Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Apa Betul Metode Guardiola Merusak Sepak Bola?

17 Februari 2017   22:20 Diperbarui: 18 Februari 2017   14:06 2338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam permainan sepak bola banyak hal menarik yang dapat kita ketahui. Mulai dari strategi dan taktik yang dimainkan kedua tim yang berlaga sampai kepada ketegangan akan drama yang dipertontonkan kedua kedua kubu yang bertanding itu. Berbicara masalah taktik, strategi atau gaya bermain sepakbola, tentu setiap tim mempunyai ciri khas sendiri-sendiri dan semuanya tentu akan disesuaikan dengan siapa lawan yang akan dihadapi.

Formasi atau strategi yang ditampilkan dalam sebuah permainan sepakbola, antara lain mulai dari susunan pemain (line up) yang akan diturunkan sampai kepada bagaimana cara melakukan penyerangan dan apa yang dilakukan dalam bertahan dari serangan lawan yang tentunya semua itu disesuaikan dengan skema formasi tim yang diturunkan.

Biasanya formasi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah pemain yang 'siap' untuk dimainkan, baik itu pemain bertahan, pemain tengah dan maupun penyerang yang akan diturunkan sebagai starting eleven. Dengan mempelajari formasi tim lawan, sebuah tim biasanya mencari kelemahan dari kekuatan tim lawan selanjutnya mereka mencari strategi apa yang jitu untuk dapat melumpuhkan lawanya.

Formasi tim bisa saja berganti sesuai kebutuhan, misalnya pada saat terjadinya pergantian pemain yang memiliki posisi berbeda atau kadang juga terjadi saat memasuki babak kedua pertandingan setelah ada diskusi antara pelatih dan pemain di kamar ganti. Tapi biasanya memang formasi tersebut sudah ditentukan atau diperhitungkan sejak dari sebelum dimulainya pertandingan.

Dalam sepakbola formasi yang sering digunakan, antara lain 4-4-2, ini merupakan formasi klasik yang hampir di pakai oleh semua tim sepak bola di seluruh dunia. Berikutnya ada juga formasi 3-5-2 formasi ini lebih sering dimainkan oleh tim-tim italia. Uniknya formasi ini, pemain sayapnya harus siap membantu pemain bertahan dan sekaligus juga jarus siap membantu penyerangan.

sumber foto : Bola.com
sumber foto : Bola.com
Satu lagi formasi yang juga biasa dipakai adalah formasi 4-3-3 dengan menempatkan 3 penyerang sekaligus. Formasi ini sering dipakai oleh tim-tim sepakbola dari Spanyol. Seperti Barcelona dan Madrid yang memang menguasai persepakbolan dunia saat ini, merek tampil dengan mengunakan tiga penyerang sekaligus.      

Dari ketiga formasi yang umum dipakai tersebut di atas, masing-masing tentu memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi tentu untuk itu sudah sangat dipahami oleh sang pelatih yang akan menerapkanya. Ya, tentunya dengan mempertimbangkan kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pemain dari tim yang diasuhnya. Formasi dalam sepakbola menjadi sesuatu yang sangat penting agar tim dapat mencapai hasil yang maksimal

Kembali ke pertanyaan atau judul diatas apa betul Guardiola perusak sepakbola? seperti yang dikatakan Eks bintang Valencia dan timnas Argentina Roberto Ayala yang menuding bahwa metode permainan yang diterapkan oleh pelatih asal Spanyol Pep Guardiola tersebut merusak permainan sepakbola?. Seperti yang ramai diberitakan dalam beberapa hari kemaren diberbagai media khususnya Online, Ayala yang mengatakan bahwa "Barcelona asuhan Guardiola merupakan tim terbaik yang saya lihat. Tapi di saat yang sama, mereka juga punya efek merusak," kata Ayala Rabu 15 Januari 2017.

