Kalau kita urut kebelakang memang kasus kekerasan terhadap wasit ini, seakan-akan tidak pernah menjauh dari perjalanan sepakbola negri ini. Apapun alasannya, memukul wasit (asisten wasit) adalah merupakan perbuatan sangat tak terpuji. Mencederai sportivitas dan fair play. Dengan demikian tentu menjadi layak jika pelakunya dihukum seberat-beratnya.Â
Karena kejadian seperti ini bukanlah merupakan kejadian yang pertama kalinya melainkan sudah berulang-ulang terjadi. Hukuman yang kurang tegas apa lagi kalau terkesan tebang pilih. Tentu akan dijadikan yurisprudensi bagi si pelaku untuk terus mengulangi perbuatan yang sama. Hal ini jelas tidak bisa dibiarkan terus menerus terjadi.
Harus dipahami, bahwa beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab terus terjadinya tindakan anarkisnya tersebut. Antara lain bisa saja penyebabnya dari kedua pelaku baik itu wasit maupun si pemain. Buruknya kualitas dan kinerja wasit itu sendiri tentu bisa memberi peluang hal itu bisa terjadi atau bisa juga karena memang minimnya pengetahuan pemain terkait peraturan dalam sepak bola.Â
Di luar itu semua, mungkin juga karena masih ada rasa saling curiga terkait dengan masih tingginya potensi match fixing yang memang sebelum-sebelum ini sering terjadi dan tak pernah dapat selesai dengan tuntas.
Jadi kalau dilihat dari berbagai faktor penyebab di atas, tentu semua itu akan menjadi PR besar bagi PSSI di era kepengurusan baru ini (2016-2020). Semoga saja semua persoalan tersebut dapat dituntaskan dan kepercayaan masyarakat terhadap persepakbolaan nasional di era yang baru ini, benar-benar bisa menjadi pulih kembali.
Sehingga kedepan semuanya bisa berjalan sesuai aturan, sepakbola akan jauh dari aksi-aksi 'brutal' ataupun 'penganiayaan' terhadap wasit seperti yang saat ini terjadi. Respect terhadap aparat pertandingan juga akan kembali ada. Dengan demikian sepakbola pun akan lebih menjadi bermartabat, bukan terus-terusan menjadi sepakbola 'barbar' seperti yang terjadi sekarang.
Borneo 26 Desember 2016
Salam Olah Raga Â