"Kok ya repot-repot to mas sampean ki, Mega itu gak usah di belikan kaya gitu, itu di kamarnya udah penuh banget."Â Ucapnya lagi sambil menuangkan minuman hangat ke gelas yang sudah ada tepat di depanku.
"silahkan diminum, Mega kayanya masih sholat. Baru aja pulang di antar Andre , katanya pergi ke tempat mbak Binti, itu yang kemarin merias kakaknya Mega pas nikahan.
Namanya anak perempuan mas, dan pacarnya sudah melamar. Daripada nanti terjerumus ke hal-hal yang tidak di inginkan mending biarkan aja dia menjalani apa yang menjadi pilihannya".
 "Buk, maaf saya nggak bisa lama-lama karna mau ada acara, tadi niatnya cuma mau nganterin tas ini, tolong sampaikan ke Mega ya"
Tak peduli hujan gerimis malam itu, langsung saja ku langkahkan kaki ke arah makam Ayah kandungannya.
"Pak, Saya minta maaf nggih.
Semoga Bapak tenang disana. Sampai kapanpun dan mau jadi apapun, Kewajiban saya adalah mendoakan bapak" kata ku dalam hati sambil ku usap batu nisan warna biru malam itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H