Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apakah Kongres PSSI 2017 Menjadi Awal Reformasi Sepak Bola Indonesia?

3 Januari 2017   23:49 Diperbarui: 4 Januari 2017   14:56 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SuperBall.id - Tribunnews.com

Sejumlah ‘asa’ sepertinya sedang membumbung tingggi jelang terselengaranya Kongres tahunan PSSI, 8 Januari 2017 di Hotel Aryaduta, Bandung mendatang. Untuk itu pun pemerintah seperti yang diberitakan, melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi juga sudah mengeluarkan surat rekomendasi agar dapat  terselenggaranya kongres PSSI 2017 tersebut.

Kongres kali ini, sekaligus juga akan menjadi kongres yang pertama kalinya bagi PSSI di bawah komando Edy Rahmayadi sejak ia terpilih jadi ketua umum periode 2016-2020. Tentu harapan tinggi dari seluruh pecinta sepakbola nasional ada dipundaknya. Sebagai pecinta sepakbola kita hanya bisa berharap semoga saja berbagai permasalahan yang masih saja belum terelesaikan bisa diselesaikan pada kongres 8 Januari 2017 nanti.

Tak terkeculi pembahasan tentang persoalan ke tujuh tujuh Klub yang masih belum terselesaikan pada Kongres sebelumnya seperti, Persema Malang, Arema, Persebaya Surabaya, Persipasi Kota Bekasi, Persibo Bojonegoro, Persewangi Banyuwangi dan Lampung FC. Meski hal ini pun belum tentu bisa, karena semuanya akan dikembalikan kepada pemegang hak suara yang akan menentukannya .

Suka atau tidak suka memang persoalan ke tujuh klub ini. Akan terus menjadi ganjalan atau batu sandungan kalau tidak segera bisa diselesaikan. Karena seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa komitmen pemerintah dengan kepengurusan PSSI yang baru ini jelas adalah PSSI rekonsiliasi. Sehingga dengan demikian diharapkna berbagai masalah yang belum sempat terselesaikan pada kongres sebelumnya (nov’2016) dapat diselesaikan pada kongres 2017 nanti.

Namun kelihatanya, semua itu masih sulit untuk bisa diwujutkan. Karena kalau kita ikuti dari apa yang diberitakan. Sepertinya Solusi bagi permasalahan yang dihadapi ketujuh klub tersebut tidak akan mungkin dapat langsung terselesaikan pada kongres 8 januari nanti. Para pelaku sepakbola sepertinya masih saja bertahan dan kembali keaturan yang baku diluar 'semangat rekonsiliasi' yang ada, mereka masih saja diliputi sikap egonya masing-masing. Terlepas dari segala persoalan yang dibawa oleh masing-masing klub tersebut

Hal itu dapat kita ketahui dari apa yang dikatakan oleh Exco PSSI Gusti Randa bahwa kongres tahunan pssi nanti bukan jaminan bahwa penyelesaian sengketa ke 7 klub yang bermasalah tersebut bisa terselesaikan. Ia mengatakan untuk bisa menuntaskan permasalahan yang dihadapi ke tujuh klub tersebut, pihak PSSI akan kembali meneliti kembali satu per satu permasalahan yang mereka hadapi. "Dari tujuh klub itu, kami membuat identifikasi permasalahannya. Kami bisa katakan dua kategori dulu. Seperti Persebaya, persoalannya itu dulu mereka adalah anggota PSSI, nah apakah sekarang bisa kembali," ujar Gusti

"Yang kedua, ada persoalan satu klub tapi punya pengurus dua. Bukan orang yang kehilangan klub. Tapi ada satu klub, dua pengurus. Mereka sama-sama merasa punya hak. Untuk yang kedua, satu klub dua pengurus, itu artinya sepanjang aturannya masih ranah yuridiksi PSSI kami bisa putuskan. Tapi kalau ranah perdata pasti hukumnya bukan yuridiksi PSSI, kemungkinan harus diselesaikan di pengadilan. Jadi kami pilah-pilah dulu dari 7 klub itu, ada beberapa hal yang bisa diputuskan di kongres ada yang tidak karena bukan yuridiksi PSSI," sambungnya.