Tentu pernyataan dari seorang Ayala itu menjadi menarik dan perlu menjadi perhatian bagi kita pecinta sepakbola. Karena  ia memang juga seorang mantan pesepakbola yang pernah memiliki reputasi sebagai bek terbaik di LaLiga. Dia juga merupakan kunci pertahanan dari klub Valencia saat mereka dua kali menjuarai LaLiga. Roberto Ayala juga bersinar di level timnas. Dia memiliki 115 caps bersama timnas Argentina dan masuk dalam tim all star di Piala Dunia 2006.

Seperti apa yang disampaikanya, gara-gara gaya barmain Barcelona yang dibangun oleh Guardiola sebelum ini, menyebabkan banyak pemain belakang yang ingin ikut terlibat dalam melakukan penyerangan ke daerah lawan seperti yang terjadi di Barcelona. Padahal menurutnya tugas utama dari bek tengah adalah bertahan dan memberikan keamanan didaerah gawang. karena itu ia menilai metode sepakbola Guardiola mengubah cara pandang bek-bek muda dan memberikan dampak negatif pada sepakbola.


Tak bisa dipungkiri bahwa Barcelona sejak ditangani Guariola kala itu banyak memenangkan gelar, seperti tiga gelar La Liga dan dua trofi Liga Champions. Bukankah itu sudah menjadi bukti keberhasilanya terlepas dari pendapat Ayala tersebut. suka atau tidak suka ya, begitulah sepakbola yang selalu berkembang dan berinovasi. Apa lagi dalam era industri sepakbola modern seperti yang terjadi saat ini. Yang bukan lagi berbicara sepakbola untuk kepentingan sebuah tim menjai yang terbaik, melainkan sudah menjadi sebuah bisnis tontonan yang harus dapat memuaskan para fans dan penonton yang menyaksikannya. 

Kalau kita kembali ke filosofi sepakbola ala Barcelona tentu tak lepas dari bicara gaya tiki-taka. Sebuah gaya bermain sepakbola modern yang pada awalnya diperkenalkan oleh Johan Cruyff . kemudian dilanjutkan Louis van Gaal dan Frank Rijkaard. Barulah kemudian saat Barcelona dipegang oleh Guardiola tiki-taka menemukan bentuk kesempurnaannya. Jadi bisa dikatakan dasar permainan tiki taka tersebut berasal dari gaya total football.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan meskipun tiki-taka awalnya diperkenalkan oleh Johan Cruyff, dengan konsep bermain kapten adalah ‘pelatih’ di lapangan saat bertanding. Tapi harus diakui bahwa Guardiola lah, pelatih yang paling memberikan efek terhadap gaya permainan tersebut. Faktanya Barcelona sulit dibendung saat itu  dan menguasai Eropa bahkan di dunia.

Filosofi bermain dengan gaya tiki-taka, mensyaratkan klub harus memiliki pemain yang mampu beroperasi di semua lini, Artinya, seorang pemain harus bisa menjadi penyerang, gelandang, dan defender. Tidak ada posisi tetap dengan gaya tiki-taka. Semua pemain harus bisa bertukar posisi dalam waktu yang cepat, namun tidak boleh ada dua pe main yang di posisi sama.

Berbeda dengan Roberto Ayala, dua mantan anak buahnya Xavi Hernandez dan Carlos Puyol yang ustru berpendapat sebaliknya, mereka memberikan pujian kepada mantan pelatihnya Guardiola tersebut dengan mengatakan "Dia adalah seseorang yang selalu mengandalkan penguasaan bola dan dia cepat memahami pertandingan. Kami telah melakukannya di Barcelona dan membuat sejarah di sana,"

Jadi kalau ada pendapat seperti apa yang dikatakan Roberto Ayala itu, tentu sah-sah saja apa lagi Ayala memang mempunyai kapasitas untuk mengatakan itu. Namun disisi lain tentu juga ada kepentingan dari para fans, pecinta sepakbola yang menginginkan sepakbola tampil indah dan atraktif, enak ditonton yang tentunya dengan segala taktik dan strategi, aksi yang ditampilkan……..tul ga bro.

Borneo 17 Februari 2017

Salam Olah Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun