sumber foto : www.suara.com
Selamat malam semua, seperti yang ada dipemberitaan hari ini sesuai rencana Piala Kemerdekaan yang diprakarsai oleh Tim Transisi bentukan Kemenpora ini akan berlangsung tanggal mulai 1 Agustus mendatang sementara untuk peserta diberitakan sampai saat ini sudah terdaftar 19 klub dari Divisi Utama yang siap untuk ikut serta dalam turnamen tersebut dan terkait dengan larangan dari Pihak PSSI Menpora Imam Nahrawi meminta kepada klub-klub calon peserta Piala Kemerdekaan 2015 tidak risau dengan intimidasi larangan tersebut seperti yang disampaikan "Jangan risau dengan intimidasi. Pemerintah akan hadir di sini. Pemegang mandat adalah klub, jadi jangan takut," kata Menpora di sela Workshop Piala Kemerdekaan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Jumat (3/7/2015).
Memang seperti diketahui bahwa PSSI sudah secara tegas melarang klub anggotanya untuk ikut serta dalam turnamen yang digagas oleh tim transisi bentukan Kemenpora tersebut karena PSSI menilai klub yang akan tampil di Piala Kemerdekaan itu akan melanggar statuta FIFA dan PSSI, tapi ternyata Hal itu semua tidak menyurutkan niat para klub calon peserta untuk mundur dari kompetisi tersebut.seperti yang pernah juga saya tulis kemaren pada tulisan terdahulu indra-sjafri-negara-kalah-saya-berhenti-melatih-sepakbola dan kini hal yang sama juga diungkapkan oleh klub devisi utama PSMS Medan yang mengatakan "Karena kami bepikir, kalau tidak ada kompetisi, bagaimana pemain dan pelatih kami. Itu yang harus dipikirkan oleh La Nyalla Mattalitti dan kawan-kawan," kata manajer PSMS Medan, Andry Mahyar Matondang, Jumat (3/7) dan begitu juga dengan klub Persinga Ngawi seperti yang disampaikan Sekretaris Umumnya Gembong Pranowo, yang mengatakan bahwa pihaknya sudah lelah menunggu kepastian kompetisi dari PSSI oleh karena itu, mereka nekat ikut turnamen Piala Kemerdekaan ini.
Kalau kita kembali melihat kebelakang apa yang dilakukan PSSI saat ini memang tak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukannya KPSI pada masa lalu, dan sesungguhnya memang kepengurusan saat ini juga dihuni oleh para pengurus KPSI pada waktu kisruh dualism kepengurusan dan dua lisme Timnas beberapa tahun yang lalu dimana pada faktanya kala itu mereka (KPSI) lebih memilih di Baned FIFA dari pada harus mengadakan rekonsiliasi dengan mengeluarkan apa yang disebut dengan manifesto nomor 7 (tapi kemudia direvisi kembali) dan bahkan yang lebih parahnya lagi kala itu tidak mengizinkan para pemain yang bermain di klub peserta kompetisi Indonesia Super League (ISL) untuk membela timnas untuk membela Negaranya diajan kompetisi international seperti yang disampaikan angota exco KPSI kala itu "Klub peserta kompetisi ISL tidak akan melepas pemainnya ke PSSI Djohar Arifin, sebab KPSI telah memiliki tim sendiri yang diisi pemain-pemain terbaik dari klub-klub ISL, dan juga didampingi pelatih terbaik, yakni Alfred Riedl," tutur salah satu anggota Komite Eksekutif (Exco) Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), Tonny Aprilani, di Jakarta, Selasa, (25/12/2012)
Dan bahkan juga sampai mengatakan bahwa kalau keberadaanya tidak diakui FIFA maka merekapun akan tetap jalan dan siap untuk membentuk tim nasional sendiri “Kami jalan terus. Kami bentuk kompetisi sendiri. Kami bentuk tim nasional sendiri. Alfred Riedl (mantan pelatih tim nasional) yang jadi pelatih kepala. Kita uji saja nanti, versi sana dan sini, mana yang paling bagus,” ujar Tony yang juga Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) Senin, 26 Maret 2012 dan bahkan yang lebih parah lagi pada satu kesempatan wawancara dimajalah Tempo angota Exco KPSI tersebut pernah juga mengatakan berwacana keluar dari FIFA dengan mengatakan tidak usah ikut jalur FIFA, masih banyak konfederasi yang lain, seperti Asia Oceania?
Tapi yah…..sudahlah itukan dulu kalaupun sekarang ternyata kasus yang sama terjadi lagi atau terulang kembali tentu itu semua bisa dikatakan sudah menjadi potret arogansi kekuasaan dari para “Oknum” yang ada dikepengurusan PSSI saat ini yang notabene memang masih dikuasai oleh kelompok KPSI yang dulu, sementara harapan kita tentu tetap agar supaya kondisi kisruh ini cepat berlalu sehingga kompetisi/turnamen bagi klub dapat segera kembali bergulir agar supaya kondisi dan kepentingan klub/pemain kembali bisa terpenuhi terlepas dari adanya permasalahan antara Kemenpora dan PSSI…….kedepan mari sama-sama kita lihat siapa yang benar-benar lebih memikirkan nasib klub/pemain, serta perangkat pertandingan yang terlibat didalamnya apakah PSSI atau Kemenpora sebagai perwakilan Pemerintah seperti yang disampaikan Menpora diatas "Jangan risau dengan intimidasi. Pemerintah akan hadir di sini. Pemegang mandat adalah klub, jadi jangan takut," kata Menpora……….selamat menikmati.
Borneo 3 Juli 2015
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H