Menurut dia dari tujuh klub tersebut hanya Persebaya yang bisa langsung diputuskan pada Kongres 8 Januari mendatang. "Masalah dimaafkan atau tidak, itu hanya Persebaya. Kalau yang lain hukum perdata, bukan yurdiksi kami. Kalau kami pilah harus diurus di ranah lain dulu," tutupnya.

Padahal kita tahu persis bahwa pemerintah melalui Menpora sudah berulang-ulang kali mengatakan supaya kepengurusan yang akan berkongres nanti agar benar-benar dapat membahas agenda-genda yang sebelumnya sempat tertunda pada kongres bulan November 2016 lalu. Terutama terkait dengan hal menyangkut rekomendasi atau islah, baik itu bagi klub maupun individu. Hal itu harus kembali dibicarakan secara konkret karena memang itulah yang menjadi komitmen atau yang diinginkan oleh  pemerintah bahwa PSSI kali ini adalah PSSI rekonsiliasi,

Jangan sampai kejadian seperti Kongres di Ancol November lalu itu kembali terulang kembali. Dimana rencana pembahasan pemutihan status klub terhukum seperti Persebaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persewangi Banyuwangi, Lampung FC, dan Persipasi Kota Bekasi. Termasuk juga pemulihan nama baik individu komite eksekutif PSSI yang terhukum batal dilaksanakan.

Dengan hadirnya kepengurusan baru, tentu menjadi wajar jika masyarakat pecinta sepakbola berharap agar kepengurusan PSSI kali ini bisa menjadi menjadi era baru bagi persepakbolaan di Indonesia. Jadi bukan hanya dalam bentuk basa basi. Kongres harus dapat kembali dijadikan sebagai media untuk rekonsiliasi. Jangan sampai Negara kembali dibohongi sehingga revolusi PSSI tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Jangan lagi ada upaya dari kelompok tertentu untuk membuat Kongres ini hanya menjadi milik mereka (kelompok) saja. Seperti yang terjadi di Ancol waktu itu, adanya penolakan terhadap pembahasan agenda rekonsiliasi tersebut. Kemudian, dilakukan pemungutan suara. Sebanyak 84 pemilik suara akhirnya menyatakan setuju untuk tidak membahasnya, sementara  hanya 14 suara yang menyetujui pengembalian klub dan pemulihan nama individu exco terhukum tersebut.

Yang membuat kita miris dan mengenaskan adalah, karena pengembalian ketujuh klub dan pemulihan nama baik tersebut tidak disetujui alias ditolak, maka pimpinan Sidang waktu itu meminta perwakilan ketujuh klub termasuk juga tiga (Djohar Arifin, Sihar Sitorus, dan Bob Hippy) dari tujuh exco yang kebetulan mencalonkan diri untuk keluar dari ruang kongres. Padahal, ketiganya sudah dinyatakan lolos sebagai calon ketua umum dan exco oleh Komite Pemilihan yang dipimpin Agum Gumelar. 

Sejatinya mereka itu di undang untuk hadir dan sudah disepakati sebelumnya akan dikembalikan keanggotaannya atau dipulihkan nama baiknya. Namun apa yang terjadi kemudian, kongres berubah menjadi ajang mempermalukan mereka. Dengan demikian tentu menjadi wajar jika ada pihak yang mengangap bahwa masih ada dendam diantara mereka. 

Semoga saja hal seperti tidak terjadi lagi pada kongres mendatang karena jelas hal ini dapat mencederai semangat rekonsiliasi seperti yang diinginkan pemerintah.

Satu lagi yang menjadi harapan kita semua tentu adalah, jangan sampai reformasi sepak bola Indonesia yang sudah dibangun ini hanya menjadi fatamorgana, sementara PSSI kembali ke masa lalu. Cukup sudah rasanya pengorbanan setahun terisolasi dalam menjalani saksi FIFA. 

Kalau ternyata nantinya di lapangan sepak bola Indonesia masih saja tak mau berubah. Jelas tentu ini mengindikasikan bahwa memang Reformasi PSSI yang diinginkan pemerintah kembali gagal. Kepengurusan baru hanya sekadar mengganti casing saja. Sementara software dan hardware masih tetap yang lama.....

Borneo 03 Januari 2016

Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun