Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Apa Betul Metode Guardiola Merusak Sepak Bola?

17 Februari 2017   22:20 Diperbarui: 18 Februari 2017   14:06 2338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Independent

Tak bisa dipungkiri bahwa Barcelona sejak ditangani Guariola kala itu banyak memenangkan gelar, seperti tiga gelar La Liga dan dua trofi Liga Champions. Bukankah itu sudah menjadi bukti keberhasilanya terlepas dari pendapat Ayala tersebut. suka atau tidak suka ya, begitulah sepakbola yang selalu berkembang dan berinovasi. Apa lagi dalam era industri sepakbola modern seperti yang terjadi saat ini. Yang bukan lagi berbicara sepakbola untuk kepentingan sebuah tim menjai yang terbaik, melainkan sudah menjadi sebuah bisnis tontonan yang harus dapat memuaskan para fans dan penonton yang menyaksikannya. 

Kalau kita kembali ke filosofi sepakbola ala Barcelona tentu tak lepas dari bicara gaya tiki-taka. Sebuah gaya bermain sepakbola modern yang pada awalnya diperkenalkan oleh Johan Cruyff . kemudian dilanjutkan Louis van Gaal dan Frank Rijkaard. Barulah kemudian saat Barcelona dipegang oleh Guardiola tiki-taka menemukan bentuk kesempurnaannya. Jadi bisa dikatakan dasar permainan tiki taka tersebut berasal dari gaya total football.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan meskipun tiki-taka awalnya diperkenalkan oleh Johan Cruyff, dengan konsep bermain kapten adalah ‘pelatih’ di lapangan saat bertanding. Tapi harus diakui bahwa Guardiola lah, pelatih yang paling memberikan efek terhadap gaya permainan tersebut. Faktanya Barcelona sulit dibendung saat itu  dan menguasai Eropa bahkan di dunia.

Filosofi bermain dengan gaya tiki-taka, mensyaratkan klub harus memiliki pemain yang mampu beroperasi di semua lini, Artinya, seorang pemain harus bisa menjadi penyerang, gelandang, dan defender. Tidak ada posisi tetap dengan gaya tiki-taka. Semua pemain harus bisa bertukar posisi dalam waktu yang cepat, namun tidak boleh ada dua pe main yang di posisi sama.

Berbeda dengan Roberto Ayala, dua mantan anak buahnya Xavi Hernandez dan Carlos Puyol yang ustru berpendapat sebaliknya, mereka memberikan pujian kepada mantan pelatihnya Guardiola tersebut dengan mengatakan "Dia adalah seseorang yang selalu mengandalkan penguasaan bola dan dia cepat memahami pertandingan. Kami telah melakukannya di Barcelona dan membuat sejarah di sana,"

Jadi kalau ada pendapat seperti apa yang dikatakan Roberto Ayala itu, tentu sah-sah saja apa lagi Ayala memang mempunyai kapasitas untuk mengatakan itu. Namun disisi lain tentu juga ada kepentingan dari para fans, pecinta sepakbola yang menginginkan sepakbola tampil indah dan atraktif, enak ditonton yang tentunya dengan segala taktik dan strategi, aksi yang ditampilkan……..tul ga bro.

Borneo 17 Februari 2017

Salam Olah Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun