnya hanya aku yang akan berjalan sendirian?"
Tolong aku.
Penulis : Hreeloita Dharma Shanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H