Dalam beberapa hari belakangan ini nama Andri Syahputra ramai jadi bahan perbincangan publik terkait denngan berita penolakannya dipanggil untuk mengikuti seleksi timnas Indonesia U-19 yang dipersiapkan untuk tampil di Piala AFF U-18 2017 di Myanmar, 4-17 September nanti. Dikatakan bahwa orang tua Andri, Agus Sudarmanto yang menyampaikan penolakannya terhadap panggilan PSSI tersebut.
Penolakan tersebut akhirnya menimbulkan polemik berkepanjangan, dan mulai melebar kemana-mana. Sampai-sampai muncul sebuah usulan yang ‘maaf’ kelihatan konyol dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kepada PSSI agar Andri dimasukan ke ‘daftar hitam’ Wow ?
Padahal kalau kita ikuti dari pemberitaan yang ada alasan penolakan orang tua Andri tersebut mengatakan adalah masalah pendidikan dan masa depan Andri. Ia juga menjelaskan jika dalam hal ini, PSSI dan juga masyarakat Indonesia gagal paham terkait cerita dibalik penolakan tersebut. “Saya tidak pernah clarified (klarifikasi) ke PSSI soal penolakan. Karena urusan ini, sudah di-take over (diambil alih) oleh QFA (Federasi Sepak Bola Qatar) dan club (Al Gharafa SC). Penolakan pasti ada sebabnya,” kata
Hal ini tentu berbeda dengan apa yang menyebabkan polemik ini sampai terjadi. Pertama kali di ungkapkan penolakan ini disampaikan oleh direktur media dan hubungan internasional PSSI Hanif Thamrin yang mengatakan "Saya sudah menerima respons dari bapaknya Andri, intinya dia minta untuk tak dibahas lagi soal anaknya ke timnas," dan menambahkan "Saya dapatkan pernyataan itu dari kawan saya yang sudah bisa berkomunikasi langsung dengan bapaknya Andri. Karena ketika saya hubungi, baik melalui surat resmi ke pihak akademi maupun telepon langsung ke bapaknya tak pernah dijawab," tambahnya. di sini
Orang tua Andri seperti yang diberitakan, menceritakan kronologi dari undangan PSSI tersebut. Ia menceritakan sempat di hubungi oleh Farina dan Marco dari PSSI mengenai adanya rencana memanggil Andri. Sehari setelah itu, PSSI mengirim undangan melalui email ke QFA, klub, dan juga Agus. Setelah itu ia mengaku dipanggil oleh QFA dan diberikan penjelasan yang cukup panjang.
“Saya disodori draf surat dan disuruh membaca. Isinya panjang. Yang saya ingat underage (Andri masih di bawah umur) dan masih pelajar. QFA bilang surat akan dikirim ke klub. Dari klub dikirim balik ke QFA. Finalnya, QFA akan mengirim surat (tersebut) ke FIFA (Federasi Sepak Bola Dunia). Lalu mengirim surat (tersebut) ke PSSI,” lanjut Agus.
Agus juga menegaskan bahwa alasan utama nya adalah tentang pendidikan Andri. Ia tidak ingin anaknya putus sekolah karena harus menjalani pemusatan latihan hingga menjelang kejuaraan yang waktunya pasti tidak singkat. “Saya bilang, tidak memenuhi undangan karena pendidikan. Dan tanpa Aspire Academy (tempat Andri bersekolah saat ini) dan klub, Andri tidak akan jadi pemain bola profesional seperti sekarang ini. Dan Andri tidak pernah masuk SSB (Sekolah Sepak Bola) di klub di Indonesia,” jelasnya.
Kalau mua jujur persoalan membela kewajiban membela timnas seperti yang disampaikan Sekretaris Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, yang sampai-sampai meminta PSSI untuk melakukan blacklist kepada Andri Syahputra tersebut dengan mengatakan. "Kita lihat di Eropa, sehebat apapun pemain itu dia pasti patuh kepada negaranya," dan menambahkan "Lagi pula masih banyak pemain-pemain yang bagus di Indonesia," kata Gatot di Kantor Kemenpora, Jumat (24/3/2017).
Jujur tentu ini menjadi lucu, empat tahun yang lalu sekitar tahun 2013 hal yang sama pernah terjadi dan malah dilakukan secara ‘berjamaah’ oleh para pemain senior Indonesia, si sini terlepas dari waktu itu ada masalah dualisme kepengurusan pssi waktu itu, kalau kita mau bicara bakti kepada negara? Bisa apa PSSI dan Kemenpora waktu itu? Tidak ada yang bisa di lakukan selain dari hanya ‘ngoceh’ di media, sementara Nil Meizar sang platih berusaha sekuat tenaga berjuang bersama pamain dan kekuatn yang ada.
Belkanag persoalan penolakan itu melebar ke persoalan jaminan cidera pemain yang dikeluhkan orang tua Andri, PSSI berkilah waktu Andik Vermansyah mengalami cidera semua ditangung PSSI, Seperti yang dikatakan oleh Sekjen PSSI Ade Wellington sebelumnya bahwa PSSI tidak pernah melepas tanggung jawab. "Tidak.. tidak, Andik (Vermansah) kemarin cedera kami bantu kok," ujar Ade beberapa waktu lalu.
Ok untuk persoalan Andik, tapi untuk kasus Alfin tua salamoy mantan pungawa timnas yang mengalami kecelakaan walau itu bukan saat memebela timnas tapi kan dia seorng mantan pemain timna yang masih bermain untuk klubnya apa yang dilakukan PSSI? alfin.pssi.dan.persija.cuma.bisa.ngomong dan terakhir pemain muda Hapidin mantan pemain bola Persibat Batang, Jawa Tengah terpaksa harus rela menjual sepatu emasnya seberat 3 hingga 5 kg, dari hasil hadiah pemain TOP Skore Divisi 1 Musim 2014 lalu, entu semua itu membuat kita miris.
Belum lagi kalau bicara perhatian kepada potensi anak bangsa di bidang sepakbola, tentunya kita masih ingat dengan kasusnya Tristan Alif bukan? Persoalan kewajiban Alif harus ditemani orang tua selama di belanda (Ajax) Kemenpora dn Kemlu tak bisa bantu, padahal orang tua alif bersedia kerja apa saja disana walau sekalipun jadi supir di kedutaan. Jadi aneh kalau Kemenpora seperti kebakaran jenggot dengan penolakan yang masuk akal ini. Sampai-sampai media Belanda menulis: "Di tanah airnya, Tristan Alif tidak benar-benar dianggap Messi Indonesia."sindiran-media-belanda-soal-nasib-messi-indonesia
Tulisan ini bukan bermaksud membela Andi Syahputra membabi buta, tapi marilah kita melihatnya dengan bijak seperti apa yang dikatakan Andri Syahputra "Mereka katakan kalau saya memperkuat Tim Nasional Qatar, saya mengkhianati Indonesia. Lihatlah lebih bijak," kicau Andri di akun Twitter pribadinya. Pertanyanya apa yang sudah dilakukan PSSI dan Kemenpora sampai Andir Syahputra seperti sekarang ini?
Andri Syahputra merupakan salah satu dari 12 pesepak bola dari luar negeri yang dipanggil PSSI untuk mengikuti seleksi tim nasional U-19 untuk tampil di Piala AFF U-18 2017 di Myanmar, 4-17 September mendatang. nama lainya seperti Samuel Christianson (berkarier di Spanyol), Syahrian Abimanyu (Spanyol), Nicholas Pambudi (Spanyol), Pancar Nur Widiantono (Spanyol), Adam Putra Firdaus (Spanyol), Excel Favour YT (Italia), Fidelis Kelby Timothy (Italia), Muhammad R Habibie (Italia), George Brown (Inggris), Jack Brown (Inggris) dan Charalamboss Elias David (Yunani).
Nama Andri Syahputra, mungkin masih sangat asing bagi telinga para pecinta sepakbola di tanah air. Ya, Andri Syahputra pesepakbola kelahiran Lhokseumawe, Aceh, 17 tahun silam. Asingnya nama Andri tentu menjadi wajar, mengingat karena Andri Syahputra memang belum pernah sama sekali membela kesebelasan di Indonesia, bahkan untuk timnas junior Indonesia sekalipun.
Andri Syahputra dan keluarga pindah dari Indonesia ke Qatar ketika ia masih berusia lima tahun. Andri meninggalkan bumi pertiwi lantaran ikut dengan sang ayah yang bekerja di bidang gas dan minyak di salah satu perusahaan yang bertempat di negara yang dikenal sebagai pengekspor minyak bumi terbesar di dunia tersebut.
Pada tahun 2005, ketika ia berusia enam tahun, bergabung dengan Al-Khor Community Club (AKC). AKC adalah merupakan sebuah lembaga pendidikan asal di Qatar yang memfasilitasi berbagai bakat luar biasa yang dimiliki, seperti dalam bidang pendidikan dan olahraga.
Di AKC, Andri dibina oleh Muhammad Yunus Bani. Yunus Bani memang ditugaskan untuk menangani anak-anak dari Indonesia yang tergabung di AKC. Lewat tangan dingin pelatih asal Langsa, Aceh tersebut Andri Syahputra mampu tampil mengesankan dan sempat membuat heboh publik Qatar.
Setelah sekian waktu menghabiskan bergabung di AKC, Andri kemudian ditarik oleh Al-Khor Sport Club. Di Al-Khor SC, karena permainan Andri dinilai semakin menjanjikan. Dan hal itulah yang akhirnya membuat salah satu kesebelasan elit di Qatar, Al-Gharafa, memboyongnya.
Pada Februari 2009, Andri masuk ke Aspire Football Academy, dengan status Andri masih tetap sebagai pemain Al-Gharafa. Aspire Footbal Academy adalah merupakan sebuah akademi yang mengumpulkan para pemain berbakat/bertalenta dari berbagai kesebelasan yang ada di Qatar. Bersama Aspire, Andri telah mengikuti berbagai macam turnamen junior yang diselenggarakan di negara-negara sepakbola seperti Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, juga di negara-negara Eropa lainnya.
Aspire sering mengirim Andri ke berbagai klub di Eropa untuk mengikuti trial. Salah satunya Villarreal yang menjadi klub yang pernah disinggahi oleh Andri dalam rangka program trial-nya. Penampilan yang ditunjukkan oleh Andri kala mengikuti serangkaian tes pun sebetulnya sempat membuat klub berjuluk The Yellow Submarines tersebut tertarik untuk merekrutnya.
Namun hal itu batal lantaran posisi Andri ketika itu telah dimiliki oleh Al-Gharafa. Seperti yang disampaikan ayah Andri, Agus Sudarmanto. “Andri cerita waktu latihan bersama Villarreal, pelatih-pelatih di sana bilang tertarik ajak dia gabung. Tapi, kan Andri punya sudah klub, dan prosesnya tidak mudah begitu saja pindah ke Eropa," ungkap Agus
Keinginan Villarreal untuk merekrut pemain kelahiran 29 Juni 1999 itu pun memang cukup wajar. Selain fasih bermain di berbagai posisi, seperti gelandang serang, sayap kanan/kiri, dan penyerang, Andri pun dikenal sebagai pemain yang memiliki insting mencetak gol yang begitu tinggi.
Tiba-tiba sekarang dengan talenta yang dimiliki Andri Syahputra terebut, PSSI dan Kemenpora ingin menarik pulang dia untuk membantu Indonesia agar kembali berprestasi di masa mendatang. Pemerintah dan PSSI membujuk, sekaligus meyakinkan, dan memastikan agar Andi Syahputra segera berseragam sang Garuda. Sebelum akhirnya sang pemain benar-benar berseragam Qatar.
Apa lagi dengan ditunjuknya Luis Milla oleh PSSI sebagai pelatih baru timnas Indonesia, masyarakat tentu secara otomatis langsung berharap Milla dapat mengeluarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh para pemain muda di tanah air. Karena memang selama ini diketahui bahwa pelatih asal Spanyol ini memang dikenal sebagai pelatih yang cukup piawai dalam mengorbitkan bibit-bibit muda ke permukaan. seperti David De Gea, Javi Martinez, Juan Mata, dan Cesar Azpilicueta dll.
Jadi perlu diketahui juga terlepas dari pro kontra terkait penolakan Andri Syahputra jalani seleksi Timnas U-19 ini, ternyata ada juga hal menarik untuk diketahui seperti yang disampaikan Orang tuanya "Andri adalah siswa terbaik dan terpintar di sekolahnya, hingga dia di nobatkan sebagai role model di sekolahnya," kata Agus
Ok lah kalau begitu, mari sudahi polemik ini lihat persoalan dengan bijak, toh biar bagaimanapun ia (Andri) tetap orang Indonesia, dimanapun dia bermain tentunya akan tetap mengharumkan nama indonesia. Semoga saja apa yang lakukan saat ini bisa membuka mata PSSI dan Kemenpora dengan sedikit merubah sistem agar pssi lebih peduli dengan talenta pesepakbola yang dimilikinya. Dan yang terpenting tentu jangan meningalkan paspor WNI nya, tetaplah menjadi bagian dari NKRI walau diluar sana dengan prestasi yang dimilikinya tentu banyak godaan dan menginginkan agar ia mau mengganti kewarganegaraannya.
Borneo 27 Maret 2017
Salam Olah Rag
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H